Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia New Media Watch duga metode Cambridge Analytic bakal diterapkan di 2019

Indonesia New Media Watch duga metode Cambridge Analytic bakal diterapkan di 2019 Ilustrasi Facebook. ©2013 Merdeka.com/sexyli.com

Merdeka.com - Direktur Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo, menilai metode Cambridge Analytic kemungkinan diterapkan di Pilpres 2019. Metode ini bertujuan dimanfaatkan politisi untuk mengetahui psikologi masyarakat dari konten yang sering dibuka di media sosial terutama Facebook.

Nantinya, secara tidak langsung masyarakat akan terpengaruh dan terarahkan untuk memilih elite yang menyodorkan konten. Tindakan tanpa disadari masyarakat bahwa ada yang memanfaatkan data akun pengguna medsos secara diam-diam. Hal ini pernah terjadi di Amerika 2016 saat Pilpres Donald Trump melawan Hillary Clinton.

"Hampir pasti terjadi (di 2019) dan penggunaan data ini tidak salah sebenarnya. Yang salah ini kok tidak minta izin ke pengguna media sosial. Terus data itu digunakan untuk kejahatan. Kalau data itu digunakan untuk tidak jahat, hanya memasang iklan pilihlah saya, menurut saya gak masalah. Tapi kan bukan nya pilih lah saya tapi yang itu jelek gitu lho, itu yang gak boleh," tutur Agus di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/4).

Agus tak mempermasalahkan bila Facebook menggunakan data para pengguna. Persoalannya adalah Facebook tidak transparan dan mestinya terbuka kepada publik yang memiliki akun. Mestinya Facebook beri penjelasan data akun itu digunakan untuk keperluan apa.

"Bahwa Facebook mengkomparasi data kita oke lah itu cingcay (gak masalah) lah dapat arus informasi, sosial media, mereka dapat data tapi data itu digunakan untuk apa itu kan menyangkut nasib kita, jangan-jangan data itu digunakan untuk orang yang jahat kepada kita. Di situ harus transparan. sayangnya FB gak transparan, tahu-tahu datanya dicuri orang atau digunakan oleh lawan politik," ujar Agus.

Agus menerangkan, metode Cambridge Analytic ini sudah diterapkan lama sejak Pemilu 2014 lalu. Dia juga meyakini pada Pilkada DKI Jakarta lalu sistem ini diterapkan namun belum mengemuka ke publik. Menurutnya hal ini bahaya karena bisa menimbulkan kampanye SARA.

"Sudah diterapkan dan bahaya. Tahun 2014 mungkin gak rame, tapi kalau itu sampe mempengaruhi Pilkada DKI itu bahaya kan, karena Pilkada DKI kan meninggalkan trauma ini, soal toleransi dan macem macem. Saya enggak tahu apakah itu berhubungan langsung dengan ini, tapi itu menarik untuk diselidiki lebih lanjut, yang paling tahu polisi karena polisi melalukan investigasi," jelas Agus.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Media Sosial: Kekuatan Tersembunyi yang Mempengaruhi Pemilih di Pemilu 2024
Media Sosial: Kekuatan Tersembunyi yang Mempengaruhi Pemilih di Pemilu 2024

Data tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.

Baca Selengkapnya
Hasil Survei Populi: Masyarakat Cemas Permainan Politik Uang di Pilpres 2024
Hasil Survei Populi: Masyarakat Cemas Permainan Politik Uang di Pilpres 2024

Persoalan politik uang menempati posisi pertama di angka 37,2 persen.

Baca Selengkapnya
Platform Kampanye PEMILU.AI Diluncurkan Hari Ini, Begini Kecanggihannya
Platform Kampanye PEMILU.AI Diluncurkan Hari Ini, Begini Kecanggihannya

Platform ini ditujukan untuk membantu para calon anggota legislatif (caleg) untuk memahami lebih dalam aspirasi masyarakat.

Baca Selengkapnya
Gelar Kuliah Politik, BMI Minta Milenial dan Gen Z Waspada Radikalisme Jelang Pemilu 2024
Gelar Kuliah Politik, BMI Minta Milenial dan Gen Z Waspada Radikalisme Jelang Pemilu 2024

Milenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya
Diam-diam HP Bisa Nguping dan Munculkan Iklan Hasil Percakapan di Telepon? Begini faktanya

Ini penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.

Baca Selengkapnya
Tangkal Hoaks Terkait Pilkada dengan Literasi Digital
Tangkal Hoaks Terkait Pilkada dengan Literasi Digital

Peningkatan akses informasi lebih mudah, memilih sumber informasi yang kredibel, hingga menganalisis data dari berbagai sudut pandang dirasa sangat penting.

Baca Selengkapnya
Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif
Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif

LG Electronics melakukan survei tentang media sosial dan algoritma.

Baca Selengkapnya
Ikrar Nusa Bhakti Sindir ‘Framing’ Lembaga Survei Unggulkan Capres Tertentu
Ikrar Nusa Bhakti Sindir ‘Framing’ Lembaga Survei Unggulkan Capres Tertentu

Kredibilitas lembaga survei dipertanyakan jelang Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya
Waspadai Cara Kerja Kelompok Intoleran dan Radikal Bikin Narasi di Dunia Maya

Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.

Baca Selengkapnya
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Masyarakat Diajak Bijak dan Kritis Hadapi Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Masyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.

Baca Selengkapnya
Sejak Kapan Buzzer Ada? Begini Awal Mula Hingga Peran Utamanya
Sejak Kapan Buzzer Ada? Begini Awal Mula Hingga Peran Utamanya

Di Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.

Baca Selengkapnya
PEMILU.AI: Platform yang Memudahkan Caleg Menang Hanya dengan Satu Klik
PEMILU.AI: Platform yang Memudahkan Caleg Menang Hanya dengan Satu Klik

PEMILU.AI: Platform yang Memudahkan Caleg Menang Hanya dengan Satu Klik

Baca Selengkapnya