Indonesia New Media Watch duga metode Cambridge Analytic bakal diterapkan di 2019
Merdeka.com - Direktur Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo, menilai metode Cambridge Analytic kemungkinan diterapkan di Pilpres 2019. Metode ini bertujuan dimanfaatkan politisi untuk mengetahui psikologi masyarakat dari konten yang sering dibuka di media sosial terutama Facebook.
Nantinya, secara tidak langsung masyarakat akan terpengaruh dan terarahkan untuk memilih elite yang menyodorkan konten. Tindakan tanpa disadari masyarakat bahwa ada yang memanfaatkan data akun pengguna medsos secara diam-diam. Hal ini pernah terjadi di Amerika 2016 saat Pilpres Donald Trump melawan Hillary Clinton.
"Hampir pasti terjadi (di 2019) dan penggunaan data ini tidak salah sebenarnya. Yang salah ini kok tidak minta izin ke pengguna media sosial. Terus data itu digunakan untuk kejahatan. Kalau data itu digunakan untuk tidak jahat, hanya memasang iklan pilihlah saya, menurut saya gak masalah. Tapi kan bukan nya pilih lah saya tapi yang itu jelek gitu lho, itu yang gak boleh," tutur Agus di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/4).
-
Bagaimana cara merileksasi hati dan pikiran di media sosial? Bermeditasi dengan melakukan olahraga ringan seperti yoga menjadi cara yang bagus untuk merelaksasi hati dan pikiran di tengah dominasi media sosial.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Kenapa media sosial sering digunakan untuk mengadukan masalah dengan polisi? Media sosial kerap menjadi sarana masyarakat menyuarakan kegelisahan Termasuk jika berhubungan dengan kepolisian yang tak kunjung bergerak mengusut laporan
-
Bagaimana cara fakta sosial membentuk perilaku? Fakta sosial memiliki kekuatan untuk membentuk perilaku individu. Mereka mempengaruhi cara individu bertindak, berinteraksi, dan berpikir dalam masyarakat.
-
Bagaimana pengendalian sosial membantu masyarakat? Pemberlakuan pengendalian sosial diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau membangkang.
Agus tak mempermasalahkan bila Facebook menggunakan data para pengguna. Persoalannya adalah Facebook tidak transparan dan mestinya terbuka kepada publik yang memiliki akun. Mestinya Facebook beri penjelasan data akun itu digunakan untuk keperluan apa.
"Bahwa Facebook mengkomparasi data kita oke lah itu cingcay (gak masalah) lah dapat arus informasi, sosial media, mereka dapat data tapi data itu digunakan untuk apa itu kan menyangkut nasib kita, jangan-jangan data itu digunakan untuk orang yang jahat kepada kita. Di situ harus transparan. sayangnya FB gak transparan, tahu-tahu datanya dicuri orang atau digunakan oleh lawan politik," ujar Agus.
Agus menerangkan, metode Cambridge Analytic ini sudah diterapkan lama sejak Pemilu 2014 lalu. Dia juga meyakini pada Pilkada DKI Jakarta lalu sistem ini diterapkan namun belum mengemuka ke publik. Menurutnya hal ini bahaya karena bisa menimbulkan kampanye SARA.
"Sudah diterapkan dan bahaya. Tahun 2014 mungkin gak rame, tapi kalau itu sampe mempengaruhi Pilkada DKI itu bahaya kan, karena Pilkada DKI kan meninggalkan trauma ini, soal toleransi dan macem macem. Saya enggak tahu apakah itu berhubungan langsung dengan ini, tapi itu menarik untuk diselidiki lebih lanjut, yang paling tahu polisi karena polisi melalukan investigasi," jelas Agus.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Baca SelengkapnyaPersoalan politik uang menempati posisi pertama di angka 37,2 persen.
Baca SelengkapnyaPlatform ini ditujukan untuk membantu para calon anggota legislatif (caleg) untuk memahami lebih dalam aspirasi masyarakat.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaPeningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.
Baca SelengkapnyaLG Electronics melakukan survei tentang media sosial dan algoritma.
Baca SelengkapnyaKredibilitas lembaga survei dipertanyakan jelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaPEMILU.AI: Platform yang Memudahkan Caleg Menang Hanya dengan Satu Klik
Baca Selengkapnya