Imigran di Pekanbaru Demo Kantor IOM: Jangan Lupakan Kami
Merdeka.com - Ratusan Warga Negara Asing (WNA) asal timur tengah berunjuk rasa ke kantor organisasi internasional untuk migrasi atau International organizations for migration (IOM) di Gedung Graha Pena, Pekanbaru, Riau, Kamis (8/8). Mereka berasal dari negara konflik seperti Afghanistan, Somalia, Sudan, Iraq, Iran, Palestina.
Mereka mengaku sudah bertahun-tahun bahkan hingga 7 tahun sejak 2012 mengungsi di Indonesia. Saat ini, mereka ingin ke Negara tujuan, yaitu Negara ketiga yang ditunjuk United Nations atau Perserikatan bangsa bangsa seperti Kanada, dan Australia.
Saat berunjuk rasa, mereka juga membawa anak-anak yang masih sekitaran usia 4 tahun ke atas. Dengan bermodal karton bertuliskan aspirasi melalui bahasa Inggris, mereka menduduki halaman luar kantor Graha Pena di Panam Pekanbaru, yang dijadikan kantor IOM.
-
Siapa yang ikut serta dalam Rembug Anak? Kegiatan ini digelar selama dua hari, 2-3 Mei 2024, diikuti 50 pelajar setingkat SMP/SMA dari berbagai wilayah se-Banyuwangi. Mereka adalah perwakilan forum anak tingkat kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.
-
Siapa yang mengajak melihat ruang bermain anak-anak? Kakak Ali Syakieb mengajak kita ke ruangan bermain anak-anak dalam room tour.
-
Bagaimana anak-anak belajar bahasa Inggris? Tujuannya adalah agar nantinya si kecil bisa mengikuti perkembangan zaman.
-
Siapa yang membutuhkan kata-kata untuk anak? Kata-kata untuk anak tersayang berikut ini bisa jadi referensi para orang tua.
-
Siapa yang bisa bantu anak bicara? Jika orang tua merasa bahwa kemampuan bicara anak tidak berkembang sesuai dengan usianya, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan yang berkompeten agar penanganan dapat dilakukan secara optimal.
-
Kapan anak-anak mulai belajar Bahasa Inggris? Bahkan, kosa kata Bahasa Inggris saat ini sudah mulai diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD).
"Kami sudah terlalu lama di sini. Kami seolah tidak memiliki masa depan. Kami punya keluarga dan anak-anak. Tapi mereka tidak peduli dengan kami," ujar seorang pengungsi asal Afghanistan, Azzad saat dikonfirmasi dengan menggunakan bahasa Inggris.
Azzad dan para imigran lainnya datang di bawah perlindungan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Namun mereka mengaku kurang diperhatikan.
Mereka tidak mendapat kepastian dari UNHCR, termasuk tujuan ke negara ketiga seperti Australia, dan Kanada. Ada 1.000 imigran yang mengungsi di Pekanbaru hidup dalam ketidakpastian.
"Don't forget us, (jangan lupakan kami)," lirih Azzad.
©2019 Merdeka.com/Abdullah SaniMirisnya, anak-anak mereka tidak mendapat akses pendidikan, begitu juga dengan para pengungsi dewasa yang tidak memperoleh pekerjaan. "Kami sangat dilupakan," ucapnya.
Azzad dan imigran lainnya menyadari kebijakan negara ketiga seperti Australia dan Amerika yang tidak lagi menerima pengungsi seperti mereka. Namun, mereka butuh kepastian ditempatkan di negara manapun asal mendapat kebebasan.
"Kami ingin diperlakukan sebagai manusia," ujarnya.
Beberapa spanduk yang dibawa para pencari suaka asal Afganistan, Sudan, Iran, Iraq dan Palestina itu bertuliskan "Please pay attention to the forgotten refugees in Indonesia", "Please hear our poor voice", "We ask for justice and equity". '6 Years we are refugees'. 'We ask for justice and equity'. Juga ada tulisan, 'Stress, humilation, uncertainty, anxiety kill us gradually'.
Azzad dan teman-teman seperjuangannya tidak berarti menentang pemerintah atau masyarakat Indonesia. Dia mengaku selama ini telah diperlakukan dengan baik oleh masyarakat Pekanbaru.
Mereka berunjuk rasa hanya bertujuan untuk menunjukkan kepada UNHCR dan dunia bahwa ada 14.000 pencari suaka se Indonesia, dan 1.000 di antaranya yang terlupakan di Pekanbaru. "Tolong dengarkan suara kami. Lihatlah wajah-wajah kami. Ada begitu banyak pengungsi di sini," keluhnya.
Aksi damai yang digelar para pencari suaka itu mendapat pengawalan puluhan personel polisi. Hingga berita ini diturunkan, belum ada perwakilan IOM maupun UNHCR yang menemui mereka. Sebelumnya, aksi serupa juga digelar para pencari suaka di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Tanjung Pinang, Kepulauan Riau serta di Jakarta.
Kapolsek Bukit Raya Kompol Bainar menyebutkan, pihaknya hanya sebagai pengamanan dalam aksi unjuk rasa tersebut. "Mereka minta bertemu dengan pihak IOM, dan kita minta perwakilan mereka untuk bertemu dan menyampaikan aspirasi saudara-saudara kita ini kepada IOM," kata Bainar kepada merdeka.com, di lokasi.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaPencari suaka itu dibawa ke gedung Direktorat Jenderal Imigrasi untuk didata.
Baca SelengkapnyaAda indikasi mobilisasi anak-anak sekolah ini dilakukan pada sore hari di batas waktu pelarangan demo dengan pola yang mirip.
Baca SelengkapnyaKemenPPPA sudah melakukan koordinasi dan pemantauan penanganan peserta unjuk rasa berusia anak di Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaPawai Global Climate Strike di Taman Menteng dilakukan untuk menangani krisis iklim dan kelestarian lingkungan.
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi itu dilakukan di Jalan Ir. H. Juanda, Depok.
Baca SelengkapnyaDalam aksi yang dihelat di depan Kantor KPU RI juga hadir mahasiswa lainnya dari berbagai universitas di Jakarta.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka menuntut untuk menyikapi konflik lahan di Rempang.
Baca SelengkapnyaDemo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaAksi dua WNA asal Inggris saat ikut demonstrasi bersama ribuan ojek online (ojol) dan kurir se-Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaMassa dari berbagai aliansi ini bersuara lantang menolak Pemilu curang.
Baca Selengkapnya