Harga Kedelai Melambung usai BBM Naik, Perajin Tahu di Solo Resah
Merdeka.com - Harga kedelai impor di pasar tradisional Kota Solo merangkak naik sejak dua pekan lalu, pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebelumnya harga kedelai berkisar Rp10.000 per kilogram (kg), saat ini melambung hingga Rp13.000.
Kenaikan harga cukup signifikan tersebut membuat perajin tahu dan tempe di Kota Bengawan resah. Mereka terancam tak bisa berproduksi jika harga bahan baku tahu tempe tersebut tidak segera turun.
Untuk mensiasati agar tetap bertahan, para perajin pun harus memutar otak. Salah satunya dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe. Sehingga tidak perlu menaikkan harga yang bisa memberatkan konsumen.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Bagaimana pengusaha tempe tahu mengatasi kenaikan harga kedelai? Akibat dampak ini, sejumlah produsen menaikkan harga jualnya, memperkecil ukuran tahu dan tempe, hingga mengurangi produksi.
-
Mengapa impor kedelai sangat penting untuk produksi tempe dan tahu? Dari jumlah keseluruhan volume impor tersebut, sekitar 70 persen dialokasikan untuk produksi tempe, sedangkan untuk yang 25 persennya untuk membuat tahu, dan sisanya untuk produksi lain.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Gimana perajin tahu di Dusun Kanoman olah tahu? Para perajin di Dusun Kanoman begitu telaten dalam membuat tahu. Setelah tahu jadi, mereka mengolahnya lagi jadi tahu kempong dan tahu kepal. 'Kalau tahu kempong itu bisa dibuat tahu isi. Kalau untuk tahu kepalnya bisa dibuat bacem,' kata Hendro.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
"Sudah dua minggu ini harganya naik terus. Sebelum BBM naik itu sekitar Rp10.000, sekarang ini sudah 13.000 per kilogram," ujar Wagiyem perajin tahu asal Krajan, Solo, Kamis (29/9).
Menurutnya, sebenarnya dengan harga kedelai Rp10.000 per kilogram sudah cukup memberatkan. Sebelum mencapai Rp13.000 harga kedelai juga naik menjadi Rp12.000 per kilogram. Dan sekarang harganya semakin tidak terjangkau.
"Kita tidak bisa menaikkan harga mas, takut nanti malah tidak laku. Jadi ukurannya saja yang kita kurangi," keluhnya.
Kondisi serupa dialami Prihatin, perajin tahu yang juga berasal dari kampung Krajan Solo. Menurutnya, pengurangan ukuran tahu dan tempe sudah biasa dilakukan saat harga kedelai naik. Hal tersebut dilakukan agar para konsumen tetap bisa mengkonsumsi makanan favorit rakyat Indonesia.
"Hampir tiap tahun selalu seperti ini mas. Solusinya ya kita perkecil ukurannya biar tetap berproduksi. Masyarakat tetap bisa makan tahu dan tempe," katanya.
Baik Wagiyem maupun Prihatin berharap agar pemerintah turun tangan untuk menurunkan harga kedelai.
"Ya harapannya harga kedelai segera turun. Pemerintah harus turun tangan, jangan sampai malah naik lagi, bisa bangkrut kita," tandasnya.
Tak hanya berimbas pada perajin tahu, Kenaikan harga kedelai juga dirasakan para pedagang angkringan. Pasalnya ukuran tahu dan tempe yang mereka jajakan menjadi kecil.
"Sudah dua minggu ini mas tahu tempe ukurannya mengkeret (mengecil). Saya banyak diprotes langganan saya," ucap Wawan, penjual angkringan di Jembatan Baki, Sukoharjo.
Wawan menyampaikan, dirinya tiap pagi memang menjual olahan tahu dan tempe dalam berbagai varian. Selain digoreng, tahu dan tempe juga dimasak dengan bumbu bacem, tahu isi, tahu bakso maupun tempe mendoan.
"Kalau disini laris semua mas, selain dimakan langsung juga untuk lauk nasi kucing atau dibawa pulang. Harapannya harga kedelai segera normal. Nggak enak mas kalau banyak pembeli yang protested, tahunya kok kecil kecil," pungkasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaNaiknya harga kedelai sejak awal November membuat produsen tahu menjerit
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaHarga beras mengalami kenaikan sejak tanggal 1 September. Bahkan untuk harga beras kualitas premium saat ini sudah menyentuh Rp15.000/Kg.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaBadan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan kenaikan harga beras terjadi akibat defisit di sejumlah sentra produksi.
Baca SelengkapnyaHarga beras saat ini tengah melonjak sebagai dampak dari kemarau panjang.
Baca Selengkapnya