Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia Memiliki Satwa Primata Paling Beragam di Dunia: 61 Spesies

Indonesia Memiliki Satwa Primata Paling Beragam di Dunia: 61 Spesies Jokowi dan keluarga liburan di kebun binatang ragunan. ©2017 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Indonesia memiliki biodiversitas satwa primata paling beragam di dunia, yakni 61 spesies dari 479 spesies satwa primata yang tersebar di seluruh dunia.

"Dari 61 spesies satwa primata di Indonesia, 38 diantaranya adalah spesies endemik, yakni dari 11 genus dan lima famili," kata Guru Besar Fakultas MIPA IPB University, Prof Dr Ir Raden Roro Dyah Perwitasari, MSc, melalui ringkasan orasi ilmiahnya, Jumat (6/8). Seperti dilansir Antara

Prof Dr Ir Raden Roro Dyah Perwitasari, MSc bersama dua profesor lainnya, akan dikukuhkan menjadi guru besar tetap di IPB University oleh Dewan Guru Besar di kampus IPB Dramaga, Bogor, Sabtu (7/8).

Dua profesor lainnya adalah Prof Dr Eng Uju SPi MSi dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Prof Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSi; dari Dapertemen Teknologi Industri Fakultas Teknologi Pertanian.

Menurut Raden Roro Dyah Perwitasari yang akrab disapa Wita, hampir di semua wilayah geografi di Indonesia ditemukan satwa primata asli, kecuali di Papua. "Satwa primata endemik terbanyak berada di Sulawesi dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat,” katanya.

Seiring bertambahnya penduduk dan kemajuan teknologi, satwa primata di Indonesia menghadapi ancaman kehilangan habitat, akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.

"Konservasi genetik dan aplikasinya, untuk konservasi satwa primata menjadi sangat penting sebelum satwa primata itu punah tanpa data biologi yang lengkap dan rinci," katanya.

Wita menjelaskan konservasi genetik dalam dua dekade terakhir menjadi alat yang berguna pada semua pengambilan keputusan terkait dengan konservasi alam. "Konservasi genetik satwa primata bertujuan untuk mengurangi risiko kepunahan dengan memperhatikan proses genetik dan melestarikan potensi adaptasi spesies," ujarnya.

Dosen di Departemen Biolofi Fakultas MIPA ini mengatakan DNA satwa primata di Indonesia untuk memetakan dan mengelompokkan pada konservasi genetiknya. Tarsius dan monyet ekor panjang Sulawesi, dianggap sebagai hotspot keanekaragaman hayati.

Posisi geografis dan isolasi biogeografi Sulawesi, berkontribusi pada jumlah spesies mamalia endemik yang tinggi, salah satu satwa primata endemik di Sulawesi, yakni nokturnal terkecil di dunia, masuk kelompok tarsius.

Saat ini, kelompok tarsius masuk dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI.

Dari studi molekuler, Prof Wita berhasil mengungkap hibridisasi alami yang terjadi antar-dua spesies Tarsius yang mempunyai habitat berbatasan, yakni Tarsius lariang dan Tarsius dentatus.

Berdasarkan analisis berbagai marka genetik, warna rambut, rambut ekor, dan vokalisasi, ditemukan spesies baru yang diberi nama Tarsius wallacei sp. nov. Penamaan ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris dan salah satu penemu seleksi alam.

"Identifikasi spesies Tarsius juga dilakukan di penangkaran Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.

Identifikasi dilakukan secara molekuler menggunakan sampel non-invasif, berupa feses, untuk memastikan nama spesies Tarsius tersebut. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dalam memasangkan individu di kegiatan reproduksi.

"Analisis DNA mitokondria menunjukkan di penangkaran ada dua spesies Tarsius, yaitu Tarsius spectrumgurskyae dan dua Cephalopachus bancanus,” paparnya.

Selain Tarsius, Prof Wita juga meneliti aspek genetik pada monyet ekor panjang yang ditemukan di Papua. Papua tidak termasuk ke dalam distribusi geografik alami monyet ekor panjang di Indonesia.

Karena itu, monyet ekor panjang di Papua, secara definisi, dapat disebut sebagai spesies eksotik atau asing. Berdasarkan rekonstruksi pohon filogenetik DNA mitokondria, sampel Papua mengelompok dengan sampel Kalimantan bersama-sama dengan haplotipe dari pulau Jawa, Timor, Mauritius, dan Filipina.

Dari hasil risetnya ini, Prof Wita menyimpulkan bahwa komponen kunci dalam konservasi genetik adalah pengembangan metode molekuler non-invasif untuk asesmen dan memonitor populasi satwa primata liar. Sumber DNA non-invasif yang paling umum digunakan yaitu rambut dan feses.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
10 Fakta tentang Indonesia yang Diakui Dunia, Mulai dari Geografis hingga Penduduknya
10 Fakta tentang Indonesia yang Diakui Dunia, Mulai dari Geografis hingga Penduduknya

Bukan hanya bagi penduduknya saja, Indonesia punya sederet fakta yang menarik bagi masyarakat dunia.

Baca Selengkapnya
7 Hewan Purba yang Masih Hidup Sampai Sekarang, Beberapa Ada di Indonesia
7 Hewan Purba yang Masih Hidup Sampai Sekarang, Beberapa Ada di Indonesia

Ada banyak hewan purba yang konon masih hidup di zaman prasejarah, dan beberapa di antaranya bahkan tinggal di wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya
Masih Eksis hingga Kini, Ini 5 Potret Hewan Purba di Indonesia
Masih Eksis hingga Kini, Ini 5 Potret Hewan Purba di Indonesia

Hewan ini sudah hidup di bumi sejak ratusan juta tahun lalu

Baca Selengkapnya
Wajib Dilindungi! Ini 12 Satwa Endemik Indonesia yang Hampir Punah, Diantaranya Komodo dan Harimau Bali
Wajib Dilindungi! Ini 12 Satwa Endemik Indonesia yang Hampir Punah, Diantaranya Komodo dan Harimau Bali

Semakin kesini hewan endemik Indonesia sudah banyak yang hampir punah bahkan banyak juga yang sudah punah, seperti komodo dan harimau bali.

Baca Selengkapnya
Contoh Hewan Australis yang Ada di Indonesia, Kenali Ciri-cirinya
Contoh Hewan Australis yang Ada di Indonesia, Kenali Ciri-cirinya

Merdeka.com memberikan informasi tentang ciri-ciri hewan Australis dan beberapa contoh hewan yang termasuk dalam kategori tersebut.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Taman Nasional Siberut, Hutan Hujan Tropis di Pulau Mentawai yang Kaya Keanekaragaman Hayati
Menyusuri Taman Nasional Siberut, Hutan Hujan Tropis di Pulau Mentawai yang Kaya Keanekaragaman Hayati

Hampir 60% dari Taman Nasional Siberut berupa hutan yang dihuni oleh ratusan spesies tumbuhan berkayu, puluhan spesies mamalia, hingga ratusan jenis burung.

Baca Selengkapnya
Ini 10 Negara dengan Bahasa Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?
Ini 10 Negara dengan Bahasa Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berdampingan dan saling membutuhkan.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Habitat Ikan Air Tawar Terlengkap di Dunia, Danau dengan Air Berwarna Hitam Kemerahan
Mengunjungi Habitat Ikan Air Tawar Terlengkap di Dunia, Danau dengan Air Berwarna Hitam Kemerahan

Habitat ikan air tawar terlengkap di dunia ternyata ada di Indonesia, yakni di Danau Sentarum, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya
Taman Nasional Berbak Sembilang, Lahan Mangrove Terbesar di Indonesia Barat Bisa Melihat Tapir dan Burung Air
Taman Nasional Berbak Sembilang, Lahan Mangrove Terbesar di Indonesia Barat Bisa Melihat Tapir dan Burung Air

Kawasan suaka margasatwa di Kabupaten Banyuasin ini sudah ditetapkan sejak tahun 1935 oleh gubernur Hindia Belanda pada waktu itu.

Baca Selengkapnya
Jalan-jalan ke Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Kota Medan, Punya Koleksi Ribuan Hewan Liar yang Diawetkan
Jalan-jalan ke Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Kota Medan, Punya Koleksi Ribuan Hewan Liar yang Diawetkan

Museum ini menjadi satu-satunya galeri bertaraf internasional di Asia yag memiliki lebih dari 2.000 koleksi spesies binatang liar yang diawetkan.

Baca Selengkapnya
90 Nama Hewan Lengkap dengan Bahasa Latin, Perlu Dipahami Agar Tak Keliru Menulis
90 Nama Hewan Lengkap dengan Bahasa Latin, Perlu Dipahami Agar Tak Keliru Menulis

Berikut kumpulan nama hewan lengkap dengan Bahasa Latinnya.

Baca Selengkapnya