HTI imbau warga Aceh tak ikuti sistem kesetaraan gender sekuler
Merdeka.com - Seratusan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) perwakilan Aceh menggelar aksi di Simpang Lima, Banda Aceh, Minggu (8/3). Aksi ini bertepatan peringatan hari perempuan sedunia mengambil isu oleh HTI Aceh mengkampanyekan agar berhenti mengikuti sistem kesetaraan gender yang liberal dan sekuler.
Aksi yang berlangsung di pusat kota Banda Aceh sempat menyita perhatian warga yang sedang melintas. Apalagi beberapa muslimah HTI Aceh membagi-bagikan selebaran di lampu merah.
Selain itu peserta aksi juga berorasi sambil membawa bendera khas mereka bertuliskan syahadat berwarna hitam dan putih. Tidak hanya itu, peserta yang aksi semua dari kaum hawa juga membawa sejumlah poster dan spanduk mengecam sistem gender sekuler dan liberal.
-
Siapa yang mengibarkan bendera? Bupati Subang, Ruhimat, Minggu (13/8) tampak bergelantungan di tali saat ikut membentangkan bendera merah putih raksasa di wilayah Kecamatan Cisalak.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Siapa saja yang terlibat dalam upacara bendera? Saat mengikuti kegiatan ini, peserta upacara harus kompak dalam mengikuti aturan dan aba-aba dari petugas upacara.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Dimana bendera diibarkan? Aksi ini dilakukan di kawasan Bukit Teras Pass, Jalur Bukanagara.
Juru bicara muslimah HTI, Iffah Ainur Rochman mengatakan, aksi ini dalam rangka mengkampanyekan perempuan dan syariah yang dilakukan serentak di kota-kota besar di Indonesia. HTI ingin mengajak untuk memahami mana yang tuduhan dan mana yang realita terhadap perempuan selama ini.
"Sudah puluhan tahun Syariat Islam itu disuarakan sebagai musuh utama perempuan, saat suatu daerah menerapkan Syariat Islam dianggap mendiskriminasikan perempuan, bahkan membelenggu perempuan," kata Iffah Ainur Rochman.
Menurutnya, sesungguhnya sumber permasalahan yang menimpa perempuan saat ini bukan pada Syariat Islam. Akan tetapi masalahnya muncul kemudian penerapan syariat Islam sepenggal-penggal, artinya tidak dilakukan secara kaffah.
"Kalau bicara Aceh penerapanan Syariat Islam dengan qanun Syariah ini, kita tidak dapat pungkiri tidak diberlakukan pada semua aspek kehidupan," tegasnya.
Iffah Ainur Rochman mencontohkan, sistem ekonomi masih masih menganut sistem sekuler, pendidikan yang diberikan oleh negara atau daerah juga masih dasarnya sekuler. "Nah penerapan sekuler inilah yang menghasilkan persoalan, perempuan tidak sejahtera, perempuan korban perdagangan manusia, menanggung kemiskinan dan sebagainya," tukasnya.
Jadi pihaknya ingin membongkar ada tidak relevan tuduhan yang disampaikan oleh kaum feminis liberal. Terutama oleh pengusung kesetaraan gender, ketika mengatakan ide kesetaraan gender itulah yang harus dipilih oleh perempuan dan tinggalkan syariat Islam, karena membelenggu perempuan.
"Kami ingin hentikan tuduhan itu dengan melakukan kampanye ini, kampanye ini akan terus kita lakukan," tutupnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Haji Uma menyatakan masyarakat Aceh tengah mencari pemenang dari kontes kecantikan transgender yang disebut bernama Nyak Ayu Saree.
Baca SelengkapnyaSosok Dzawata Maghfura, Paskibraka asal Aceh yang ramai jadi perbincangan publik.
Baca SelengkapnyaMahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Jaga Demokrasi menolak Politik Dinasti dan Pelanggaran HAM di halaman Kampus Institut Senin Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaAksi ini digelar sebagai bentuk demokrasi untuk melawan Politik Dinasti serta menolak Pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.
Baca SelengkapnyaAksi demo menolak revis UU Pilkada oleh DPR digelar Kemarin (22/8).
Baca SelengkapnyaMereka menggaungkan demokrasi berjalan dengan aman, damai dan jujur.
Baca SelengkapnyaHingga malam hari, massa demonstran tolak Revisi UU Pilkada masih bertahan di depan Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaPSHT menyinggung izin resmi yang telah disahkan oleh pemerintah
Baca SelengkapnyaMereka meneriakkan yel-yel meminta Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk mundur dari jabatannya dan segera pulang ke kampung halaman Solo.
Baca SelengkapnyaAliansi Mahasiswa Provinsi Banten (AMPB) menggelar mimbar rakyat di kampus Universitas Yuppentek Indonesia, Tangerang, Banten, Kamis (21/12/2023).
Baca Selengkapnya