Grebek Syawal, ribuan warga Solo berebut gunungan ketupat
Merdeka.com - Ribuan warga Kota Solo dan sekitarnya berebut gunungan ketupat di Taman Satwa Taru Jurug atau Kebun Binatang Solo, Minggu (26/7). Dua gunungan besar berisi ketupat diarak ke sebuah panggung untuk diperebutkan. Acara tersebut sekaligus untuk memperingati puncak Grebek Syawal di Solo.
Pantauan merdeka.com warga yang datang berasal dari sejumlah kota di sekitar Solo dan luar Jawa. Mereka menghabiskan sisa liburan di kampung halaman, sebelum kembali ke kota masing-masing. Sebelum diperebutkan, gunungan ketupat diarak dan didoakan oleh para ulama setempat.
"Saya ikut berebut ketupat, tadi dapat 3, untuk saya satu dan anak-anak. Nanti sampai di rumah dikasih sayur, dimakan biar dapat berkah," ujar Fitri, warga Samarinda.
-
Dimana gunungan Kakung diarak? Arak-arakan empat ekor gajah serta bregada Dragunder dan bregada Plangkir mengawal gunungan Kakung dari Keraton Yogyakarta hingga tiba di Pura Pakualaman pada pukul 11.00 WIB.
-
Kapan tradisi Gunungan Ketupat berlangsung? Tradisi Gunungan Ketupat dilaksanakan sepekan setelah Idulfitri.
-
Bagaimana cara orang Sumatera Utara berdoa sebelum makan? Dengan mengucapkan doa makan, umat Muslim diajarkan untuk menghormati proses pemberian makanan dan mengingat bahwa setiap hidangan merupakan karunia Allah yang harus dihargai.
-
Dimana tradisi Ketupat Lepas dilakukan? Sayangnya, tradisi ini hanya dirawat oleh sebagian kecil warga pinggiran ibu kota di masa sekarang karena pergeseran zaman.
-
Siapa yang ikut mengarak ogoh-ogoh? Selain itu, Rizky Febian juga mengikuti prosesi mengarak ogoh-ogoh bersama pemuda setempat dengan dukungan penuh dari Mahalini.
-
Di mana ritual Pao Oen di Solo di gelar? Pada tahun ini, ritual tersebut dilaksanakan pada Minggu (28/1) lalu di Klenteng Tien Kok Sie.
"Kami menyediakan 5 ribu ketupat untuk acara grebeg Syawal tahun ini. Acara ini kami maksudkan untuk melestarikan budaya leluhur. Pembagian ketupat ini juga sebagai simbol kemakmuran," ucap Bimo Wahyu Widodo, Direktur Utama TSTJ.
Menurut Bimo, dalam tradisi masyarakat Jawa, ketupat atau kupat mempunyai makna lepat (mengaku bersalah). Sedangkan janur kuning pembungkus ketupat diartikan sebagai nur atau cahata. Dimana, lanjut dia, selama bulan suci Ramadan manusia diharapkan mendapatkan kebersihan jiwa dan raga.
Usai diarak dan didoakan, ribuan ketupat disebarkan pada ribuan warga yang telah menunggu. Sebelum disebar, warga juga dihibur dengan drama kolosal 'Joko Tingkir'.
Dalam drama legendaris Sungai Bengawan Solo tersebut dikisahkan Joko Tingkir yang berperang melawan siliman buaya. Drama tersebut diperagakan di danau taman Jurug.
"Kami jadi mengenal budaya Solo, ternyata menarik. Anak-anak kami yang generasi muda jadi mengenal budaya kita sendiri," ujar Sutami, warga Sukoharjo.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Semua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca SelengkapnyaWarga percaya bahwa tupeng raksasa tersebut mengandung keberkahan dan kebaikan di dalamnya.
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaTradisi Unduh-unduh sudah dilaksanakan oleh jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jombang sejak tahun 1939. Tradisi ini merupakan cara mensyukuri kekayaan.
Baca Selengkapnya