Hadapi Lonjakan Kasus, RSUD dr Slamet Garut Dijadikan RS Khusus Covid-19
Merdeka.com - Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan pihaknya akan menjadikan RSUD dr Slamet sebagai rumah sakit khusus Covid-19. Langkah itu dilakukan karena penambahan kasus Covid-19 cukup tinggi.
"Kami sudah melakukan rapat dengan RSUD dan Dinkes, insya Allah minggu depan kami akan menjadikan RSUD dr Slamet sebagai RS Covid-19, khusus Covid-19, dengan kapasitas 500 bed," sebut Rudy, Selasa (29/6).
Rudy mengungkapkan, saat ini Kabupaten Garut dalam kondisi darurat dalam hal perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Kondisi ketersediaan kasur untuk pasien saat ini masih terbatas. Begitu juga dengan jumlah tenaga kesehatannya.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa TPU Cikadut jadi penting saat pandemi Covid-19? Hal itu menjadikan area pemakaman tersebut sebagai lokasi penunjang dari ratusan pasien yang meninggal dunia.
-
Apa yang ditemukan Bupati Rudy Gunawan? Dalam peninjauan yang sudah dilakukan sejak sehari sebelumnya itu bupati mendapati sejumlah pengerjaan yang tidak sesuai dengan SOP.
-
Kenapa Gunungkidul siaga darurat? “Untuk antisipasi dampak dari kekeringan yang semakin meluas, BPBD telah menetapkan status siaga darurat kekeringan.
-
Bagaimana Kemenkes ingin memastikan RS tetap memenuhi standar? Syahril bukan bermaksud agar rumah sakit mengurangi tempat tidur. Namun, tetap ikut aturan memenuhi kriteria KRIS demi kenyamanan pasien.'Kita berharap rumah sakit tidak melakukan pengurangan tempat tidur, karena rugi juga dia kalau mengurangi, cuma harus diatur tadi memenuhi KRIS,' ucapnya.
Di sisi lain, warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 terus berduyun-duyun datang ke rumah sakit. "Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena banyak yang tidak tertolong di rumah sakit dikarenakan ketika datang saturasi atau ketersediaan oksigen di dalam tubuhnya menurun, bahkan ada yang di bawah 50, 40, bahkan 30, sehingga banyak kematian terjadi di IGD. Kami mohon maaf karena ketersediaan tempat pelayanan dan alat yang masih terbatas," ungkapnya.
Dengan dijadikannya RSUD dr Slamet Garut sebagai rumah sakit khusus Covid-19, Rudy memastikan ketersediaan alat-alat untuk perawatan lebih lengkap dibanding rumah sakit lain yang ada di Kabupaten Garut.
Walau begitu, menurutnya, saat ini di Kabupaten Garut terjadi ketidakseimbangan antara jumlah perawat atau tenaga kesehatan dengan jumlah pasien Covid-19. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar virus corona.
"Jumlah pasien jauh lebih banyak dan harus diperhatikan. Idealnya 1 perawat itu mengawasi 2 atau 3 pasien, sekarang 1 perawat mengawasi 10 sampai 12 pasien. Kami akan melakukan langkah-langkah untuk bisa menyelesaikan masalah ini," katanya.
Selain itu, menurut Rudy, pihaknya akan memastikan oksigen dan obat-obatan tersedia untuk perawatan pasien Covid-19. Dia bahkan sudah berkonsultasi dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil agar bisa mendapatkan alat perawatan pasien Covid-19 seperti ventilator dan lainnya.
"Dengan ketersediaan alat-alat itu sehingga bisa membantu alat pernapasan yang saturasinya di bawah 60 itu bisa langsung kita tangani," ucapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD dr Slamet Garut Husodo Dewo Adi menyebut, pihaknya tengah mengomunikasikan rencana itu. Pihaknya hanya akan menerima pasien-pasien yang terpapar Covid-19.
"Untuk yang pasien non-Covid-19 akan diarahkan ke rumah sakit yang lain," sebutnya.
Walau begitu, menurut Husodo ada dua skema yang dilakukan. Skema pertama adalah seluruh ruangan yang ada di RSUD dr Slamet dijadikan tempat isolasi dan perawatan pasien Covid-19. Skema kedua adalah parsial, yakni ada pembatasan seminimal mungkin pasien non-Covid-19 yang dirawat di RSUD dr Slamet Garut.
"Kemungkinan besar seperti itu (seluruh ruangan digunakan untuk pasien Covid-10). Kita sekarang lagi bicara dengan Dinas Kesehatan bagaimana teknisnya, apakah nanti semua rumah sakit yang lain bisa menampung pasien non-Covid-91 dari RSUD atau tidak," jelasnya.
Kalau seluruh ruangan digunakan untuk pasien Covid-19, maka tersedia 500-an kasur. Jumlah itu pun bisa ditingkatkan menjadi 550 kasur.
Namun, pihaknya menyesuaikan dengan ketersediaan oksigen, apakah bisa mencapai jumlah maksimal atau tidak.Penyesuaian harus dilakukan karena nantinya RSUD dr Slamet hanya akan menerima pasien Covid-19 yang bergejala sedang, berat, hingga darurat.
Untuk kesiapan tenaga kesehatan, menurut Husodo, saat ini masih dibicarakan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Saat ini perawat RSUD dr Slamet Garut banyak yang terpapar Covid-19.
"Jadi kita masih obrolkan dan rundingkan dengan Dinas Kesehatan bagaimana menyiasatinya karena nakes yang kurang. Bisa jadi untuk nakesnya ada yang ditarik dari puskesmas dan tugas di RSUD," tutup Husodo.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit difteri kembali ditemukan di Garut, Jawa Barat. Seorang warga Kecamatan Samarang dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami gejala difteri.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaCalon bupati Karawang, yang merupakan petahana Aep Syaepuloh akan menambah rumah sakit umum daerah di kecamatan memudahkan masyarakat mendapatkan fasilitas.
Baca SelengkapnyaAlasannya karena RSUD Kumpulan Pane menjadi tempat tujuan berobat masyarakat di kabupaten/kota sekitar Kota Tebing Tinggi.
Baca SelengkapnyaProyek senilai Rp267 miliar ini dapat diselesaikan 3 bulan lebih cepat dari target awal yakni November tahun 2024 dengan dukungan penggunaan teknologi.
Baca SelengkapnyaJokowi kunjungan kerja ke RSUD Bob Bazar Lampung Selatan
Baca SelengkapnyaChikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan demam dan nyeri sendi secara mendadak.
Baca SelengkapnyaGanjar menambahkan, peningkatan fasilitas Dr Moewardi juga untuk merespons instruksi Presiden Jokowi ihwal investasi kesehatan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan warga Sumatera Utara tak perlu lagi berobat ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaSelain rumah sakit, di bidang kesehatan, jumlah dokter meningkat tajam dari 400 orang pada 10 tahun lalu sekarang ini menjadi 700 orang yang berada di bawah kew
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaSaat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.
Baca Selengkapnya