Guru adiknya tak mau disalahkan, Erfas akhirnya minta maaf

Merdeka.com - Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro (Undip), Muhamad Erfas Maulana, mengaku memprotes nilai PR matematika milik adiknya karena ingin memberikan pemahaman mengenai cara menghitung cepat di luar konsep buku yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Erfas lantas memberikan penjelasan soal cara menghitung cepat yang diajarkan kepada adiknya.
"Jadi, Saya memang ingin menuangkan ide baru agar adik saya bisa cepat menyelesaikan soal di dalam PR itu. Karena saya menganggap, dengan memakai buku kurikulum 2013 maka harus ada inovasi lain dalam menghitung," kata Erfas, saat ditemui merdeka.com, di kampusnya, Senin (21/9).
Erfas mengaku, setiap orangtua membutuhkan ide baru dalam mengajarkan mata pelajaran berhitung kepada anaknya mengingat adanya perubahan isi buku dari kurikulum tahun 2012 ke kurikulum 2013.
"Ya bagus walaupun isi bukunya campur-campur. Hanya saja, gurunya harus memberikan rumus lain di luar konsep agar si-anak mudah mempelajari," ungkap Erfas.
Erfas sempat takut mental adiknya yang baru duduk di kelas dua di sebuah SDN kawasan Tlogosari Semarang down usai dapat nilai 20.
"Karena adik saya langsung bilang, wah mbo ajari entuk elek kak (wah, sudah kamu ajari malah dapat nilai jelek kak)," kata dia, sembari menirukan kata-kata adiknya, Senin (21/9).
Usai mendengar perkataan adiknya tersebut, yang ada dalam benaknya hanya ingin menuntut penjelasan dari guru yang bersangkutan. "Ya gimana nggak kaget, karena saya anggap yang telah saya ajari itu benar eh malah disalahkan. Padahal maksud saya itu biar anaknya gampang belajarnya. Udah itu aja. Makanya saya protes," terang dia.
Oleh karena itu, sesaat setelah postingan nilai PR matematika adiknya menjadi pro-kontra, dia mengungkapkan langsung konfirmasi kepada guru yang bersangkutan.
"Tapi gurunya tidak mau disalahkan dan tidak menyalahkan saya juga. Akhirnya biar persoalan ini tidak berlarut-larut, saya putuskan mengalah dan minta maaf secara langsung maupun lewat Facebook. Biar ini menjadi pembelajaran buat saya pribadi," katanya.
Seperti diketahui, pekerjaan rumah alias PR matematika seorang anak Sekolah Dasar mendadak heboh di jejaring sosial Facebook. Sang kakak yang mengajarkan adiknya menjawab tidak terima, dari 10 soal hanya mendapat nilai 20. Melalui akun Facebooknya Muhammad Erfas Maulana menceritakan duduk persoalan PR tersebut.
"Biasanya murid yang melakukan kesalahan, tapi kali ini saya merasa bahwa guru adik saya lah yang melakukan kesalahan," tulis Erfas dalam akunnya, 18 September lalu. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya