Harga tomat Rp 300 perak per kilogram, petani di Sragen frustrasi
Merdeka.com - Harga tomat di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah terjun bebas. Jika sebelum masa panen, harga per kilogramnya mencapai Rp 5 ribu, namun saat mereka panen raya, harganya justru anjlok jauh di luar dugaan, yakni hanya Rp 300 per kilogramnya.
Kondisi tersebut membuat petani merugi hingga puluhan juta rupiah. Harga jual yang mereka harapkan bisa menutup biaya produksi atau bahkan bisa meraup keuntungan, justru sebaliknya. Tak sedikit petani yang frustrasi dan membiarkan buah tomatnya membusuk di sawah. Sementara petani lainnya memanfaatkan hasil panennya untuk pakan ternak sapi.
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Apa yang ditemukan oleh petani tersebut? Artefak yang dia temukan berupa batu besar berbentuk agak bulat dan ada tiga retakan terlihat di batu itu sehingga membuat benda itu mirip jamur.
-
Bagaimana cara petani muda ini menjual petai? 'Tapi karena sistemnya mereka nggak transfer dulu, jadi banyak uang yang macet di sana sehingga kita melakukan sesuatu yang baru dengan menjual petai lewat online,' kata Dyra dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Sutarno, petani warga Desa Gawan, Kecamatan Tanon, mengatakan, ia mengalami kerugian hingga puluhan juta. "Biaya tanam saya sudah banyak, tapi nggak bisa kembali. Dulu harga tomat bisa Rp 4 ribu atau Rp 5 ribu, sekarang Rp 500 saja gak sampai," ujar Sutarno, saat ditemui wartawan, Rabu (2/9).
Sutarno mengaku setiap harinya membawa pulang sekarung tomat dari sawahnya. Tomat-tomat yang sebenarnya cukup berkualitas itu terpaksa ia berikan ke sapi ternaknya. "Ini tomat bagus sebenarnya. Saya terpaksa mencacah-cacah buat pakan sapi," keluhnya.
Melimpahnya hasil panen Sutarno, membuat dia kewalahan untuk memanennya. Ratusan buah tomat lainnya bahkan dia biarkan membusuk di sawah.
Sutarno dan petani lainnya mengaku tak mengerti mengapa harga tomat bisa anjlok. Padahal, selama yang dia tahu, harga tomat selalu stabil di atas Rp 5 ribu per kilogramnya.
"Kami heran, petani kok selalu dirugikan. Setiap mau tanam harga bibit dan pupuk mahal, sedangkan setiap mau panen harganya anjlok," keluhnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaDua petani tersebut marah karena harga wortel mereka turun drastis di pasaran.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaHarga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaHarga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan menilai harga cabai rawit sebesar Rp23.000 per kg di pasar Malangjiwan di Karanganyar, Jawa Tengah terlampau murah.
Baca SelengkapnyaPara petani cabai di Jember tak bisa menikmati hasil panen seutuhnya
Baca Selengkapnya