Harga jengkol lebih mahal dari ayam, pedagang warteg menjerit
Merdeka.com - Seorang pedagang warteg di Jalan Menteng, Kota Bogor, Jawa Barat, mengeluh selama tiga hari terakhir ini ia tidak dapat menyajikan hidangan semur jengkol kepada pelanggannya, karena harganya mahal.
"Harga jengkol lebih mahal dari harga ayam," kata Tuti (35), Jumat (11/3).
Menurut Tuti, harga jengkol naik drastis yang biasanya dari Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Sementara harga ayam potong per kilonya hanya Rp 30 ribu.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Apa yang menyebabkan harga singkong meningkat? Saat ditemui wartawan, seorang penjual singkong dan ubi jalar di Pasar Kopro, Wartini mengaku jika saat ini terjadi peningkatan penjualan.Menurutnya, hal ini seiring dengan tingkat konsumsi umbi-umbian tersebut yang juga tinggi di tengah harga beras yang belum turun.
-
Apa saja manfaat dari jengkol? Jengkol rendah kalori dan dapat membantu dalam program diet. Jengkol membantu melancarkan peredaran darah dan menjaga kesehatan jantung. Jengkol kaya akan kalsium dan fosfor yang baik untuk kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. Antioksidan dalam jengkol membantu melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Apa ciri jengkol yang berkualitas? Jengkol yang baik biasanya memiliki ukuran yang seragam, bebas dari lubang, dan memiliki permukaan yang mengkilap.
"Kalau Rp 35 ribu mana sanggup saya beli, padahal banyak yang menanyakan jengkol. Tapi saya tidak kuat belinya," kata dia seperti dikutip Antara.
Tuti yang sudah berjualan warteg sejak 2003 ini biasa membeli jengkol atas permintaan pelanggannya. Untuk berbelanja kebutuhan warteg dia belanja di Pasar Jambu Dua. Sehari dia biasa membeli dua kilogram.
Menurut ibu satu anak tersebut, jika dia membeli jengkol dua kilo seharga Rp 70 ribu, dia tidak mendapatkan keuntungan dan sulit untuk menjual. Karena, pelanggannya hanya buruh kerja dan ibu rumah tangga yang kebanyakan membeli seharga Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per porsi.
"Kalau harganya Rp 35 ribu per kg, saya mau jual berapa. Kalau yang beli cuma Rp 3.000 berat saya ngasihnya berapa biji, kalau beli Rp 5.000 paling saya cuma bisa kasih empat biji, itu pun banyak yang protes," katanya.
Dia mengatakan, jengkol merupakan hidangan yang banyak dipesan oleh pelanggannya. Tetapi sudah tiga hari ini dia tidak bisa menyediakan jengkol karena harganya yang lebih mahal dari harga ayam potong.
"Saya juga tidak tahu kenapa harganya mahal, apa karena pengaruh hujan, atau memang lagi sedikit produksinya," kata dia.
Selain karena mahalnya harga jengkol, Tuti juga dipusingkan dengan harga cabai yang terus melambung. Cabai merah besar yang pekan lalu Rp 40 ribu per kg, kini menjadi Rp 58 ribu per kg. Cabai rawit merah juga bertahan Rp 48 ribu, cabai rawit hijau Rp 36 ribu. Bawang merah dari Rp 28 ribu kini menjadi Rp 43 ribu, begitu juga dengan bawang putih Rp 40 ribu per kg.
"Pusing harga sekarang, cabai dan bawang mahal semua, padahal itu bahan yang paling penting. Kalau cabai dan bawang sudah mahal begini, beban kita mau jualan," katanya.
Mahalnya harga komoditi hortikultura tersebut membuat Tuti minim untung. Dia juga terpaksa menambah modal biaya, dan menyiasatinya dengan menaikkan harga jual Rp 1.000 per porsi, atau mengurangi sambal. Sejak harga naik, keuntungan yang bisa dikontonginya hanya Rp 50 ribu sampai Rp100 ribu.
Warteg milik Tuti cukup ramai dikunjungi baik dari kalangan pelajar, pekerja apotik, pekerja kantoran, pemilik warung maupun warga yang berada di seputar Jalan Menteng dan Semeru. Sehari dia masak lebih dari 50 porsi hidangan.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaDua petani tersebut marah karena harga wortel mereka turun drastis di pasaran.
Baca SelengkapnyaHarga beras saat ini tengah melonjak sebagai dampak dari kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaIpah menyebut, kenaikan harga telur ayam telah berlangsung selama satu pekan terakhir.
Baca SelengkapnyaKomoditas yang masih tinggi adalah daging ayam dan telur.
Baca Selengkapnyaharga telur ayam di pasar mengalami kenaikan menjadi Rp32.000 per kg.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaDi Pasar Anyar Kota Bogor misalnya, kenaikan berkisar Rp46 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram.
Baca SelengkapnyaPedagang Pasar Senen mengaku merasa bingung untuk harga daging kerap melonjak setiap bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaMelansir data panel harga dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), Komoditas daging ayam ras melonjak paling tinggi.
Baca SelengkapnyaSitus Badan Pangan Nasional menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
Baca SelengkapnyaMendag Zulkifli tersentak saat mendengar harga cabai sekarang sudah Rp100.000 per kilogram.
Baca Selengkapnya