Guru Besar Unhas nilai masalah Dokter Terawan cuma etik bukan akademik
Merdeka.com - Kontroversi metode cuci otak dokter Terawan Agus Putranto kembali mengemuka, usai keluarnya keputusan pemecatan kepala RSPAD Gatot Subroto tersebut dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dan yang menjadi perhatian saat ini adalah Universitas Hasanuddin, tempat Terawan mengambil gelar doktornya Agustus 2016 lalu dengan disertasi mengenai pengobatan stroke menggunakan Digital Subtraction Angiography (DSA) memanfaatkan cairan heparin itu.
Prof dr Irawan Yusuf Ph.D, guru besar Universitas Hasanuddin yang menjadi promotor atau pembimbing disertasi Dr dr Terawan Agus Putranto angkat bicara. Kata dia, sebenarnya masalahnya di sisi etik saja, tidak ada masalah sisi akademiknya.
-
Kenapa Dokter Terawan jadi sasaran hoaks? Nama mantan Menteri Kesehatan Dokter Terawan Agus Putranto kerap kali menjadi sasaran berita bohong atau hoaks.
-
Apa saja yang dilakukan Dokter Terawan? 'Prof Terawan Hanya melayani Tindakan Digital Substraction Angiography (DSA), dan Immunotherapy Nusantara,' kata Okta.
-
Siapa dokter Prabowo? 'Saya ucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT beserta ucapan terima kasih kepada tim dokter yakni Brigjen TNI Purn dr. Robert Hutauruk, Kolonel dr. Sunaryo, dr. Siska Widayati, dibantu dengan dr. Thomas dan seluruh perawat serta para tenaga medis di RSPPN Sudirman atas keberhasilan tindakan operasi besar yang dilakukan kepada saya,' tulisnya, demikian dikutip dari keterangan unggahan.
-
Apa yang terjadi pada dokter Aulia Risma? Kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari menjadi perbincangan hangat masyarakat luas.
-
Siapa yang dipecat Kejagung? Jaksa Agung ST Burhanuddin memecat Kajari Bondowoso, Jawa Timur Puji Triasmoro dan Kasie Pidsus Alexander Kristian Diliyanto Silaen karena diduga terlibat korupsi.
-
Kenapa Ipda Purnomo mengunjungi eks pasien? Pernah mengalami depresi, kini eks pasien ODGJ tersebut memiliki kehidupan yang berbeda. Saat didatangi Purnomo, pria tersebut mengaku jika kini dirinya telah memiliki sebuah usaha baru.
"Persoalan ini murni masalah etik bukan akademik. Namun kadang orang sulit membedakan mana soal etik dan mana soal akademik sehingga banyak orang yang bertanya-tanya," kata Irawan saat memberikan keterangan pers di gedung rektorat Universitas Hasanuddin, Jumat (6/4).
Dijelaskan, soal etik sebagai mana yang dimaksud oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) pengurus besar IDI adalah dugaan pelanggaran, bahwa saat menerapkan terapi atau pengobatan stroke iskemik kronik atau cuci otak menggunakan metode Digital Subtraction Angiography (DSA) itu, Terawan dinilai telah mengiklankan diri berlebihan, tidak mengindahkan undangan divisi MKEK Pengurus Besar IDI untuk hadir di sidang kemahkamaan, menjanjikan kesembuhan kepada pasien, menarik bayaran besar pada tindakan yang belum ada evidence based medicinenya.
"Kalau menurut saya, soal mengiklankan diri itu yang saya lihat adalah karena testimoni pasiennya. Testimoni keberhasilan itu yang dilihat oleh orang sehingga berdatangan untuk berobat sampai orang-orang besar seperti Aburizal Bakri, Mahfud MD. Dan kini jumlah pasiennya sudah ribuan orang. Lalu soal dipanggil dalam sidang kemahkamaan, kita tahu dr Terawan itu latar belakang militer jadi ada hirarkinya melapor dulu ke atasan, jadi tidak seperti orang sipil," urai Irawan.
Adapun mengenai sisi akademiknya yang membuat orang-orang bertanya tentang metode pengobatan stroke yang digunakan dokter berlatar belakang TNI itu, kata Guru Besar Unhas ini, sebenarnya bukanlah hal luar biasa. Terawan hanya sedikit memodifikasi metode pengobatan yang sudah ada.
"Dia menggunakan metode DSA itu memanfaatkan cairan heparin yang kita kenal hanya untuk mencegah penggumpalan darah di otak. Tapi di tangan dr Terawan, Heparin ini ternyata bisa menerobos penggumpalan darah di otak itu membuat aliran darah meningkat yang tadinya tersumbat sehingga obat dan nutrisi bisa masuk. Dari situlah muncul dampak subjektifnya terhadap pasien, mereka merasa lebih nyaman. Yang tadinya lumpuh tidak bisa bergerak menjadi bisa bergerak lagi, yang tadinya mulut mencong jadi tidak mencong lagi," jelas Irawan.
Ditanya kenapa kepala RSPAD Gatot Subroto itu mengambil S3-nya di Unhas untuk promosi doktor, kata guru besar Unhas ini, karena di kampus lain seperti UGM tidak ada yang bersedia menjadi pembimbingnya. Padahal seharusnya diberi ruang untuk pengembangan ilmu kedokteran.
"Kalau terobosan kedokteran memang selalu dimulai dengan kontroversi tapi ini harus diselesaikan dengan riset sampai ditemukan hasil bahwa terobosan itu aman dan bisa dipakai. Tidak justru dibiarkan berlarut-larut atau berhenti karena tidak akan menemukan jawabannya," tandasnya.
Yang harus dilakukan oleh Terawan, kata Irawan adalah harus memberikan gambaran yang lebih transparan tentang semua pasiennya karena belum tentu hasil semua baik. Tentu ada yang baik sekali, setengah baik atau tidak baik. Lalu, Terawan juga harus menjelaskan apa penelitian selanjutnya untuk membuktikan segala kekurangan yang ada itu sehingga metode pengobatan itu benar-benar standar.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes mengatakan, pencopotan dekan FK Unair tersebut bukan wewenang dirinya
Baca SelengkapnyaTerawan Agus Putranto menjadi Penasihat Khusus Presiden di bidang kesehatan
Baca SelengkapnyaTerawan sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan periode 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020.
Baca SelengkapnyaKabar mendadak tersebut berawal dari pernyataan Prof. Budi Santoso yang beredar di WhatsApp Group (WAG) Dosen FK Unair pada Rabu 3 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengaku bersyukur polemik pemecatan Dekan FK Unair selesai setelah Budi Santoso kembali diangkat sebagai dekan.
Baca SelengkapnyaIDI Jabar memastikan praktik itu bukanlah tradisi yang seharusnya ada.
Baca SelengkapnyaPencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair buntut pernyataannya yang menolak rencana Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing.
Baca SelengkapnyaKabar ini merebak usai Budi Santoso dicopot dari Dekan FK Unair.
Baca SelengkapnyaKomentar negatif tersebut muncul usai beredar kabar pencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair karena permintaan Budi Gunadi Sadikin.
Baca SelengkapnyaRektor memastikan kegaduhan pascapencopotan gelar guru besar 2 profesor tak menggangu proses belajar mengajar.
Baca SelengkapnyaPencopotan Budi Santoso dari Dekan FK Unair ini menuai reaksi publik. Mahasiswa hingga tokoh nasional mengkritik keras keputusan tersebut.
Baca SelengkapnyaDekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Budi Santoso dicopot dari jabatannya per 3 Juli lalu.
Baca Selengkapnya