Imigrasi: WNA China pilih Indonesia karena banyak peluang bisnis
Merdeka.com - Kantor Imigrasi Makassar menahan keluarga Warga Negara Asing (WNA) asal China ilegal. Mereka tidak dilengkapi surat-surat keimigrasian. Selama tiga bulan mereka tinggal di ruko dan membuka bisnis jual beli perabotan rumah tangga.
Pihak imigrasi menduga, mereka memilih membuka usaha di Makassar untuk menghindari persaingan bisnis di kota lain.
"Orang-orang China itu memilih Indonesia karena banyak peluang bisnis. Dan memilih Makassar dan daerah-daerah lain seperti di Palopo dan Masamba karena kurang saingan atau kompetitor, berbeda dengan di Jakarta, saingannya berat," kata Kepala divisi keimigrasian kantor wilayah Kemenkum HAM Sulsel Ramli HS saat memberi keterangan kepada wartawan, Kamis (27/7).
-
Kapan pendatang asal Cina mulai masuk ke Indonesia? Mengutip jadesta.kemenparekraf.go.id, para pendatang asal Cina sendiri mulai masuk ke Indonesia pada kisaran abad ke-14 sampai abad ke-17 silam.
-
Kenapa WNA tersebut ditangkap? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
-
Siapa WNA yang ditangkap Imigrasi? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
-
Dimana WNA itu ditangkap? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
-
Apa yang dilakukan WNA tersebut? Selama tinggal di kampung, Mojorejo, Modo, Lamongan, dia kerap buat onar.
-
Apa yang dilakukan imigrasi Denpasar terhadap WNA yang melanggar? Sampai pada bulan Agustus saja, sudah 79 orang yang dideportasi dari Bali.
Karena itu pihaknya harus mewaspadai setiap gerakan warga negara asing. Dikhawatirkan ada kegiatan terselubung di balik aktivitas mereka di Indonesia. Dia berharap masyarakat ikut berperan aktif melaporkan jika ada aktivitas warga negara asing yang mencurigakan di sekitar tempat tinggal.
Pada periode Januari hingga pertengahan Juli ini, sudah 10 warga negara asing yang dideportasi dari Makassar. Mereka mengantongi paspor asal China, Singapura Perancis dan Inggris. Mereka dideportasi melalui bandara Sultan Hasanuddin langsung ke negaranya dan sebagian lagi dari bandara Juanda, bandara Ngurah Rai, bandara Soekarno Hatta.
"Enam diantaranya menjalani proses projustisia atau melalui penyidikan dan penuntutan di pengadilan dengan kategori pelanggaran tindak pidana ringan dan empat lainnya langsung dideportasi. Putusannya ada yang kurungan 7 hari, 2 bulan, 3 bulan dengan denda variatif. Mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 25 juta, Rp 100 juta," ucap Ramli. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
WN China itu baru berada di Indonesia selama dalam hitungan bulan.
Baca SelengkapnyaUntuk mengelabui petugas, mereka masuk ke wilayah Bali tidak secara bersamaan.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Baca SelengkapnyaJakarta memimpin dengan skor pengaruh China sebesar 31,8 persen.
Baca SelengkapnyaIda Fauziyah mengatakan, saat ini Hongkong dan Macau menjadi tujuan utama penempatan para pekerja migran Indonesia.
Baca Selengkapnyaberdasarkan data jumlah wisatawan asing masuk Indonesia naik 30 persen terhitung hingga Mei 2024
Baca SelengkapnyaDia mengaku siap membantu langsung para investor asal China yang ingin berinvestasi di ibu kota baru.
Baca SelengkapnyaTren yang biasa terjadi adalah melonjaknya jumlah pendatang yang tiba di Jakarta
Baca SelengkapnyaInvestasi dari negara seperti China, Korea, dan Taiwan menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap industri tekstil di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBeberapa negara Asia bahkan menjadi destinasi favorit masyarakat Indonesia liburan ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaDua tersangka berinisial WJ (43) dan WC (41) ditangkap saat sedang santap malam di sebuah restoran kawasan Pluit, Jakarta Utara pada Jumat (29/9).
Baca SelengkapnyaMereka dideportasi karena kegiatan selama di Bali tidak sesuai dengan tujuannya awal datang ke Indonesia.
Baca Selengkapnya