GMT di Palembang tak terlihat jelas, BMKG & Lapan berbeda pandangan
Merdeka.com - Tak optimalnya penampakan Gerhana Matahari Total (GMT) di Palembang tadi pagi membuahkan kontroversi. BMKG dan Lapan berbeda pandangan menanggapi hal tersebut.
Petugas Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat memberikan penjelasan saat berlangsungnya GMT di Jembatan Ampera menyebut, asap pekat yang ditimbulkan dari cerobong PT Pusri menjadi penyebab utama matahari tak terlihat secara maksimal.
Cerobong itu berada persis di seberang Jembatan Ampera atau tepat di arah terbitnya matahari.
-
Apa yang menyebabkan Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di sini seluruh bagian matahari akan tertutup dengan bayangan bulan. Sehingga cahaya matahari akan menghilang secara total selama beberapa waktu.
-
Mengapa Gerhana Matahari Total terjadi? Gerhana matahari terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan, dan bulan berada di fase baru. Ketika ini terjadi, bulan tampak menutupi sebagian atau seluruh cakram matahari dari perspektif pengamat di bumi.
-
Apa itu gerhana matahari total? Gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang memukau, di mana bulan sepenuhnya menutupi matahari, menciptakan momen singkat ketika siang menjadi malam.
-
Bagaimana Gerhana Matahari Total terjadi? Gerhana matahari total terjadi saat matahari, bulan, dan bumi terletak dalam satu garis lurus. Posisi ini didapatkan tidak lain karena bumi dan bulan sama-sama berputar melakukan revolusi mengelilingi matahari. Kemudian pada waktu tertentu, baik bumi maupun bulan akan menempati posisi orbit yang sejajar hingga membentuk garis lurus.
-
Di mana gerhana matahari total bisa dilihat? Sayangnya, fenomena langka ini tidak bisa disaksikan di Indonesia dan hanya bisa dilihat secara keseluruhan di wilayah Amerika Utara saja.
-
Bagaimana gerhana matahari terjadi? Meskipun saat ini kita memiliki pemahaman ilmiah yang lebih mendalam tentang gerhana matahari, namun mitos-mitos yang mengelilingi peristiwa ini tetap memikat dan memberikan warna tersendiri dalam pandangan manusia terhadap alam semesta.
"Bukan semata-mata karena awan, tapi mayoritas disebabkan asap yang menutupi matahari," ungkap petugas BMKG, Rabu (9/3).
Perbedaan pendapat muncul dari Ketua Pusat Sains dan Teknologi Atmosfir Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Ali Murahman. Menurut dia, GMT tak bisa disaksikan disebabkan adanya awan yang menyelimuti langit bukan keberadaan asap dari pabrik tersebut.
"Proses atmosfir ini alamiah, berasal dari kandungan uap air. Kontribusi asap sangat sedikit, awan yang mengandung uap air. Jadi, karena awan itulah penyebabnya," ujar Ali.
Dijelaskannya, cuaca di Palembang beberapa hari terakhir memang cerah dan berawan. Namun, potensi hujan sangat kecil karena uap air di dalamnya sangat sedikit.
"Kalau asap itu jaraknya cuma empat sampai lima kilometer. Tidak berpengaruh," terangnya.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, kepulan asap tebal dari PT Pusri tersebut mengarah ke bagian timur atau tepat menutupi matahari. Terlihat jelas asap keluar dari beberapa cerobong pabrik tersebut dan menggumpal ke atas. Sementara di sisi lainnya cerah, terlihat kontras.
Akibat kejadian itu, ribuan wisatawan termasuk turis asing dibuat kecewa karena tak bisa mengamati proses GMT di Palembang secara optimal. Menurut Viktor Matz, wisatawan asal Australia mengaku sangat menyesal datang ke Palembang. Padahal, dia sebelumnya berencana berkunjung ke Bangka Belitung untuk menyaksikan GMT.
"Saya menyesal datang ke sini. GMT nya tidak bisa dilihat maksimal. Harusnya disiasati sebelumnya biar tidak mengganggu," tukasnya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gerhana Matahari Cincin adalah fenomena langka dan sangat jarang terjadi di periode dan lokasi yang sama lebih dari 10 tahun.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap dari BMKG tentang prakiraan cuaca yang meleset di HP.
Baca SelengkapnyaFenomena gerhana matahari total akan terjadi saat bulan Ramadan tahun ini, tepatnya pada 8 April 2024.
Baca SelengkapnyaSuhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu.
Baca SelengkapnyaDeputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta mengatakan, fenomena Equinox hanya berlangsung dua kali dalam setahun.
Baca SelengkapnyaGerhana Bulan Penumbra tidak hanya menawarkan pemandangan langit malam yang indah, tetapi juga membawa serangkaian fakta menarik yang menantang pemahaman kita.
Baca SelengkapnyaMitos gerhana bulan hanya bentuk budaya yang berkembang di Indonesia.
Baca SelengkapnyaFenomena Hari Tanpa Bayangan menyapa warga Jakarta, pada Selasa (8/10/2024). Peristiwa alam yang disebut Kulminasi Utama ini terjadi sekitar pukul 11.54 WIB.
Baca SelengkapnyaAnggota Tim Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya mengatakan, tinggi hilal di Indonesia belum memenuhi kriteia MABIMS.
Baca SelengkapnyaCuaca Panas Bikin Suhu Udara Terasa Makin Gerah, BMKG Ungkap Penyebab Utamanya
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaHampir sepanjang hari Sabtu (23/9), langit kelabu tampak menyelimuti Jakarta. Lantas, apakah hal tersebut merupakan mendung awan hujan atau polusi udara?
Baca Selengkapnya