Gerindra: Video youtube Prabowo pukul pria di KPU kampanye hitam

Merdeka.com - Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sudah mendaftarkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres di Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) pada Selasa (20/5) lalu. Bersama dengan ribuan pendukung, keduanya berjalan menuju KPU dari Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat.

Saat mendaftar, kondisi sepanjang Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, memang padat. Bahkan, sempat terjadi kericuhan saat Prabowo-Hatta memasuki gerbang KPU .

Ikuti berita KPU di Liputan6.com

Beredar beberapa video memperlihatkan mantan Danjen Kopassus tampak memukul seseorang berpakaian biru saat kericuhan di KPU . Saat itu Prabowo tampak didesak-desak seorang berpakaian biru tersebut. Saat itulah sepintas terlihat tangan Prabowo seperti melayang ke arah pria tersebut.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Jendral Partai Gerindra Ahmad Muzani menyebut bahwa penyebaran video itu merupakan bagian kampanye gelap jelang Pilpres 9 Juli mendatang. Bahkan, dia menuding bahwa video itu sudah dipelintir.

"Pasti black campaign (kampanye gelap), mungkin lagi begini (jelang Pilpres 9 Juli 2014). Situasinya sangat sensitif. Situasinya sangat ya tindakan yg memungkinkan itu bisa diplintar-plintir," kata Muzani di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (23/5).

Sementara itu sekretaris pribadi Prabowo sekaligus Wakil Sekretaris Jendral Partai Gerindra Sudaryono yang kerap mengatakan, suasana saat pendaftaran itu sangat ramai. Sebagai orang yang selalu mendampingi Prabowo , menurutnya juga banyak orang berebut untuk bersalaman dengan bosnya tersebut.

"Pak Prabowo di gambar dan video yang diedarkan jelas menjulurkan tangan berusaha untuk hendak memegang pagar agar tidak terdorong-dorong" jelas Sudaryono.

Di sisi lain, koordinator Prabowo Media Center Budi Purnomo Karjodihardjo mengaku video dugaan pemukulan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu sudah menyebar. Dia menegaskan bahwa berita itu bohong.

"Penyebaran kabar bohong itu adalah fitnah yang kejam karena tidak sesuai dengan realitas di lapangan," terang Budi.