Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia Bisa Belajar dari 3 Negara Ini Tekan Kematian Akibat Virus Corona

Indonesia Bisa Belajar dari 3 Negara Ini Tekan Kematian Akibat Virus Corona Ilustrasi Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/ cdc

Merdeka.com - Virus Corona atau Covid-19 mengancam dunia. Data Selasa (7/4) kemarin, korban meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia sudah menembus 75.000 orang. Angka ini terhitung sejak kasus bermula pada Desember 2019 lalu.

Lebih dari 141 negara sudah terjangkit Covid-19. Namun dari ratusan negara itu, ada tiga negara yang bisa menekan angka kasus kematian, yakni Korea Selatan, Jerman dan China.

Data terbaru di Korea Selatan, Covid-19 sudah menjangkiti 10.331 orang. Namun, kasus kematian sangat kecil yakni hanya 192. Sementara kasus yang berhasil sembuh sangat banyak yakni 6.694.

Di Jerman, Covid-19 telah menginfeksi 107.663 orang. Kasus kematian terbilang kecil yakni 2.016. Kasus yang berhasil sembuh sebanyak 36.081.

Sedangkan di China, Covid-19 menginfeksi 81.740 orang. 77.167 Berhasil sembuh, 3.331 orang meninggal. Hingga kini, kasus kematian di tiga negara tersebut terus mengalami penurunan.

Sementara Indonesia, angka kasus kematian karena Covid-19 cukup tinggi. Dalam waktu sebulan sejak Covid-19 terkonfirmasi pada awal Maret lalu, 221 orang meninggal dunia. Total kasus positif Covid-19 di Indonesia langsung menembus angka 2.738.

Penurunan kasus kematian di Korea Selatan, Jerman dan China disebabkan faktor beragam. Di antaranya kebijakan tes massal, peningkatan komunikasi publik dan penggunaan teknologi. Indonesia perlu mencontohi kebijakan yang diambil tiga negara itu guna menekan kasus kematian Covid-19.

Berikut rincian kebijakan Korea Selatan, Jerman dan China:

Korea Selatan

Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan, Kim Gang-lip menceritakan cara negaranya melawan Covid-19. Mereka memberlakukan jarak sosial yang ketat dan pemantauan warga secara meluas. Mereka juga memastikan kepatuhan pada tindakan pencegahan dengan memberlakukan hukuman dan penghargaan.

"Tanpa melanggar prinsip masyarakat yang transparan dan terbuka, kami merekomendasikan sistem respons yang memadukan partisipasi publik sukarela dengan aplikasi kreatif teknologi canggih," kata Kim kepada wartawan, dikutip dari South China Morning Post, Jumat (13/3).

Korea Selatan tak menerapkan kebijakan konvensional dan memaksa seperti isolasi wilayah yang terinfeksi. Kim mengatakan kebijakan seperti itu dapat merusak semangat demokrasi dan meminggirkan masyarakat yang seharusnya secara aktif ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan.

"Partisipasi publik harus disertai melalui keterbukaan dan transparansi," ujarnya.

Korea Selatan proaktif memberikan informasi yang dibutuhkan warganya agar tetap aman. Termasuk peringatan darurat yang dikirimkan melalui telepon seluler kepada warga. Mereka juga mempublikasikan riwayat perjalanan pasien terkonfirmasi Covid-19 melalui situs web kota. Tak jarang data tersebut disertai informasi tempat tinggal atau nama pasien.

Pemerintah Korea Selatan kemudian menyediakan 50 stasiun pengujian virus corona dengan konsep drive-thru secara gratis. Proses pengujian hanya membutuhkan waktu 10 menit. Hasil tes akan keluar dalam waktu beberapa jam.

Korea Selatan mengeluarkan prosedur imigrasi khusus untuk memantau kedatangan pelancong dari luar dalam dua pekan. Mereka yang datang dari China, termasuk Hong Kong dan Makau, tidak termasuk Taiwan, menjalani pengecekan suhu tubuh. Mereka kemudian diminta mengunduh aplikasi diagnosa diri di ponsel masing-masing dan segera ditangani secara intensif jika menunjukkan gejala Covid-19.

Korea Selatan juga menggunakan teknologi IT mutakhir dan kamera pengawas di mana-mana untuk melacak sumber infeksi, mengidentifikasi pergerakan kasus yang dikonfirmasi berdasarkan transaksi kartu kredit dan pelacakan ponsel. Mereka yang berisiko ditempatkan dalam isolasi mandiri dan ditangani secara menyeluruh berdasarkan individu oleh otoritas kesehatan.

Jerman

Sementara Jerman menerapkan kebijakan tes corona secara massal dan meluas guna menekan kasus kematian akibat Covid-19. Dalam seminggu Jerman mampu melakukan tes kepada sedikitnya 500.000 orang.

Peneliti Jerman di Pusat Penelitian Infeksi Helmholtz (HZI) di Braunschweig juga berencana memperkenalkan sertifikat kebal virus corona untuk memfasilitasi transisi pasien yang sembuh setelah keluar dari karantina dan kembali ke masyarakat.

Proyek para peneliti ini menyelidiki prevalensi antibodi virus corona. Kerangka kerja penelitian menyatakan bahwa, "setelah terinfeksi virus corona, pasien memiliki antibodi terhadap patogen dalam darah mereka. Ini bertahan dalam jangka waktu yang lama dan merupakan indikasi untuk infeksi di masa lalu."

Darah akan secara teratur diuji antibodinya terhadap patogen Covid-19. Demikian dilansir dari Alarabiya, Selasa (31/3). Para peneliti berencana menguji 100.000 subjek mulai April, dan berencana menerbitkan dokumentasi untuk mereka yang telah sembuh dari infeksi virus.

China

China menerapkan berbagai hal untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Mereka menggunakan obat HIV sebagai penanganan sementara pasien yang terinfeksi virus corona.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan kombinasi obat lopinavir dan ritonavir yang dijual dengan merek Kaletra dari AbbVie, dipakai untuk menangani pasien yang terinfeksi virus corona. Meski belum ditemukan obat yang efektif, NHC menyarankan pasien diberikan dua tablet lopinavir dan ritonavir dua kali sehari dan satu dosis alpha-interpheron lewat tindakan nebulisasi dua kali sehari.

Militer China juga mengerahkan sejumlah dokter spesialis ke Wuhan, Provinsi Hubei, untuk menangani wabah virus corona. Media pemerintah menyebut pemerintah mengirimkan 450 petugas medis militer ke Wuhan.

Semua personel merupakan spesialis utama untuk penyakit pernapasan dan infeksi, serta perawatan intensif dari rumah sakit yang berafiliasi dengan tentara, angkatan laut dan angkatan udara. Mereka akan membantu staf di rumah sakit yang sedang menangani pasien pneumonia.

Pemerintah China kemudian menutup Wuhan, kota dengan lebih dari 11 juta penduduk dan pusat penyebaran virus corona. Pemerintah membatalkan keberangkatan pesawat dan kereta api, dan menangguhkan keberangkatan bus, kereta bawah tanah dan feri.

Pihak berwenang China mengatakan penutupan tersebut diperlukan agar secara efektif bisa menghentikan penularan virus, menghentikan penyebaran epidemi, dan memastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia Tembus 6.223
Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia Tembus 6.223

Kemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya
Data Korlantas: Tiap 1 Jam 3 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas, WHO Layangkan Teguran
Data Korlantas: Tiap 1 Jam 3 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas, WHO Layangkan Teguran

Jasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat
Kasus Covid-19 Naik Lagi, Pakar Minta Pemerintah Cek Antibodi Masyarakat

Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Ungkap Data Nasional: 475 Orang Meninggal Akibat DBD
Kemenkes Ungkap Data Nasional: 475 Orang Meninggal Akibat DBD

Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen

Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.

Baca Selengkapnya
43 Kasus Covid-19 Ditemukan di Bali, Warga Diimbau Terapkan Prokes
43 Kasus Covid-19 Ditemukan di Bali, Warga Diimbau Terapkan Prokes

Temuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.

Baca Selengkapnya
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus

Kemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kasus DBD Meningkat, 475 Pasien Dilaporkan Meninggal Dunia
FOTO: Kasus DBD Meningkat, 475 Pasien Dilaporkan Meninggal Dunia

Jumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, IDI Minta Masyarakat Pakai Masker Lagi
Kasus Covid-19 Kembali Meningkat, IDI Minta Masyarakat Pakai Masker Lagi

PB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.

Baca Selengkapnya