Gugus Tugas Sebut Surabaya Raya Bisa Jadi Wuhan Jika Tak Hati-hati
Merdeka.com - Surabaya Raya yang terdiri dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik disebut menjadi episentrum penyebaran virus corona atau covid-19 di Jatim. Bila tak hati-hati dalam menangani pandemi tersebut, maka Surabaya di sebut bakal menjadi Wuhan, kota di China yang pertama kali ditemukan mewabah covid-19.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dokter Joni Wahyuhadi mengatakan, 64 persen lebih kasus covid-19 disebutnya ada di Surabaya Raya. Data ini menunjukkan, jika dalam penanganan kasus di Surabaya Raya tidak hati-hati, maka sangat berpotensi menjadi seperti di Kota Wuhan China.
Ia menyebut, berdasarkan perhitungan ahli epidemologi, transmision rate di Surabaya cukup tinggi yakni 1,6. Hal itu berarti, jika ada 10 orang yang positis covid-19, maka dalam waktu satu minggu dapat menular menjadi 16 orang.
-
Apa yang viral di Jawa Timur? Viral Momen Murid Pindah Sekolah Ditangisi Teman Sekelas, Kisah di Baliknya Bikin Haru
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Dimana wabah misterius ini terjadi? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
"Kalau tidak hati-hati menangani covid-19, maka Surabaya bisa menjadi Wuhan. Saat ini kalau epidemologi dihitung oleh para ahli transmission rate di Surabaya 1,6, artinya ada 10 orang (positif corona), dalam waktu satu minggu jadi 16 orang. Ini luar biasa penularannya di Surabaya," tegasnya, Kamis (28/5).
Terkait dengan hal itu, saat ini ada 3 kebijakan yang tengah dijalankan oleh pihaknya. Yaitu, melakukan tes, tracking dan treatment.
"Tes masif sedang kita jalankan, kita dibantu oleh tim gugus tugas pusat. Ada dua mobil PCR, yang kita sebar ke rumah sakit untuk melakukan tes PCR secara langsung," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit dr Soetomo ini menambahkan, tingkat kematian akibat virus corona ini cukup tinggi, hingga mencapai 10 persen lebih. Untuk itu, secara konseptual pihaknya tengah membagi rumah sakit berdasarkan kondisi klinis pasien.
"Ini kan sedang kita persiapkan rumah sakit darurat, yang nantinya dapat menampung pasien dengan klinis ringan. Sedangkan seperti RSU dr Soetomo atau RS Unair nanti dapat digunakan untuk pasien dengan klinis sedang hingga berat. Kita sampaikan konsep itu ke Kemenkes, dan mereka setuju," tegasnya.
Terkait dengan fasilitas rumah sakit seperti ventilator, dokter Joni menyebut, hingga saat ini banyak sekali sumbangan yang telah diberikan. Untuk itu, dirinya pun mengkoordinasikan hal ini ke rumah sakit rujukan, dengan mengkomunikasikan terlebih dulu apakah rumah sakit tersebut dapat mengoperasikan ventilator baru tersebut.
"Banyak donatur, dan sudah dibagikan ke rumah sakit. Karena ventilatornya baru, maka kita kontak dulu rumah sakitnya bisa atau tidak mengoperasionalkan ini. Kalau tidak nanti kita kirim ahlinya," ungkapnya.
Ia menyebut, berdasarkan data di rumah sakit yang dipimpinnya, 69,2 persen pasien yang masuk ventilator, meninggal dunia, demikian juga di Jakarta, 70 persen meninggal dunia.
"Ventilator itu hati-hati. Data kita menunjukkan, di (RS) Soetomo 69,2 persen yang masuk ventilator meninggal. Di Jakarta kira-kira 70 persen, di Wuhan, 80 persen," jelasnya.
Untuk itu, ia mengaku saat ini pihaknya tengah melakukan clinical research, seperti penggunaan obat-obatan tertentu. Termasuk diantaranya melakukan clinical trial.
"Kita lakukam clinical research seperti penggunaan Avigan, atau pemakaian aspirin. Semuanya kita coba sesuai dengan kaidah tertentu," pungkasnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaBandara sebagai pintu masuk pertama perlu melakukan persiapan terkait mitigasi Covid-19.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaBadan Geologi Deteksi 19 Gempa Guguran Gunung Ruang
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaTanaman lidah mertua ampuh halau polusi udara dan bisa bikin orang di sekitarnya merasa tenang. Begini penjelasan DLH Surabaya.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca Selengkapnya