Hari Ngembak Geni, warga di Jimbaran Bali bangkitkan tradisi Siat Yeh
Merdeka.com - Warga Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali, menggelar tradisi "Siat Yeh" yang artinya perang air. Tradisi, Siat Yeh dilakukan pada hari Ngembak Geni, Minggu (18/3), atau satu hari setelah Hari Raya Nyepi, Tahun Caka 1940 yang sudah berjalan Sabtu (17/3) kemarin.
Prosesi Siat Yeh di Jimbaran ini cukup unik. Sebelum dimulainya Siat Yeh, ratusan warga dibagi menjadi dua kelompok untuk menggelar upacara pengambilan Tirta (Air) di pantai Segara sebelah barat dan Suwung (Rawa) sebelah timur yang memang sudah sejak dulu menjadi sumber kehidupan bagi warga Banjar Teba Jimbaran.
Kemudian, setelah upacara pengambilan tirta, kedua air sumber ini dituangkan ke dalam kendi dan membawanya ke Banjar Teba dengan diiringi gamelan baleganjur. Sebelum proses tradisi Siat Yeh dimulai, untuk proses pembukaan digelar tarian Rejang Sari untuk menyambut kedua tirta atau pertemuan dua sumber air tersebut yang disajikan oleh Sekaa Truna-Truni Sekha Bakthi Asih (Organisasi Kepemudaan).
-
Di mana warga berebut air bersih? Pemandangan serupa juga terjadi di Blora, Jawa Tengah. Warga Desa Jepangrejo berebut air bersih bantuan dari BBWS Pemali-Juwana.
-
Bagaimana cara warga merayakan Pesta Nelayan Cisolok? Acara ini digelar meriah, dan sayang untuk dilewatkan karena menampilkan kearifan lokal khas Cisolok. Berikut selengkapnya. Digelar dengan karnaval Adapun acara puncak yang dilangsungkan melalui karnaval digelar mulai dari kantor Kecamatan Cisolok, lalu melintasi jalan raya hingga finish di tempat pelelangan ikan Pajagan.
-
Dimana tradisi Perahu Bidar dilakukan? Sungai Musi merupakan sebuah aliran sungai lintas provinsi yang melewati wilayah Bengkulu dan Sumatra Selatan.
-
Bagaimana warga Sambeng dapatkan air di awal kemarau? Pada awal musim kemarau, warga mengandalkan sumber air yang terletak di pinggir desa. Namun karena musim kemarau berlangsung panjang, sumber air ikut mengering.
-
Dimana warga Lebak mengambil air? Terlihat beberapa warga yang didominasi kaum ibu tengah menuju sumber air resapan di sudut desa.
-
Kapan tradisi Perahu Bidar dimulai? Tradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898.
Setelah prosesi tarian Rejang Sari, Siat Yeh pun dimulai dengan ditandai pelemparan kedua mata air tersebut menggunakan wadah (Cetok) batok kelapa kecil. Para peserta Siat Yeh yang didominasi oleh para pemuda-pemudi pun mulai bernyanyi dengan riang gembira memaknai pertemuan dua air sumber tersebut. Kemudian, perang air pun dimulai dengan saling siram kedua air sumber sehingga basah kuyup.
I Gusti Ketut Gede Yusah Asana Putra, Ketua Panitian Pengarah Siat Yeh menjelaskan, bahwa tradisi ini pertama kali dilakukan di Banjar Teba, karena sejak tahun 1983 tradisi tradisional di Jimbaran sudah tidak pernah ada. Namun, tradisi Siat Yeh ini adalah rekonstruksi dari permainan-permainan tradisional dulu.
"Kalau dulu setelah Ngembak Geni masing-masing desa mempunyai tradisi yang unik tersendiri. Dulu banyak macam-macam permainan tradisional, seperti mengguyonan atau banyak nama lainnya. Saat ini kita buat dengan kemasan yang berbeda dengan Siat Yeh, setelah melakukan pemahaman yang lebih mendalam dan berkoordinasi dengan para Pelingsir dan akhirnya Siat Yeh yang paling tepat," ucapnya.
Tradisi Siat Yeh ©2018 Merdeka.com/Moh KadafiYusah Asana Putra juga menyampaikan bahwa tradisi ini pertama berawal dari keinginan para Sekaa Truna-Truni yang ingin kembali membangkitkan tradisi di Jimbaran, agar menjadi warisan budaya. Selain itu, tradisi Siat Yeh juga sesuai dengan kondisi alam di Jimbaran yang berdekatan dengan dua sumber air laut dan Suwung.
"Sudah sejak tahun 1983, terhitung 36 tahunan tidak perna melakukan tradisi ini. Anak-anak kita ingin mempunyai trasdisi yang ingin di wariskan. Kita upayakan tradisi ini berlangsung setiap tahun. Mudah-mudah menjadi obyek wisata, karena Jimbaran juga salah satu obyek wisata di Bali," ujarnya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi petik laut Lampon sudah dilakukan sejak tahun 1927 atau 96 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTradisi ngirab selalu dilaksanakan untuk memperingati hari Rebo Wekasan.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Telaga Buret membuat sejumlah desa di Tulungagung tak pernah alami kekeringan.
Baca SelengkapnyaSeluruh elemen warga, baik itu anak-anak, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan saling berbaur turun ke sungai dan berlomba menangkap ikan.
Baca SelengkapnyaWarga setempat hanya membutuhkan dua bilah bambu untuk menjalankan tradisi Miruha.
Baca SelengkapnyaKonon pada zaman dahulu mata air tersebut digunakan untuk mandi para tentara.
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca SelengkapnyaNadran laut merupakan wujud syukur antara manusia, alam serta Tuhan atas keberkahan laut yang melimpah.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, mereka melaksanakan tradisi untuk melestarikan tujuh sumber air di desa mereka
Baca SelengkapnyaWarga Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ingin kembali menghidupkan ritual Irung-Irung dengan segala tantangan yang harus mereka hadapi
Baca SelengkapnyaSebuah perayaan tradisi yang dilaksanakan rutin setiap tahun ini melibatkan seluruh petani untuk menyambut datangnya masa bercocok tanam.
Baca SelengkapnyaUpacara Melasti pagi ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang masuk ke dalam rangkaian perayaan Nyepi.
Baca Selengkapnya