Heli Apache 'tank killer' jadi alutsista baru kebanggaan TNI AD
Merdeka.com - TNI Angkatan Darat (AD) memiliki deretan Helikopter Apache baru. Alutsista ini sidah terkenal ketangguhannya di medan tempur. Direncanakan Apache akan menggantikan posisi helikopter serbu Mi-35P yang sebelumnya digunakan.
Pantauan Liputan6.com, Jumat (20/7), delapan buah unit Helikopter Apache terparkir di Lapangan Terbang Skardon 11/Serbu, Semarang, Jawa Tengah. Empat di antaranya sudah mondar-mandir digunakan untuk pelatihan.
Komandan Skardon 11/Serbu Kolonel Korps Penerbangan TNI AD Cahyo Permono menyampaikan, Helikopter Apache merupakan alutsista yang dipesan dari Amerika Serikat. Berbeda dengan Helikopter angkut yang digunakan untuk membawa prajurit, Apache memang difungsikan untuk melakukan serangan.
-
Apa itu alutsista TNI AU? Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
-
Pesawat apa yang digunakan TNI AU untuk mengebom PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Siapa yang diincar TNI? Satu sosok yang diincar para prajurit TNI itu adalah Kapolres Tuban, AKBP Suryono.
-
Bagaimana TNI AU modernisasi alutsista? Tiga tahun terakhir, pemerintah mengalokasikan anggaran cukup besar untuk modernisasi alutsista dalam negeri.
-
Apa arti 'artileri' menurut KBBI? Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artileri secara adalah senjata untuk melontarkan proyektil.
Setelah melalui proses kontrak sejak 2013, kedelapan heli tersebut masuk bertahap ke Indonesia dengan tiga unit pada 2017 dan sisanya pada Maret 2018 lalu.
"Jadi helikopter ini dilengkapi dengan senjata. Kalau helikopter serbu itu gunanya untuk mengangkut pasukan, tetapi kalau helikopter serang itu membawa senjata dan bisa bertempur di medan pertempuran," tutur Cahyo di Lapangan Terbang Skardon 11/Serbu, Semarang, Jawa Tengah.
Apache si Tank Killer
Helikopter Apache memang cukup berbeda dengan Helikopter Mi-35P. Capung besi itu dilengkapi peralatan serba digital yang juga dioperasikan menggunakan komputer lewat sensor. Sementara Mi-35P merupakan produk Rusia yang masih menggunakan mode analog.
"Merupakan helikopter digital pertama yang kita miliki. Digital bukan hanya displaynya saja, tetapi semua proses sistemnya, proses untuk menghitung senjata dan perkenaan targeting semua dicatat oleh komputer. Dan juga gabungan antara optik dan elektronik sehingga kita sebut electro optic sensor," jelas dia.
Helikopter Apache TNI AD menjadi yang pertama dimiliki Indonesia. Kecanggihannya pun memampukan prajurit untuk bertempur di setiap kondisi, baik siang maupun malam hari. Bahkan, kondisi malam malah menjadi salah satu keunggulan helikopter tersebut.
"Untuk menjamin kemampuan tersebut maka pilot juga dilatih secara intensif untuk mampu terbang di malam hari," kata Cahyo.
TNI AD sudah memiliki 20 pilot yang siap untuk mengawaki Helikopter Apache. Mereka dikirim ke Amerika dan dilatih di US Army Flight School dan menjalani masa pendidikan sekitar delapan sampai dengab 10 bulan. Setengah dari mereka sudah kembali ke Indonesia.
"Sepuluh pilot tadi kita adakan penambahan jam terbang untuk bisa lebih familiar dengan pesawat ini. Jadi ini memang pesawat baru buat kita dan kita perlu familiar. Tergantung kebutuhan (jam terbang), dalam artian bisa satu pesawat sejam, dua jam, tiga jam. Tapi untuk saat ini satu sampai 1,5 jam terbang sehari," kata lulusan Akmil 1998 itu.
Lebih lanjut, di Asia Tenggara sendiri satu-satunya negara pemilik Helikopter Apache tipe Eco ini hanya Indonesia. Sementara untuk cakupan lebih luas yakni Asia, baru tiga negara saja yakni Taiwan dan Korea Selatan.
Fasilitas persenjataan Helikopter Apache milik TNI AD sama persis dengan yang diproduksi untuk Amerika Serikat. Perangkat tempur yang dipasang ada tiga jenis.
"Pertama ada automatic gun canon 30mm itu memiliki daya menghancurkan musuh 1,5 km sampai dengan 3,5 km. Nah canon anti personel bisa juga anti tank kecil karena dia mampu menembus baja sekitar 2 inci atau 5 cm," beber Cahyo.
Kedua, ada roket dengan daya tembak lima sampai tujuh kilometer, tergantung kebutuhannya. Daya ledaknya sendiri mencapai 50 meter. Selanjutnya yang ketiga adalah misil air to ground yang digunakan untuk menghancurkan lapis baja alias tank killer.
"Dikendalikan oleh laser. Di hidung Apche itu ada namanya TADS, Target Acquisition and Designation System. Sistem untuk mendapatkan target, bisa mencari musuh dan setelah itu akan ada misil yang akan ditembakkan ke musuh," bebernya.
Sumber: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alutsista tersebut dikembangkan dari kerja sama dua pabrik asal Turki FNSS dan PT Pindad Indonesia.
Baca SelengkapnyaLaksamana TNI Muhammad Ali memberi perintah secara langsung kepada prajurit untuk menembak musuh dalam Latopslagab 2024 TNI AL.
Baca SelengkapnyaSuper Tucano terbilang cukup lincah dan memberikan tingkat survivability cukup tinggi
Baca SelengkapnyaSalah satu alutsista Indonesia paling laku yaitu Anoa 6x6 yang dibuat PT Pindad. Anoa 6x6 ini dipesan Malaysia, Pakistan, Timor Leste dan lainnya.
Baca SelengkapnyaPerlengkapan perang terus berkembang cepat dengan terobosan baru yang diciptakan untuk pertahanan negara.
Baca SelengkapnyaPotret tank marinir TNI AL yang punya kemampuan berenang di laut.
Baca SelengkapnyaDi latihan pamungkas Super Garuda Shield, TNI mengerahkan deretan alutsista, mulai dari tank Leopard, roket artileri Astros & Vampire, serta heli AH-64 Apache.
Baca SelengkapnyaPrajurit menembak menggunakan meriam hingga rudal hingga pesawat hancur berkeping-keping.
Baca SelengkapnyaTNI mendapatkan hadiah berupa ratusan unit alat peralatan pertahanan dan keamanan
Baca SelengkapnyaPesawat tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, setelah menempuh penerbangan enam hari dari Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKehadiran delapan helikopter H255M memperkuat Skadron Udara 8 Wing 4 Pangkalan Udara Atang Sendjaja Bogor.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga akan kedatangan 42 unit pesawat tempur Rafale secara bertahap sekaligus merencanakan modernisasi radar.
Baca Selengkapnya