Hilang 10 tahun saat tsunami, ABG 15 tahun ditemukan di Malaysia
Merdeka.com - Menjelang peringatan 10 tahun tsunami Aceh, Pemerintah Aceh berhasil memulangkan seorang anak korban tsunami berusia 15 tahun dari Malaysia. Selama ini di Malaysia dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan juga korban trafficking.
Namanya Fanisa Rizkia (15) tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, Jumat (19/12) sekira pukul 08.05 WIB disambut oleh Karo Humas, Pemerintah Aceh, Mahyuzar. Sedangkan yang menjemput Fanisa Rizkia di Malaysia ditugaskan oleh Gubernur Aceh, Zaini Abdullah Kepala Dinas Sosial Aceh, Bukhari bersama rombongan.
Fanisa Rizkia dalam konferensi pers di depan awak media mengaku sangat senang bisa kembali ke Aceh. Meskipun dia tidak memiliki lagi keluarga, namun bahagia bisa menginjak kaki kembali di bumi Serambi Mekkah. Fanisa merupakan salah satu dari ribuan korban tsunami Aceh.
-
Siapa yang disekap dan diperkosa? Penyidik Satreskrim Polres Lampung Utara, Lampung, segera merampungkan berkas enam tersangka penyekapan dan perkosaan siswi SMP inisial NA (15).
-
Kenapa korban disekap dan diperkosa? Setiap informasi dan dugaan terkait keberadaan pelaku, petugas langsung meluncur.'Kami masih terus melakukan pengejaran terhadap keempat pelaku yang belum tertangkap,' kata Umi.
-
Bagaimana tersangka Vina Cirebon dianiaya? 'Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam,' ucap dia.
-
Kenapa tersangka kasus Vina Cirebon dianiaya? 'Terkait penganiayaan pada saat itu ramai di Facebook bahwasanya mereka disiksa tapi pada saat pemeriksaan muncul bahwa itu juga dilakukan sesama tahanan,' kata Surawan kepada wartawan, Minggu (26/5).
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
"Senang bisa kembali ke Aceh, saya tidak mau lagi balik ke Malaysia," kata Fanisa Rizkia di ruang VVIP Bandara SIM, Blang Bintang.
Selama di Malaysia, kata Fanisa Rizkia, dia sempat disiksa oleh pemilik agen Asraf penampung tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Bahkan agen Asraf tidak memberikan gaji hasil kerjanya.
"Kalau majikan baik, tetapi agen yang tidak baik, gaji gak dibayar, alhamdulillah sekarang sudah bisa pulang," terangnya.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Aceh, Bukhari yang ikut menjemput langsung ke Malaysia mengatakan, ini hasil kerja sama dengan Kedutaan Pemerintah Indonesia di Malaysia. Kedutaan menemukan TKI asal Aceh yang tidak memiliki dokumen yang lengkap.
"Hasil pemeriksaan dari Kedutaan kita terbongkarlah Fanisa korban tsunami, lalu kita komunikasikan untuk dipulangkan," tutupnya.
Bukhari menjelaskan, Fanisa juga korban trafficking selama 5 bulan di Malaysia. Sebelumnya Fanisa tinggal di Medan bersama ibu angkatnya bernama Sabariah, namun kemudian Sabariah meninggal dan keluarganya tidak menerima Fanisa, hingga dia hidup gelandangan di Medan sampai dijual ke Malaysia sekitar 5 bulan lalu.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban dikurung dan disiksa selama 10 hari di pelbagai tempat negara bagian Malaysia, termasuk Penang.
Baca SelengkapnyaSatu korban dibuang di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaPerempuan itu sempat menjadi korban penculikan selama 10 hari di Malaysia.
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaCahaya diduga dibuang para mami dan kerap disuruh melayani lelaki hidung belang
Baca SelengkapnyaSementara ketiga teman korban dibebaskan tanpa terluka di tengah jalan oleh para tersangka.
Baca SelengkapnyaD pun menjual korban melalui berbagai aplikasi kencan (dating apps) dan aplikasi pesan singkat dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
Baca SelengkapnyaSeorang TKI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) bernasib malang saat bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaIbu korban, ST mengaku sangat menyayangkan sikap kepolisian yang melepas GH bersama alat bukti berupa handphone.
Baca SelengkapnyaKorban mengalami trauma ganda. Selain perlakuan tak manusiawi, ia juga ketakutan karena suasana perang.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial MF ditangkap polisi atas laporan menjual anak di bawah umur.
Baca SelengkapnyaTersangka R memerintahkan korban agar meminta izin kepada orang tua bahwa pergi ke rumah nenek agar aksinya berjalan lancar.
Baca Selengkapnya