Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hasyim Muzadi: Jihad adalah perjuangan dan teror bukan perjuangan

Hasyim Muzadi: Jihad adalah perjuangan dan teror bukan perjuangan Hasyim Muzadi. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Ahmad Hasyim Muzadi berpendapat bahwa pemahaman jihad dalam revisi undang-undang antiterorisme harus proporsional agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

"Ya proporsional saja, jihad adalah perjuangan dan teror bukan perjuangan, tapi merusak. Jadi dikembalikan saja jihad sebagaimana aslinya," ujar Hasyim saat ditemui dalam sebuah agenda di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (23/6).

Dia menjelaskan segala macam bentuk perjuangan sesuai Islam adalah jihad. Sedangkan jihad melalui peperangan memiliki nama khusus yaitu qital.

Orang lain juga bertanya?

Untuk teror, ujarnya, tidak memiliki kriteria karena dalam ajaran agama Islam hanya dikenal istilah peperangan atau perdamaian. Dalam Islam, jika menjalankan peperangan harus dilakukan secara terang-terangan dengan mengindahkan tata cara atau aturan perang dan dilaksanakan apabila kaum muslimin mendapat tekanan dari musuh.

"Kalau teror kan tidak, yang tidak berdosa, tidak tahu apa-apa ikut diserang, dibunuh. Itu kan tidak berjiwa ksatria, kalau perang kan memang satu pihak melawan pihak yang lain," ujarnya.

Oleh sebab itu Hasyim menyarankan, dalam UU Nomor 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ada baiknya jika teror tidak dimasukkan sebagai bagian dari jihad.

Perbedaan pandangan mengenai jihad antara aparat antiterorisme dengan aktivis Islam di Indonesia memunculkan perdebatan yang meruncing dalam wacana RUU antiterorisme.

Pengamat terorisme dari PP Muhammadiyah Mustofa B. Nahrawardaya mengakui revisi UU Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme masih terkendala dengan perbedaan pemahaman arti jihad dengan teror.

Mustofa pun menilai, penindakan oleh pemerintah dinilai tidak adil karena hanya menyasar pemeluk agama Islam, sedangkan dalam suatu kasus pemboman yang dilakukan oleh nonmuslim tidak dilabeli sebagai teroris.

"Ingat kejadian yang di Alam Sutera (Tangerang), bahkan BNPT mengakui itu bom terbesar tapi tidak pernah disebut sebagai teroris. Perlakuan yang diterima tidak sama, ini menimbulkan ketidakadilan," kata Mustofa mencontohkan. (mdk/eko)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Beda dengan MUI, Ketum PBNU Sebut Salam Lintas Agama Tanda Kerukunan Umat
Beda dengan MUI, Ketum PBNU Sebut Salam Lintas Agama Tanda Kerukunan Umat

Gus Yahya menilai, salam sejahtera yang sering digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal.

Baca Selengkapnya
Arab Saudi Larang Jemaah Bawa-Bawa Slogan Politik Selama Haji, Diduga Termasuk Tak Boleh Tunjukkan Solidaritas untuk Gaza
Arab Saudi Larang Jemaah Bawa-Bawa Slogan Politik Selama Haji, Diduga Termasuk Tak Boleh Tunjukkan Solidaritas untuk Gaza

Spekulasi mencuat terkait kemungkinan perjanjian normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv.

Baca Selengkapnya
Waspadai Dalil Sesat Kelompok Teror, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan
Waspadai Dalil Sesat Kelompok Teror, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan

Narasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.

Baca Selengkapnya
MUI Keluarkan Fatwa Terkait Salam Lintas Agama, Ini Penjelasan Lengkapnya
MUI Keluarkan Fatwa Terkait Salam Lintas Agama, Ini Penjelasan Lengkapnya

MUI melarang umat Islam mengucapkan salam lintas agama

Baca Selengkapnya
Pemuda Muhammadiyah Bela Zulhas: Tak Ada Motif Mempengaruhi dan Menghasut
Pemuda Muhammadiyah Bela Zulhas: Tak Ada Motif Mempengaruhi dan Menghasut

Dzulfikar Ahmad mengingatkan soal pendewasaan dalam proses beragama dan berpolitik.

Baca Selengkapnya