Hingga Jumat siang, abu vulkanik Kelud menebal di Purwokerto
Merdeka.com - Abu vulkanik akibat erupsi Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur yang sampai ke Purwokerto Jawa Tengah pada Jumat siang (14/2) makin menebal. Abu vulkanik di beberapa jalan utama Kota Purwokerto, membuat sejumlah pengguna kendaraan bermotor roda dua menggunakan masker penutup hidung.
Sebelumnya sekitar pukul 06.00 WIB hujan abu terjadi merata di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, tetapi sekitar pukul 07.00 WIB hujan deras turun di Kota Purwokerto dan sekitarnya. Namun, hujan tersebut bersamaan dengan abu vulkanik yang ada di dalam air. "Air hujannya terasa sangat perih di mata tidak seperti biasanya," ujar seorang warga Purwokerto, Fikri Adin.
Hujan yang turun selama kurang lebih 3 jam tersebut sempat membuat udara tidak berdebu. Namun, sekitar pukul 11.00 WIB abu vulkanik masih terus turun dan menyebabkan ketebalannya meningkat. Dari pantauan, di sejumlah perempatan dan jalan protokol sempat terlihat abu vulkanik beterbangan. Kondisi ini dimanfaatkan beberapa warga untuk menjual masker. Salah satunya dilakukan Ranto (35) yang berjualan di perempatan Hotel Aston Purwokerto.
-
Kenapa pakai masker penting? Masker bisa mencegah penyakit-penyakit tersebut karena masker berfungsi sebagai penghalang fisik yang mengurangi kontak langsung antara droplets atau tetesan cairan yang keluar dari mulut dan hidung seseorang dengan orang lain.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
"Dari pukul 08.00 WIB sudah berjualan di sini, sampai siang ini sudah habis satu boks. Sekarang masih banyak yang beli, harga untuk maskernya Rp 2 ribu per buah," ujarnya saat ditemui.
Selain warga yang meraup untung dari berjualan masker, ada pula warga yang terganggu dengan adanya hujan abu vulkanik. Marsono (54), seorang penarik becak di dekat Alun-Alun Purwokerto, mengaku belum mendapat pemasukan sejak mulai berangkat. "Saya dari rumah berangkat pukul 08.00 WIB, tetapi belum ada penumpang yang naik, mereka memilih untuk naik mobil yang lebih tertutup rapat," jelasnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Merapi mengalami erupsi. Hujan abu melanda Boyolali dan Klaten
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru terpantau melontarkan abu vulkanik setinggi 500 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaSaat ini Gunung Ibu berada pada Status Level III atau Siaga.
Baca SelengkapnyaSebelumnya Gunung Ibu sudah meletus pada 11 dan 8 Mei 2024 lalu. Letusan baru ini terjadi pada pukul 09:12 WIT dan disertai suara keras dan suara gemuruh.
Baca SelengkapnyaBanyak warga juga menggunakan masker penutup hidung untuk menghindari paparan debu.
Baca SelengkapnyaSepanjang Jumat (23/2), Gunung Dukono tercatat mengalami 12 kali gempa letusan, 1 kali gempa tektonik jauh, dan 1 kali gempa tremor menerus
Baca SelengkapnyaGunung Dukono mengalami 45 kali gempa letusan dengan amplitudo 4 hingga 34 milimeter.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak PVMBG memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas sejauh 13 km dari puncak.
Baca SelengkapnyaPVMBG mencatat jumlah letusan yang terjadi di gunung api tersebut sebanyak 33 kali terhitung sejak 1 Januari hingga 22 September 2023.
Baca SelengkapnyaMeski demikian Gunung Ibu masih berada pada status level III atau siaga.
Baca SelengkapnyaKolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke barat.
Baca Selengkapnya