Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hadapi MEA, perguruan tinggi jadi ujung tombak

Hadapi MEA, perguruan tinggi jadi ujung tombak Puan Maharani. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani mengatakan, ada beberapa faktor yang masih menjadi kelemahan Indonesia dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset dan pendidikan tinggi serta infrastruktur. Karenanya, dia menyatakan peran perguruan tinggi sangat penting untuk memacu pembangunan manusia Indonesia menjadi lebih baik.

Perguruan tinggi, kata dia, adalah ujung tombak dalam memperbaiki daya saing Indonesia berhadapan dengan negara lain di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Karena itu, pemerintah berupaya untuk memacu pembangunan manusia terutama melalui jalur pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Dalam menghadapi tantangan yang cukup berat di masa mendatang kita harus menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang memiliki keterampilan dan berdaya saing tinggi," katanya, Sabtu (27/2).

Menurutnya, tenaga kerja terampil merupakan hal penting dalam pembangunan manusia menghadapi MEA. Data BPS, tingkat pendidikan pekerja di Indonesia sekitar 65 persen didominasi oleh pekerja berpendidikan SMP ke bawah dan 25 persen pekerja berpendidikan menengah.

Sementara, lulusan perguruan tinggi kontribusinya kurang dari 10 persen. "Orientasi pendidikan tinggi di negara kita perlu ditata kembali. Di Indonesia diduga sekitar 75-85 persen lulusan perguruan tinggi berasal dari bidang non teknik. Hal yang sebaliknya terjadi di Korea Selatan, dengan lulusan sarjana sebagian besar di bidang teknik," kata Puan Maharani.

Dia mengatakan, banyaknya lulusan perguruan tinggi dari bidang non teknik tidak terlalu kondusif untuk mendukung penguasaan iptek dan peningkatan daya saing. Padahal, dalam rangka peningkatan daya saing di MEA, pemerintah akan mengalokasikan lebih dari Rp 5.000 triliun untuk pembangunan infrastruktur.

"Hal itu tentu membutuhkan banyak tenaga kerja dari bidang teknik. Jangan sampai peluang ini nantinya hanya dinikmati oleh pekerja asing," katanya.

Dia juga menilai swasta berperan besar dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Saat ini ada sekitar 3.958 perguruan tinggi swasta di tanah air atau lebih dari 95 persen. Sementara jumlah perguruan tinggi negeri kurang dari 5 persen.

"Kita menginginkan, pendidikan tinggi betul-betul menjadi ajang untuk menempa mentalitas, keterampilan dan keahlian, serta menghasilkan generasi penerus bangsa, yang berintegritas, beretos kerja dan berkepribadian yang berlandaskan gotong royong," katanya.

Dia memberi apresiasi kepada Muhammadiyah yang telah berperan besar dalam mencerdaskan bangsa. Menurutnya, kontribusi KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sangat besar dalam membangun mutu pendidikan Indonesia.

"Saya mengharapkan perguruan tinggi dapat berperan sebagai agen perubahan, menjadi pendorong perubahan pikiran, sikap, dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar," katanya. (mdk/dan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Indonesia Perlu Waspada Saat Ekonomi Negara Maju Bangkit Kembali
Indonesia Perlu Waspada Saat Ekonomi Negara Maju Bangkit Kembali

Arsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Baca Selengkapnya
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia
15 Faktor Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia

Ketidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.

Baca Selengkapnya
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina

Dukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.

Baca Selengkapnya
Pensiunan Jenderal TNI Heran Indonesia 78 Tahun Merdeka tapi Tak Bisa Melampaui Malaysia
Pensiunan Jenderal TNI Heran Indonesia 78 Tahun Merdeka tapi Tak Bisa Melampaui Malaysia

Menurut Edy, antangan Indonesia saat ini lebih sulit karena bukan hanya ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sayangkan Perguruan Tinggi di Indonesia Tak Masuk Top 100 Dunia
Jokowi Sayangkan Perguruan Tinggi di Indonesia Tak Masuk Top 100 Dunia

Jokowi ingin SDM Indonesia tak hanya menguasai ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya
Mendiktisaintek: Lapangan Kerja Indonesia Sangat Minim untuk Lulusan Perguruan Tinggi
Mendiktisaintek: Lapangan Kerja Indonesia Sangat Minim untuk Lulusan Perguruan Tinggi

Mendiktisaintek menyatakan berkomitmen mempercepat penyelesaian beragam tantangan dalam pemajuan pendidikan tinggi tanah air.

Baca Selengkapnya
Wasapada, UMKM Malaysia Diam-Diam Incar Bisnis Makanan dan Pendidikan di Indonesia
Wasapada, UMKM Malaysia Diam-Diam Incar Bisnis Makanan dan Pendidikan di Indonesia

Guna melihat peluang tersebut, Temmy mengatakan, jejaring UMKM Malaysia di sektor pendidikan sempat membuat pameran di Indonesia beberapa bulan yang lalu.

Baca Selengkapnya
Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia
Menteri Teten Masduki Ungkap 3 Tantangan Besar Dihadapi Start-Up di Indonesia

Indonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.

Baca Selengkapnya
Indonesia Makin Kompetitif hingga Kalahkan Malaysia Ini Buktinya
Indonesia Makin Kompetitif hingga Kalahkan Malaysia Ini Buktinya

Daya saing Indonesia didongkrak oleh peningkatan performa ekonomi, kemampuan menarik kapital, dan pertumbuhan PDB

Baca Selengkapnya
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia
Ini Daftar Keterampilan yang Dibutuhkan Pasar Kerja di Indonesia

Menaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.

Baca Selengkapnya
Skor Kemampuan Bahasa Inggris di Indonesia Turun, Akses Pendidikan Tak Rata jadi Faktor Pemicu
Skor Kemampuan Bahasa Inggris di Indonesia Turun, Akses Pendidikan Tak Rata jadi Faktor Pemicu

Program imersif di negara-negara berbahasa Inggris, misalnya, memberi peserta kesempatan belajar secara intensif dan langsung dalam lingkungan asli.

Baca Selengkapnya