ICW Soal Tuntutan Penyiram Air Keras Novel: Seharusnya Jaksa Gunakan Pasal 340
Merdeka.com - Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai, banyak terdapat kejanggalan dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) kepada dua pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menilai bahwa sejak awal tim advokasi Novel Baswedan telah mengemukakan sejak awal banyak terdapat kejanggalan dalam persidangan kasus tersebut.
Termasuk, kata Kurnia, atas dakwaan Jaksa yang seakan berupaya untuk menutup mata, atas fakta kejadian yang sebenarnya. Sebab, Jaksa hanya mendakwa terdakwa dengan Pasal 351 dan Pasal 355 KUHP terkait dengan penganiayaan berat.
-
Kenapa korban dibunuh? 'Oleh karena pelaku menolak untuk membayar 100 ribu selanjutnya korban memaki-maki dan mengancam pelaku dengan kata-kata yang kasar dan mengancam untuk memanggil abang-abang (keluarga) yang daripada korban,' kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, Kamis (25/4).
-
Mengapa korban diduga meninggal? Diduga kuat, korban meninggal karena sakit karena tidak ditemukan luka akibat kekerasan.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Kenapa pelaku membunuh korban? Aksi nekat tersebut terjadi lantaran korban meminta uang tambahan sebesar Rp100.000.
-
Siapa yang dituduh melakukan percobaan pembunuhan? Bertha Yalter, yang berusia 71 tahun dan berasal dari North Miami Beach, dihadapkan pada tuduhan percobaan pembunuhan dan serangan terhadap seseorang yang berusia di atas 65 tahun setelah diduga menyerang suaminya dalam keadaan marah.
"Padahal kejadian yang menimpa Novel dapat berpotensi untuk menimbulkan akibat buruk, yaitu meninggal dunia. Seharusnya Jaksa mendakwa, dengan menggunakan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana," kata Kurnia Ramadhana kepada merdeka.com, Jumat (12/6).
Menurutnya, tuntutan satu tahun penjara terhadap dua pelaku penyiraman air keras Novel Baswedan telah mengkonfirmasi adanya sandiwara hukum dan memperolok hukum.
"Tuntutan ini tidak hanya sangat rendah, akan tetapi juga memalukan serta tidak berpihak pada korban kejahatan, terlebih ini adalah serangan brutal kepada Penyidik KPK yang telah terlibat banyak dalam upaya pemberantasan korupsi," ujarnya.
Saksi Penting yang Tak Dihadirkan
Kejanggalan selanjutnya, Kurnia menuturkan terkait Jaksa yang tidak menghadirkan saksi-saksi penting, sebagaimana yang diungkapkan Tim Advokasi Novel untuk menjelaskan duduk perkara sebenarnya perkara ini.
"Tiga saksi itu pun juga diketahui sudah pernah diperiksa oleh penyidik Polri, Komnas HAM, serta tim pencari fakta bentukan Kepolisian. Namun, Jaksa seakan hanya menganggap kesaksian mereka tidak memiliki nilai penting dalam perkara ini," ungkapnya.
Padahal lanjut Kurnia, esensi persidangan pidana untuk menggali kebenaran materil, sehingga langkah Jaksa justru terlihat ingin menutupi fakta kejadian sebenarnya.
Kebobrokan yang Dipertontonkan
Sebelumnya, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan geram mendengar tuntutan tersebut. Sejak awal dia sudah mengkritik keras persidangan teror air keras terhadap dirinya.
"Memang hal itu sudah lama saya duga, bahkan ketika masih diproses sidik dan awal sidang. Walaupun memang hal itu sangat keterlaluan, karena suatu kebobrokan yang dipertontonkan dengan vulgar tanpa sungkan atau malu," ujar Novel saat dikonfirmasi, Kamis (11/6).
Novel miris melihat institusi penegak hukum di Indonesia. Novel juga miris dengan penegakan hukum di Tanah Air.
"Selain marah saya juga miris karena itu menjadi ukuran fakta, sebegitu rusaknya hukum di Indonesia. Lalu bagaimana masyarakat bisa menggapai keadilan? Sedangkan pemerintah tak pernah terdengar suaranya (abai)," kata Novel.
Sebelumnya, jaksa penuntut umum meminta Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan hukuman penjara 1 tahun terhadap dua terdakwa penyerangan air keras terhadap Novel Baswedan, yaitu Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aipda Robig Zaenuddin menembak Gamma yang menyebabkan siswa SMKN 4 Semarang itu meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaNada Diana membunuh Resy Ariska, pengusaha di Jalan Borobudur, Kelurahan Bencongan, Kabupaten Tangerang.
Baca Selengkapnya