Hentikan sebar informasi hoax dan provokatif di media sosial
Merdeka.com - Hari ini, Rabu (30/11) sejumlah komponen bangsa secara serentak menggelar Aksi Nusantara Satu sesuai gagasan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono hadir dalam aksi Nusantara Satu yang digelar di Lapangan Monas.
Sumarsono mengajak warga ibu kota menghentikan penyebaran informasi bernada provokatif. Ini sebagai salah satu cara menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Saya mengajak seluruh masyarakat Jakarta untuk menghentikan penyebaran informasi-informasi berbau provokatif yang belakangan ini sering beredar bebas di kalangan masyarakat melalui media sosial," kata Sumarsono.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Bagaimana Kominfo tangani isu hoaks? Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks. Pemutusan akses ditujukan agar konten hoaks tidak tersebar luas dan merugikan masyarakat.
-
Apa isi hoaks tentang Kominfo? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Bagaimana Polisi Pekanbaru melibatkan admin medsos untuk cegah hoax? Polresta Pekanbaru mengambil langkah inovatif dengan melibatkan admin media sosial publik dalam upaya mencegah hoaks dan isu sara selama Pemilu 2024.Kolaborasi ini terwujud dalam diskusi santai antara Satreskrim Polresta Pekanbaru, dipimpin oleh Kasat Reskrim Kompol Bery Juana Putra, dan sejumlah admin media sosial di salah satu kafe di Pekanbaru.
-
Apa dampak dari ujaran kebencian di media sosial? Media sosial menjadi salah satu aspek yang ditekankan, karena berpotensi disalahgunakan lewat ujaran kebencian.
Pria yang akrab disapa Soni ini juga menyerukan kepada warganya untuk bersama-sama melawan isu SARA yang bertebaran di media sosial. Caranya dengan lebih cerdas menggunakan media sosial.
"Mari kita semua buat aksi tambahan untuk hapus informasi hoax dan provokatif, kalau menemukan info enggak betul jangan percaya dan jangan disebarkan ke orang lain," tegasnya.
Maraknya penyebaran informasi dan kabar bohong di media sosial bisa memicu dan memancing permusuhan. Sehingga ini tidak sejalan dengan komitmen menjaga kebhinekaan.
"Mari kita buat Jakarta sejuk, hidup damai walaupun di tengah perbedaan, jangan ada perpecahan," tuturnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat jangan mudah terpapar informasi hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaPernyataan yang disampaikan pemerintah harus lebih simpatik, mengedepankan sisi emosional.
Baca SelengkapnyaBahkan, banyak negara di dunia yang mengalami kekacauan karena tidak bisa menyaring konten hoaks di dunia digital.
Baca SelengkapnyaPolisi meminta masyarakat ikut menjaga situasi aman selama Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaNarasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca Selengkapnya