Hari terakhir Gani sebelum dibunuh pengikut Dimas Kanjeng
Merdeka.com - Meski berusaha tetap tegar dan menerima nasib atas kematian suaminya, Abdul Gani (38), warga Probolinggo, Jawa Timur. Erwin Hariyati, warga Banyuwangi ini mengaku tak bisa menyembunyikan dukanya. Bayang-bayang ketakutan masih membekas di ingatan, tatkala almarhum suaminya menceritakan ancaman kematian dari pimpinan Padepokan Kanjeng Dimas, Taat Pribadi.
Perempuan 23 tahun ini meyakini, kuat dugaan suaminya dibunuh para pengikut Taat. Kemudian jasadnya dibuang di Wonogori, Jawa Tengah pada April 2016 lalu. "Saya dari awal sudah tahu (Gani bakal tewas), tinggal tunggu waktu saja. Karena sebelum kejadian, suami saya sering diteror. Suami saya diancam karena berniat melapor ke Jakarta (Mabes Polri)," ungkap Erwin kepada merdeka.com, Minggu (2/10).
Sebelum Gani ditemukan tewas, Ismail yang sadar dengan tipu muslihat Taat soal ilmu menggandakan uang, lebih dulu ditemukan meninggal. Jasad Ismail ditemukan di perbatasan Situbondo-Banyuwangi tahun lalu.
-
Siapa yang dimakamkan? Berdasarkan bukti kontekstual, dapat diasumsikan orang tersebut adalah seorang pejuang laki-laki, menurut Zagórska-Telega.
-
Kenapa Galang dimakamkan di Depok? Dia dimakamkan di pekarangan rumah orang tuanya di desa Kp. Leuwinanggung No. 19 Tapos, Depok, Jawa Barat.
-
Siapa yang dimakamkan di sana? Salah satu sosok penting yang dimakamkan di sini ialah Habib Idrus Al Habsyi.
-
Siapa yang dimakamkan di Tanis? Yang menarik dari kota ini adalah kota ini menjadi tempat dimakamkannya Raja Sheshonq II, yang nama dan ceritanya hilang sampai para arkeolog menemukan makamnya.
Erwin bercerita, suaminya dan Ismail adalah teman akrab. Keduanya juga berkarib dengan Taat sejak masih muda. Saat mengetahui Taat bisa menggandakan uang, mereka mendirikan padepokan bersama-sama di Probolinggo pada Tahun 2007.
Hingga akhirnya, Taat mendapat gelar Sri Raja Prabu Rajasanagara Raden Mas Kanjeng dan Gani dianugerahi gelar Sultan Agung. Namun, Medio 2015, Ismail dan Gani sadar kalau Taat itu menyimpang. Ilmu menggandakan uang, hanya trik belaka. Kemudian foto-foto Taat persama para pejabat, termasuk bersama presiden, adalah hasil rekayasa alias editan.
Miliaran uang milik para korban, termasuk uang Gani dan Ismali, juga tak kunjung kembali seperti janji Taat. Apalagi menjadi berlipat-lipat. Keduanya pun berniat meminta kembali uangnya, termasuk uang para korban yang mereka koordinir menjadi pengikut padepokan. Mereka juga berniat 'angkat koper' dari istana Taat Pribadi di Probolinggo.
Sayang niat baik itu berbuah ancaman. Bahkan, Ismail lebih dulu ditemukan tewas. Gani, yang merupakan pengusaha batu mulia di Probolinggo itu, bahkan sudah bolak-balik ke Jakarta, pulang kembali ke Probolinggo, hanya untuk melapor tipu muslihat Taat ke Mabes Polri.
"Awal 2016, saya diajak pindah pulang ke Banyuwangi oleh suami saya karena sering mendapat ancaman. Kemudian, sebelum kejadian, 13 April, suami saya pamit mau ke Probolinggo, menemui Taat. Ternyata itu hari terakhir saya dengan suami," kenang Erwin dengan mata berkaca.
Gani, pergi sendiri ke Probolinggo menemui Taat, untuk mengambil uang miliaran rupiah. Kata Erwin, uang tersebut bukan hanya milik suaminya saja, tapi juga milik korban-korban yang lain.
Sebelum pergi, Gani tak hanya pamit ke istrinya, tapi juga ke mertuanya untuk meminta doa. "Sempat juga pamit ke orang tua. Kakinya orang tua saya dibasuh meminta restu dan doanya. Kemudian, tengah malam dia berangkat sendiri. Subuh, masih sempat nelpon. Tapi setelah itu tak pernah lagi menghubungi saya," cerita Erwin.
Karena mengetahui betul cerita di balik kematian suaminya itulah, Erwin berkeyakinan kalau Gani tewas dibunuh kaki tangan Taat Pribadi. Dia juga mengaku sempat menceritakan kejadian tersebut ke pihak kepolisian di Wonogiri, saat diminta datang melihat jenazah suaminya.
"Itu kenapa saya yakin suami saya dibunuh. Karena dia sering cerita sendiri ke saya, kalau sering diancam teman-temannya di padepokan. Saat ditemukan meninggal pun, suami saya pamit menemui Taat," tegasnya yakin.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Dudung mengenang kebersamaan dengan sang ajudan saat umroh. Ia meninggalkan hotel pukul 1 malam sampai sang ajudan mencari tapi tidak ketemu.
Baca SelengkapnyaKorban sempat meninggalkan sebuah surat berisi wasiat yang isinya meminta diantarakan ke rumah sakit yang berada di dekat lokasi.
Baca SelengkapnyaKorban dijanjikan menjadi tentara dan pelaku meminta uang ratusan juta rupiah dari keluarga.
Baca SelengkapnyaNarasi yang beredar bahwa Panji Gumilang telah dihukum mati di Nusa Kambangan.
Baca SelengkapnyaDukun pengganda uang Slamet Tohari terancam hukuman mati
Baca SelengkapnyaPimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang memberikan sambutan di depan siswa-siswi pondok pesantren miliknya.
Baca SelengkapnyaGubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan purnatugas pada 5 September mendatang.
Baca SelengkapnyaIwan dibunuh anggota TNI AL, Serda AAM, personel Denpom Lanal Nias.
Baca SelengkapnyaSalah satu seniman pendukung acara meninggal dunia usai pertunjukan sendratari Sirna Mendhak Sang Kala Sirna
Baca SelengkapnyaSaat jasadnya ditemukan tergantung di tali, DG mengenakan baju dan hoodie hitam.
Baca Selengkapnya