Hariman Siregar di mata 3 Jenderal
Merdeka.com - Sebagai motor gerakan mahasiswa yang berujung peristiwa Malari, Hariman Siregar tak bisa dipisahkan pertautannya dengan para tentara. Ada yang menjadi lawan, ada pula kawan. Di antara lawan, sebut saja Jenderal Soemitro yang memerintahkan agar Hariman ditangkap, meskipun pada awalnya Soemitro selaku Pangkopkamtib dekat dengan gerakan mahasiswa. Ada pula Jenderal Yoga Sugomo, Kabakin yang menggantikan Sutopo Yuwono usai peristiwa Malari.
Ada pula jenderal yang dekat dengan mahasiswa, yaitu AH Nasution . Setelah pensiun dan "disingkirkan" Soeharto , Nasution aktif ceramah ke kampus-kampus di seluruh Indonesia. Dia pun sering didatangi oleh kelompok-kelompok, tokoh-tokoh mahasiswa dari Jakarta, Bandung dan kota-kota lain untuk meminta penjelasan tentang keadaan internal ABRI dan meminta pendapat bagaimana mengubah keadaan pada awal rezim Orde Baru. Berikut ini kata 3 jenderal tentang Hariman Siregar seperti dirangkum merdeka.com:
Jenderal Soemitro
-
Siapa saja yang ditangkap? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Apa itu Syawalan Morodemak? Syawalan Morodemak merupakan sebuah ritual sedekah laut yang digelar di Pantai Morodemak, Kecamatan Bonang.
-
Apa tugas Soepardjo setelah menculik para jenderal? Setelah menculik para Jenderal Angkatan Darat, Soepardjo ditugaskan untuk melapor kepada Presiden Sukarno.
-
Siapa yang ditangkap? Seorang pria di China utara ditangkap oleh pihak kepolisian setelah ia membuat surat penangkapan palsu untuk dirinya sendiri di media sosial.
-
Bagaimana Soepardjo ditangkap? Tanggal 12 Januari 1967, Satgas Kalong dibantu Tim Intel Angkatan Udara akhirnya berhasil menangkap Brigjen Soepardjo di sebuah rumah di kawasan Halim Perdanakusuma.
Kesalahan mahasiswa adalah mereka 'mempermainkan' massa, sehingga massa tidak bisa dikendalikan dan akhirnya jalan sendiri dan yang mengendalikan orang lain. Ibaratnya, Hariman mulai menggerakkan, tapi baru maju beberapa langkah ia sudah kehilangan kontrol terhadap massa. Diperintahkan ngalor tapi kok bergerak ngidul, sebab yang yang memerintahkan ngidul itu sudah orang lain lagi. Kalau kita teliti, saat itu para mahasiswa bergeraknya ke arah Halim, langsung dengan tujuan hendak menyambut Tanaka. Tapi, massa GUPPI, tukang-tukang becak, preman-preman Kramat, atas suruhan Opsus justru bergerak ke arah Senen. Terbakarlah Senen, huru-hara meledak di sana.Jadi, ini salah mahasiswa juga tidak nunggu petunjuk kami dan jalan sendiri. Mereka terlampau gegabah. Ini agaknya karena didorong jiwa muda mereka, sehingga belum matang dalam membuat perhitungan. Jiwa muda Hariman jelas kelihatan manakala kita saksikan bahwa yang ia serang bukan hanya aspri, tapi juga presiden. Semua dia hantam. Ada perasaan semacam itu bahwa semua dihadapi, presiden pun dibidik. Mereka terinspirasi pula dengan fenomena Angkatan 1966. Ada perasaan ingin menyamakan dengan tahun 1966. Tahun 1966 bisa, mengapa sekarang tidak bisa? Begitu mungkin pikir mereka. Baru terakhir Hariman menyesal setelah mengetahui aksinya ditunggangi pihak lain, apalagi sampai ada korban yang meninggal, 11 orang.Terjadi looter, penjarahan, perampokan, di mana-mana, di jalan yang ke jurusan Glodok, Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada, maka saya minta pertanggungjawaban Dewan Mahasiswa UI, eh, ternyata mereka lari dari tanggung jawab. Marah saya. Pada saat itu juga saya perintahkan kepada Pak Domo, 'Tangkap DMUI sekarang juga!' Pak Domo masih membela, 'Jangan, Pak, jangan dulu.' 'Tidak ada nanti-nanti, sekarang juga harus ditangkap! Mereka harus saya beri pelajaran. Perintah penangkapan hanya kepada Dewan Mahasiswa UI. Tidak pernah saya perintahkan penangkapan terhadap yang lain.(Dikutip dari Soemitro, dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib)
Jenderal Yoga Sugomo
Peristiwa Malari menurut telaah Yoga Sugomo ternyata merupakan puncak aksi-aksi ekstra parlementer dari generasi muda, mahasiswa dan pelajar yang memang memberikan kesan cenderung menjurus pada perbuatan makar terhadap pemimpin nasional serta untuk mengubah UUD 1945.Hariman Siregar terlihat sangat aktif mengoordinasikan gerakan-gerakan mahasiswa di penghujung 1973. Setelah dari Bandung dia berangkat ke Yogyakarta untuk mengadakan pertemuan dengan mahasiswa di kota pelajar itu. Dalam pertemuan tanggal 14 November hadir pula utusan ITS, Undip, Unair, dan wakil dari beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Pertemuan itu menyimpulkan Kopkamtib dan Aspri harus dibubarkan. Berikutnya di Bandung, Hariman menawarkan kepada forum terbuka mengenai kemungkinan mengganti pimpinan nasional. "Kultur-kultur penguasa sekarang tidak menghasilkan perubahan," kata Hariman dikutip Yoga dalam Memoar Jenderal Yoga.Pergolakan akhir 1973 dan awal 1974 jelas bukan murni gerakan mahasiswa. Ada sejumlah kelompok tidak puas yang memanfaatkan situasi yaitu bekas simpatisan PSI (Partai Sosialis Indonesia). (Dikutip dari Memoar Jenderal Yoga)
Jenderal AH Nasution
Tokoh mahasiswa yang juga saya terima di rumah tak lama sebelum kejadian 14-15 Januari 1974 adalah Hariman Siregar, Ketua Dewan Mahasiswa UI, yang waktu itu menjadi terkenal sekali. Sebagaimana biasa, kami berbicara tentang keadaan sosial dan politik masa itu. Tentang keadaan dewasa itu, saya berpendapat bahwa tidak tersedia syarat-syarat yang kondusif untuk terjadinya perubahan strategis. Pemimpin ABRI sama-sama mendukung kepemimpinan Jenderal Soeharto. Sungguh pun ada pertentangan dan persaingan di antara mereka, saya menilai mereka tetap 'dalam satu kutub' yang berkepentingan mempertahankan sistem kekuasaan yang nyata ada dewasa itu.Saya menilai mahasiswa terlalu mengharapkan di antara para jenderal yang berkuasa itu ada yang terinspirasi untuk menggerakkan perubahan. Sebagai contoh soal "pola kepemimpinan baru" yang dikumandangkan oleh Jenderal Soemitro di mana-mana, yang telah membuka harapan terlalu besar kepada para pemuda pemburu.
Dalam dialog dengan tokoh-tokoh mahasiswa tampak jelas adanya harapan yang tinggi terhadap usaha pembaruan kepemimpinan oleh Jenderal Soemitro sebagai penguasa darurat Pangkopkamtib. Akan tetapi, ada pula perbedaan pendapat tentang apa yang mesti diperbarui, apakah terhadap strategi pembangunan, berarti terhadap teknokrat-teknokrat, ataukah terhadap pelaksanaan, yang berarti terhadap aparat, khususnya ABRI, yang menduduki posisi-posisi aparatur penting di pusat dan daerah, seperti sekretaris jenderal, direktur jenderal, gubernur, bupati, wali kota, dan terutama terhadap aspri-aspri presiden. (Dikutip dari "Mengawal Nurani Bangsa: Jenderal Besar Dr.A.H. Nasution")
Baca juga:Berbagai versi Malapetaka 15 JanuariHariman Macan Malari: Anak muda sekarang kurang bergerakMalari, perlawanan terhebat pertama terhadap Orde BaruNakalnya Hariman, masukkan potongan alat vital ke tas temanMasa tersulit Hariman di tahanan, anak kembar & ayah meninggal (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan, tidak akan menutupi kasus tiga tersangka Anggota TNI pembunuh pemuda asal Aceh Imam Masykur.
Baca SelengkapnyaAnggota Paspampres dan 2 anggota TNI menjual ponsel korban usai aniaya hingga tewas.
Baca SelengkapnyaBerkas tiga TNI itu ditargetkan rampung akhir bulan September 2023.
Baca SelengkapnyaPanglima perintahkan dua jenderal periksa anggota TNI yang geruduk Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara.
Baca SelengkapnyaDi tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.
Baca SelengkapnyaPenculikan terhadap pria berusia 25 tahun itu terjadi pada hari Sabtu, 12 Agustus 2023 lalu di Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Baca SelengkapnyaTak hanya Puspom TNI yang memonitor perkara tersebut, melainkan juga Kepala Badan Pembinaan Hukum (Kababinkum) TNI.
Baca Selengkapnya