Haruskah rakyat Indonesia selalu takut 'Bahaya Laten Komunis'?
Merdeka.com - Partai Komunis Indonesia (PKI) seolah menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Keberadaan tiap hal berbau komunis kini sejak dahulu terus diberangus. Sehingga membuat masyarakat cenderung takut dengan pemahaman itu.
Salah satu contoh, beredarnya lambang palu arit menggegerkan Tanah Air belakangan ini. Petugas dengan cepat menangkap dan mengadili siapa saja terlibat dalam peredaran logo tersebut.
Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengibaratkan komunis sebagai hantu yang bergentayangan. Namun, dia menegaskan masyarakat tidak perlu takut dengan ideologi komunis lantaran kekuatannya tidak lagi memberi pengaruh besar baik di tingkat nasional maupun international.
-
Kenapa kaum komunis ingin menghapus sistem kerajaan? Hal ini tak lepas dari peran kaum Komunis yang ingin menghapus sistem kerajaan dengan alasan anti feodalisme.
-
Kapan PKI dibubarkan? Sampai pada akhirnya mereka berseteru hingga keberadaannya pun dibredel. Para anggota PKI pun dipecat dari kabinet dan partai merah tersebut dibubarkan.
-
Siapa yang menganggap 'kesatria' sudah tidak ada lagi? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Match pada tahun 2017, sekitar 73 persen wanita beranggapan bahwa 'kesatria' sudah tidak ada lagi, namun pria yang memiliki sikap seperti ini dapat mengubah pandangan tersebut.
-
Kenapa BPUPKI dibubarkan? Pembubaran Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 7 Agustus 1945 oleh pemerintah pendudukan Jepang didorong oleh beberapa alasan penting: 1. Tugas Utama Selesai BPUPKI telah menyelesaikan tugas utamanya, yaitu menyelidiki dan merumuskan dasar negara serta rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) bagi Indonesia merdeka. Dalam dua kali sidang besar, BPUPKI berhasil merumuskan Pancasila sebagai dasar negara dan menyusun rancangan UUD. Setelah tugas ini selesai, BPUPKI tidak lagi diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah direncanakan.
-
Bagaimana cara BPUPKI dibubarkan? Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI resmi dibubarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang dan digantikan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai.
-
Bagaimana boikot berpengaruh? Pada Maret lalu Alshaya Group yang memiliki lisensi Starbucks di Timur Tengah, mulai memecat lebih dari 2.000 karyawannya di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau sekitar 4 persen dari seluruh pekerjanya karena dampak boikot.
"Tidak perlu takut, karena faktanya komunis bukan ideologi yang menarik," ujar Ray kepada merdeka.com, Minggu (8/5).
Ray menjelaskan, ideologi komunis sudah tidak dipercaya masyarakat. Meski begitu, masih ada saja sekelompok orang tertentu menebarkan banyak hal bernuansa komunis.
"Salah satu cara untuk melawan komunis itu rasionalisme dan kebebasan," tandasnya.
Dihubungi terpisah, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing mengatakan persoalan komunis memang tidak lepas dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Masyarakat kini dihantui trauma mendalam atas pembantaian pada tahun 1965.
"Trauma itu sudah melekat dalam nilai berbangsa dan bernegara kita. Masyarakat harus sangat hati-hati dengan komunis dan tetap harus ditangani," kata dia.
Masyarakat, kata dia, jangan berhenti mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya pemahaman komunis. Hal ini ditegaskannya berdasarkan kajian akademik bahwa ideologi apa pun bisa saja tumbuh subur dan bisa terlupakan. Namun, itu semua tergantung bagaimana masyarakat menyikapinya.
Semua kekhawatiran terhadap komunis akan teratasi jika seluruh lapisan masyarakat maupun penyelenggara negara menerapkan nilai Pancasila. Dia yakin penerapan nilai Pancasila ini menjadi penangkal berkembangnya komunis di Indonesia.
"Kalau kita pegang Pancasila maka kita pegang komunikasi yang beradab. Kalau kita tak menjaga komunikasi beradab maka pemahaman komunis semakin subur tumbuh subur," sambung Emrus.
Terkait beredarnya logo palu arit, Emrus mengimbau pemerintah bisa membangun komunikasi baik dengan pihak penyebar logo. Dia berharap tidak ada ancaman atau penghakiman sepihak terhadap penyebar logo palu arit.
"Ajak dialog dengan mereka sehingga bisa diketahui apa tujuannya, apa yang ingin mereka perjuangkan. Jangan serta merta benci mereka, jangan ada tindakan pelanggaran HAM," tegasnya.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Baswedan mengungkap masih ada masalah kebebasan berekspresi di Indonesia hari ini.
Baca SelengkapnyaPenangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaAgama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta relawannya tidak takut menghadapi intimidasi dari lawan politik maupun aparat penegak hukum.
Baca SelengkapnyaPerlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat memiliki ketahanan lebih terhadap narasi kebangkitan khilafah karena lebih percaya organisasi seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Baca SelengkapnyaAasa depan yang disusun saat ini berada di bawah bayang-bayang kerusakan akibat senjata nuklir.
Baca Selengkapnya