Human trafficking, 5 wanita asal Purwakarta disekap dan disiksa di China
Merdeka.com - Lima wanita asal Purwakarta diduga menjadi korban human trafficking di China. Kelimanya masing-masing Y (28), DF (26), VN (20), CEP (23), serta satu di antaranya masih berusia di bawah umur berinisial MRD (16) warga Kampung Pasanggrahan, Desa Cilegong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.
Ibunda MRD, Lismawati mengaku terpukul dengan nasib yang mendera anaknya itu. Bahkan tangis dan air mata menyertai setiap dia teringat putrinya.
"Perasaan saya hancur setelah mengetahui kejadian sebenarnya. Ya, harapan saya besar, putri saya bisa cepat pulang saja, karena katanya di sana disekap di apartemen," kata Limawati, Jumat (27/7).
-
Siapa yang menjadi korban perundungan? Apalagi saat berkomunikasi melalui panggilan video, R mengaku pada Kak Seto bahwa ia sering menjadi korban perundungan dari teman-temannya maupun guru.
-
Siapa yang terlibat? Konflik pribadi adalah konflik yang melibatkan satu individu dengan individu lainnya.
-
Siapa yang menjadi korban pengeroyokan? 'Sampai saat ini kami masih belum menerima informasi mediasi antara pihak ya,' kata Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol R Moch Dwi Ramadhanto saat dikonfirmasi, Sabtu (6/1). Oleh sebab itu, Ramadhanto menyampaikan pihaknya sampai saat ini masih melakukan proses penyidikan terhadap Satria dan ketiga tersangka AD, RSP, dan DJ akibat memukul RA secara bersama-sama.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
-
Siapa yang terlibat dalam kasus ini? Terdakwa Fatia Maulidiyanti menjalani pemeriksaan dalam sidang kasus dugaan pencemaran nama baik Menko Luhut Binsar Pandjaitan pada hari ini, Senin (28/8).
Meski masih bisa tetap berkomunikasi dengan anak bungsunya itu, Lismawati dan suaminya Nurhidayat Jaya tetap saja dibuat was-was terkait nasib anaknya yang kini berada di negeri tirai bambu.
"Kemarin malam kirim pesan, nanya kabar ayah dan ibu, terus bilang ingin cepat pulang," tutur Lismawati.
Lismawati menambahkan pihak keluarga semula tidak mengetahui anak gadisnya diberangkatkan ke China.
Perempuan di bawah umur itu diketahui turut diperjualbelikan ke warga China, setelah putrinya berhasil berkomunikasi dengan keluarga sesaat setelah sampai China.
"Kakaknya dapet telepon dari China, katanya dia (MRD) nangis dan minta pulang di sana," sambung ayah MRD, Nurhidayat.
Nurhidayat menjelaskan MRD tiga bulan lalu pergi ke Jakarta untuk bekerja sebagai SPG produk kosmetik melalui sebuah agen yang kini telah menjadi tersangka, Thjiu Djiu Djun alias Vivi.
Tetapi dua bulan lalu MRD memberi kabar melalui telepon kepada keluarga, bahwa dia berada di China serta mengaku telah melakukan nikah kontrak dengan pria setempat.
Bukan bahagia yang didapat, MRD mengaku justru kerap disiksa suami. Bahkan ia disekap dengan tangan dan kaki terikat.
"Secara pastinya anak saya bisa mengalami nasib seperti itu dan ada di China saya tidak tahu. Karena KTP saja tidak punya," beber Nurhidayat.
Keluarga korban lain yang dalam kasus human trafficking tersebut adalah Suparman. Warga Kampung Cihideung, Kelurahan Ciseureuh, Purwakarta.
Namun berbeda dengan keluarga MRD yang tidak mengetahui latar belakang kasus yang menimpa anaknya. Suparman tahu jika anaknya DF akan menikah kontrak dengan pria asal China. Pasalnya kesepakatan antara Vivi yang membawa anaknya dengan para pria China itu berlangsung di rumahnya.
"Waktu itu pria China itu dikenalkan ke kami sebagai calon menantu oleh Vivi," tutur Suparman.
Dijelaskan Suparman, saat pertemuan pertama Vivi menyebutkan jika lima perempuan termasuk anaknya akan menikah kontrak selama tiga bulan. Sebagai imbalannya keluarga perempuan akan diberi rumah dan mobil serta uang antara Rp 4-5 juta setiap bulan.
Selain itu iming-iming lain yaitu setelah kawin kontrak habis, suami mereka akan melanjutkan pernikahan dan para pria China itu akan ikut ke Indonesia termasuk berpindah keyakinan.
Apadaya nasi sudah menjadi bubur, harapan tinggal angan-angan. Janji manis sang muncikari Vivi tidak kunjung ditepati, malah sebaliknya selama dua bulan terakhir anaknya justru menjadi korban penyiksaan serta tak kunjung mendapat kebahagiaan.
"Ya setiap hari anak saya menelepon. Dia terus menangis karena tak tahan menahan siksaan," ujar Suparman.
Suparman dan keluarga korban lain asal Purwakarta berharap pemerintah segera turun tangan, untuk membebaskan anak-anak mereka.
Diketahui selain lima korban asal Purwakarta, juga terdapat korban asal daerah seperti Sukabumi dan Pangandaran serta Tangerang Banten dengan total 16 orang.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.
Baca SelengkapnyaCahaya diduga dibuang para mami dan kerap disuruh melayani lelaki hidung belang
Baca SelengkapnyaSemua pelaku pemerkosaan sudah ditetapkan sebagai tersangka
Baca SelengkapnyaKe-12 orang warga Vietnam tersebut masuk ke Indonesia menggunakan bebas visa kunjungan dan visa kunjungan saat kedatangan dengan tujuan berwisata.
Baca SelengkapnyaVideo mereka minta tolong yang viral di medsos berbuah manis
Baca Selengkapnya“Saat ini satgas TPPO Polda sumbar sedang melakukan penyelidikan dengan instansi terkait,” kata Kombes Pol Dwi Sulistyawan
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap motif kasus pembunuhan dan pemerkosaan siswi SMP di kuburan China Palembang pada Minggu (31/8) sekitar pukul 16.00 WIB.
Baca SelengkapnyaDua wanita asal Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), ditangkap polisi. Mereka diduga terlibat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) antarnegara.
Baca SelengkapnyaJika korban menolak, pelaku YH mengancam akan mengikat dan membunuh.
Baca SelengkapnyaSatu korban dibuang di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaSelama disekap korban tidak diberi makan dan minum, hanya disuruh menenggak minuman keras
Baca SelengkapnyaPerekrutan PMI seolah-olah dibuat resmi. Korban menjalani pemeriksaan kesehatan dan pembuatan paspor.
Baca Selengkapnya