Husni Thamrin melawan Belanda hingga menjelang ajal
Merdeka.com - Mohammad Husni Thamrin adalah legenda Betawi yang juga salah satu anggota Volksraad atau dewan rakyat pada masa Hindia-Belanda pada 1930-an. Dia sahabat dekat Soekarno, dan pendukung gerakan-gerakannya. Thamrin ikut memprotes hukuman yang ditimpakan kepada Soekarno di Penjara Sukamiskin, Bandung.
Bahkan Thamrin selalu hadir dalam setiap putusan yang dituduhkan dan memberatkan Soekarno. Meski hanya sekadar memberikan semangat atau memberikan bantuan lain. Saat pergerakan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir mandek karena berbagai hal, Thamrin tetap konsisten dan bersemangat, berjuang di Volksraad
Itulah sekilas penjelasan Bob Hering tentang Thamrin dalam bukunya berjudul, "Mohammad Hoesni Thamrin: Membangun Nasionalisme Indonesia (Hasta Mitra, 2003)". Bob Hering menulis, jalur perjuangan Thamrin berbeda dengan Soekarno, namun tujuan akhirnya sama, untuk kemerdekaan Indonesia.
Sebagai tokoh Partai Rakyat Indonesia (Parindra) di Volksraad Thamrin dikenal mahir dalam berdebat. Thamrin tidak ragu dalam pidatonya memprotes kebijakan pemerintah kolonial. Pidatonya dilandasi dengan argumen kuat. Gaya pidatonya juga bukan nada menghujat lebih-lebih dengan bahasa kasar dan tajam.
Dalam penelusuran Hering, sekitar 1935 Thamrin dalam pidatonya di Volksraad menuntut kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Tuntutan Thamrin kian vokal kepada Belanda ketika ada kabar Jerman pada 1940 menduduki negerinya Ratu Wilhemina itu. Saat itu Ratu Belanda beserta pengikutnya mengungsi ke London, Inggris.
Thamrin pun menggugat keabsahan Belanda memerintah Hindia Belanda. Buku yang ditulis Hering dari kurun 1976 sampai 1993 itu berdasarkan arsip dan literatur luas, dan sumber dari hasil wawancara dari sekitar 50 orang yang mengenal Thamrin baik di Belanda dan Indonesia.
Seperti kisah kematian Thamrin yang dalam laporan pihak Belanda terkesan mengada-ada. Dalam penjelasan Hering, hal itu bermula ketika adanya rapat Parindra se-Jawa Tengah di Yogyakarta pada 28-29 Desember 1940.
Dalam forum itu Thamrin menyampaikan, meski Belanda menolak kampanye untuk Indonesia Berparlemen, dia berharap pada diri dan peserta lain tetap percaya diri dan tetap memiliki kesadaran persatuan.
"...Kita harus percaya bahwa cita-cita kita akan tercapai selama kita terus berjuang dan tidak putus asa. Suatu cita-cita tak pernah tercapai dalam waktu singkat. Kita hanya dapat memperjuangkan tujuan kita selangkah demi selangkah....," kata Thamrin seperti ditulis Hering dalam bukunya.
Setelah pidato itu, kurang dari dua minggu Thamrin meninggal. Thamrin dituduh anti Belanda dan sebagai agen Jepang oleh Dinas Intel Belanda (PID). Intel Belanda menuduhnya pernah meminta agar tulisannya dimuat dalam Surat Kabar Pemandangan isinya kecaman kepada Pemerintah Belanda karena lari ke London waktu tentara Jerman menduduki Belanda.
Setelah intel Belanda menggeledah markas Surat Kabar Pemandangan pada 6 Januari 1941, mereka menemukan alasan untuk menggeledah Thamrin di rumahnya pada malam harinya. Padahal saat itu Thamrin dalam kondisi sakit. Kemudian Thamrin diberi status sebagai tahanan rumah.
Sebagai tahanan rumah, Thamrin tidak bisa ditemui siapa pun, termasuk dokter pribadinya sejak digeledah dinas intelijen Belanda. Kondisi demam yang menimpa Thamrin saat itu tidak bisa ditemui dokter. Baru pada 10 januari 1941 atau empat hari setelah digeledah Dokter J. Kayadu bisa menengok untuk mengobatinya.
Sayangnya suntikan dan obat yang diberikan tidak bisa menolong. Pagi 11 Januari 1941 Thamrin meninggal dunia setelah sakit yang dia derita. Namun hingga menjelang akhir hayat itu, perlawanan Thamrin kepada Belanda tidak surut.
Bob Hering menjelaskan, tindakan dan tuduhan dinas intelijen Belanda tidak memiliki bukti apa-apa. Bob Hering mengutip pandangan Ketua Volksraad Mr. Jonkman tentang Thamrin. Bagi Jonkman, Thamrin memiliki orientasi politik jelas tanpa ditutup-tutupi, menggunakan taktik kerja sama, dan tanpa merahasiakan tujuannya. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaTekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca SelengkapnyaPada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya.
Baca SelengkapnyaHari ini adalah 128 tahun wafatnya Teuku Nyak Makam yang patut dikenang oleh masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaBetapa seramnya peristiwa itu, hingga memunculkan duka lantaran sosok heroiknya berakhir tragis. Toha bersama beberapa pasukan kemerdekaan didapati gugur
Baca SelengkapnyaNamanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.
Baca SelengkapnyaIndonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaPertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.
Baca SelengkapnyaKetika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
Baca SelengkapnyaSetelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.
Baca Selengkapnya