Indonesia Rawan Gempa & Tsunami, Tapi Literasi Soal Bencana Buruk
Merdeka.com - Indonesia merupakan Negara yang terletak dalam cakupan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, demikian juga Aceh yang pernah dilanda gempa dan tsunami 14 tahun silam, tepat berada di patahan sesar sumatera yang cukup rawan terjadi gempa dan tsunami.
Meskipun kerap diterjang bencana gempa dan tsunami, literasi kebencanaan di Indonesia dinilai sangat buruk. Bencana yang pernah terjadi sebelumnya sering dilupakan. Seharusnya peristiwa masa lalu bisa menjadi pelajaran untuk melakukan mitigasi kebencanaan saat ini.
Buruknya literasi kebencanaan di Indonesia, khususnya di Aceh terungkap dalam diskusi yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh, Kamis (27/12), menghadirkan pemateri; jurnalis spesialis isu bencana, Ahmad Arif dan Megumi Sugimoto berasal dari Kyushu University, Jepang. Diskusi berlangsung di Aula Sekolah Muharram Journalism Collage (MJC) dengan tema Membangun Gerakan Literasi Kebencanaan di Aceh.
-
Kenapa Indonesia sering alami bencana alam? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
-
Apa saja jenis bencana alam di Indonesia? Berikut kami rangkum apa saja macam-macam bencana alam dan penyebabnya yang umum terjadi. Daftar Macam-Macam Bencana Alam dan Penyebabnya 1. Tanah Longsor
-
Kenapa Indonesia rawan gempa? Indonesia berada dalam batas 3 lempeng tektonik besar, yaitu: lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik.
-
Kenapa mitigasi bencana penting? Pentingnya mitigasi terletak pada upaya membangun ketahanan masyarakat dan infrastruktur terhadap ancaman bencana. Melalui konsep ini, mitigasi berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk melindungi investasi dan sumber daya manusia.
-
Di mana gempa bumi sering terjadi di Indonesia? Wilayah yang rawan mengalami gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua.
-
Bagaimana kerusakan lingkungan menyebabkan bencana? Ulal tangan manusia dapat memengaruhi terjadinya bencana tersebut melalui aktivitas yang merusak lingkungan, seperti illegal logging yang menyebabkan banjir dan tanah longsor, serta pembangunan di daerah rawan bencana alam.
"Indonesia tingkat literasinya masih sangat buruk ketimbang Negara lain. Literasi tidak hanya sekadar membaca, tapi bagaimana memahami tentang pendidikan kebencanaan itu sendiri," kata Ahmad Arif.
Menurutnya, berdasarkan hasil catatannya, para ahli geologi dan arkeologi telah menemukan jejak tsunami di Aceh jauh sebelum terjadi 26 Desember 2004 silam. Ini membuktikan tsunami telah beberapa kali menerjang Serambi Mekkah. Namun karena pengaruh literasi yang terputus menimbulkan ketidaktahuan masyarakat Aceh ketika gempa besar disusul gelombang tsunami.
Arif mencontohkan, seperti kampung runtuh di Kelurahan Talise, Palu Timur, Sulawesi Tengah. Tsunami yang menerjang pesisir Palu pada 28 September 2018 lalu ternyata jauh sebelumnya tsunami juga pernah terjadi di sana.
"Padahal di Palu masih banyak saksi hidup yang pernah merasakan tsunami masa lalu, namun pengetahuan ini yang tidak dirawat oleh warga di sana," sebut Arif.
Kendati demikian, ia menemukan fakta lain di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh. Masyarakat di sana masih memegang erat kearifan lokal literasi kebencanaan.
Pengetahuan literasi dan kearifan local itu dijaga dan diwariskan secara turun-temurun kepada anak-cucunya. Misalnya sebutan Smong untuk tsunami, telah membuat warga di sana hanya 3 orang yang meninggal dunia saat Aceh diterjang tsunami 14 tahun silam.
Buruknya literasi di Indonesia, sebutnya, berdasarkan survei yang dilakukan World’s Most Literate Nations tahun 2006. Indonesia peringkat ke 60 dari 61 negara yang diteliti.
"Sehingga kita kurang tahu mana hoaks dan benar. Sehingga ketidaktahuan dan memahami ini menjadi masalah," jelasnya.
Ahmad Arif menyebutkan, lemahnya literasi di Indonesia membuat banyak orang tidak mengetahui Indonesia rawan terhadap gempa dan tsunami. Terutama di Aceh, bahwa sebelumnya pernah terjadi tsunami.
Sementara itu, Megumi Sugimoto menyebutkan, kelemahan di Indonesia adalah kurangnya media dalam hal menyampaikan pengetahuan tentang gempa dan tsunami. Di negaranya, banyak channel yang memberikan informasi tentang hal-hal berkaitan dengan tsunami.
"Kalau di Jepang banyak channel untuk menginformasikan tsunami seperti televisi, radio, dan telepon," kata Sugimoto.
Menurut Sugimoto, parahnya sistem yang ada di Indonesia hanya fokus pada tsunami akibat gempa. Di Jepang juga ada kasus yang sama tetapi tidak cukup hanya sistem peringatan tsunami yang dijadikan isu ketika terjadi bencana, tapi juga berapa cepat tsunami itu datang.
Pengalaman Sugimoto saat gempa dan tsunami terjadi di Tohoku, Jepang tahun 2011 lalu. Kawasan yang diperkirakan akan terjadi tsunami kecil, ternyata terjadi sebaliknya.
"Padahal di sana sudah dibangun talud untuk menghalau ombak. Prediksi sainstik juga tidak terlalu benar, bahkan escape building pun terkena dampak tsunami dan tidak aman," jelasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari gempa bumi hingga banjir, bencana alam telah menjadi ancaman konstan bagi manusia sepanjang peradaban.
Baca SelengkapnyaPemerintah perlu memperhatikan penanggulangan bencana Megathrust ini sesuai Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaPenting untuk mewaspadai risiko gempa megathrust yang terjadi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWaspada jika tanda-tanda alam berikut ini terjadi.
Baca SelengkapnyaBNPB mencatat empat titik di Riau terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca SelengkapnyaCerita Plt BMKG Dwikorita Karnawati pernah dipanggil polisi karena sampaikan berita peringatan gempa.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaBMKG sebelumnya mengatakan, gempa megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca Selengkapnya