Hidup Sendiri, Seorang Ibu Asal Cilacap Nekat Mencopet Rp 100 Ribu di Banjarnegara
Merdeka.com - Perempuan berinisial RT (48) hidup sendiri di Desa Padang Jaya, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Suami dan seorang anaknya meninggalkan dia beberapa tahun lalu. Untuk bertahan hidup, RT bekerja serabutan. Kadang ia harus ke luar kota untuk mencari nafkah.
Seperti pada Sabtu (30/1) dini hari, ia menempuh jarak puluhan kilometer ke Purwokerto, sebelum akhirnya ke Mandiraja Banjarnegara. Namun tentu tidak ada yang menyangka, perjalanan itu akan membuatnya berurusan dengan polisi lantaran mencopet.
Ia berangkat naik bus ke terminal Bulupitu Purwokerto. Dari terminal Bulupitu, ia naik ojek ke Pasar Mandiraja. Ia tiba pukul 05.45 WIB. Di pasar RT berkeliling. Ia kemudian menghampiri sebuah kios pedagang sayuran.
-
Dimana suami pengangguran ini tinggal? Sudah dilaporkan bahwa ia pindah ke Jepang sekitar delapan tahun yang lalu dan menikah dengan wanita bernama Fenghua.
-
Kenapa Bu Wahyuti tinggal di kampung terpencil? Bu Wahyuti mengatakan ia terpaksa tinggal di kampung terpencil itu karena belum memiliki rumah sendiri, sehingga ia dan keluarganya harus menumpang di rumah yang disewakan pihak perhutani.
-
Siapa saja yang tinggal di Rumah Rakit? Sementara pedagang asing, hanya diperbolehkan membangun rumah di atas rakit karena kebijakan politik Sultan Palembang.
-
Bagaimana cara Risty Tagor menjalani hidup setelah bercerai? Setelah bercerai, Risty Tagor kini menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri dan tidak mengumbar kehidupan pribadinya.
-
Dimana Ibu Persit itu tinggal di Wamena? Jadi di rumah dinas pak Gading masih pakai kompor minyak tanah guys. Tapi katanya ada juga yang sudah pakai kompor listrik dan kompor gas.
-
Siapa yang tinggal di Kampung Rawa? Di sinilah warga Kampung Rawa, Johar Baru berlindung.
Ia berbaur dengan pembeli lainnya. Saat memilih sayuran, ia melihat tas pembeli di sebelahnya terbuka.
Spontan muncul hasrat dalam dirinya untuk mengambil isi tas itu. Namun aksi nekat mencopet itu diketahui pemilik tas.
"Jadi niat mengambil isi tas muncul spontan setelah melihat tas terbuka," kata Kapolsek Mandiraja, AKP Suyit Munandar, Selasa (2/2). Dikutip dari Liputan6.com.
RT tertangkap basah mencopet uang Rp100 ribu dari dalam tas. Pemilik tas itu kemudian meneriaki RT dengan sebutan copet.
RT panik. Ia mencoba lari menjauh. Namun di tengah keramaian pasar, tidak mudah bagi RT lolos dari sergapan warga pasar.
Dan benar, RT tertangkap. Ia sempat menjadi sasaran umpatan warga pasar. Beruntung ia tidak jadi sasaran amuk massa.
"Warga Mandiraja sudah melek hukum, jadi tidak sampai terjadi main hakim sendiri, kalau ada yang berbicara dengan nada keras itu memang pembawaan karena lama hidup di pasar," ujar dia.
Warga lantas menyerahkan RT ke Polsek Mandiraja. Kapolsek menyelesaikan kasus ini dengan mediasi.
Kapolsek menghadirkan beberapa pihak sebagai saksi pada mediasi ini. Mereka antara lain Kanit Reskrim, Kanit Intel, Kepala SPKT, Kadus Kebakalan Akhmad Jazuli, penjaga pasar Udinq, Rasini dan korban.
Pada mediasi ini korban memutuskan tidak menempuh jalur hukum. Ia memaafkan RT karena menyadari kondisi Rasini yang tak begitu beruntung.
Meskipun telah dimaafkan, namun polisi memberlakukan wajib apel setiap hari Kamis di Mapolsek Mandiraja. Hal ini sebagai pembinaan agar RT tak mengulangi perbuatannya.
"Ini akan berlangsung sampai terduga dinilai telah stabil perilaku dan kejiwaannya," tuturnya.
Suyit mengingatkan publik agar menghindari aksi main hakim sendiri. Ketika menemukan peristiwa serupa, ia berharap warga mengedepankan pendekatan kemanusiaan.
"Hormati hak asasinya, jadi jangan main hakim sendiri," ucapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaImas, ibu dari dua anak di kampung Bandung Barat membocorkan berapa biaya hidup dalam satu bulan saat hidup di kampung.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaDia nekat kabur dari rumah demi menghindari tagihan utang. Di tanah perantauan, sosoknya tinggal di gubuk sederhana.
Baca SelengkapnyaIbu Amina mengaku sudah sejak kecil tinggal di tempat ini. Bahkan ia mengatakan sudah mempunyai cucu.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaHidupnya sebatang kara. Tinggal di rumah reyot di tengah gemerlap ibu kota Jakarta. Dia adalah Diah Aristy Kusuma Putri (42) alias Diah Putri.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaKisah Putri tinggal di rumah reyot dan sebatang kara tengah viral. Kondisi ini membuat hidupnya serba kesusahan
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaSaat bekerja di Brunei, gaji wanita ini sudah lebih dari 1.000 dolar atau sekitar Rp12 juta lebih. Namun, ia memilih pulang kampung.
Baca Selengkapnya