IDI Sumut minta pemalsu vaksin dihukum mati
Merdeka.com - Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Sumatera Utara (IDI Sumut) mengeluarkan reaksi keras menyikapi peredaran vaksin palsu. Dia meminta agar pelaku dihukum berat dengan hukuman mati karena telah bertindak keji.
"Tindakan pelaku pembuat vaksin palsu sangat keji. Mereka secara tidak langsung sudah membunuh generasi muda bangsa Indonesia. Jadi, kami mendesak agar pelaku itu dihukum mati," kata Sekretaris IDI Sumut, dr Khairani Sukatendel SpOG, Selasa (28/6).
Khairani yakin banyak bayi yang sudah jadi korban vaksin palsu. Menurutnya, pasti banyak korban yang terkena dampak namun tidak terpantau dan belum dilaporkan.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Siapa yang mengorbankan anak-anak? Gundukan berukuran 60 x 20 meter itu berisi 76 anak-anak dan dua orang dewasa yang dikorbankan itu berkaitan dengan peradaban Suku Chimu, peradaban yang dikenal karena karya seni dan tekstilnya dari abad ke-12 hingga abad ke 15.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
"Saya yakin sudah banyak yang menjadi korban, karena vaksin palsu ini disebutkan sudah 13 tahun beredar di Indonesia," ucapnya.
Soal kemungkinan vaksin palsu ini beredar di Medan atau di wilayah lain di Sumut, menurut Khairani, hal itu boleh jadi benar.
"Bisa saja, sebagi mereka sudah beraksi sejak 2003. Memang keberadaannya belum diketahui karena kemasan vaksin asli dengan yang palsu sangat mirip," jelas Khairani.
Karena itu, Khairani meminta agar penegak hukum, baik di pusat maupun daerah, harus segera menangkap pelaku. "Segera putuskan jaringan mafia vaksin palsu," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jaksa berharap hukuman mati bisa membuat efek jera para pengedar narkoba
Baca SelengkapnyaKasus ini terungkap setelah polisi menyelidiki iklan jasa konsultasi aborsi dan penjualan obat penggugur kandungan di Facebook.
Baca SelengkapnyaKejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Utara menuntut pidana mati untuk 49 terdakwa kasus narkoba sejak Januari hingga Juli 2024.
Baca SelengkapnyaKorban tidak bisa melawan dan terlihat hanya berusaha menutupi wajah dan kepalanya dengan tangan.
Baca SelengkapnyaTuntutan dibacakan JPU dalam sidang di Pengadilan Negeri Kelas IA Khusus Palembang, Selasa (8/10) malam.
Baca SelengkapnyaKorban diketahui mahasiswi Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik. Dia merupakan pendatang yang berasal dari Padang Utara, Padang, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaDiduga, barang serupa pulpen itu dijual pedagang keliling yang datang ke sekolah
Baca SelengkapnyaBudi Awaluddin mengatakan, kelima siswi tersebut menyesali perbuatannya. Mereka juga sempat menangis ketakutan.
Baca SelengkapnyaBudi memastikan akan terus melakukan pemantauan 24 jam terhadap puluhan ribu situs judi online yang makin menggila.
Baca SelengkapnyaTemuan ini berdasarkan hasil screening mental terhadap dokter PPDS.
Baca SelengkapnyaPara hakim dinilai sudah berpengalaman, memiliki kematangan dan kearifan dalam memutuskan perkara.
Baca SelengkapnyaKasus pengeroyokan bermula dari kesalahpahaman terkait keanggotaan korban dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), salah satu perguruan silat.
Baca Selengkapnya