\'Indonesia Raya\' di koran Tionghoa
Merdeka.com - Alunan biola WR Supratman pada Kongres Pemuda II tak lagi menjadi nyanyian sunyi. Syair 'Indonesia Raya' akhirnya disebarluaskan lewat surat kabar Sin Po pada 10 November 1928 atau dua pekan setelah dikumandangkan pertama kali secara instrumentalia pada 28 Oktober 1928.
Saat itulah sejarah mencatat Sin Po, koran milik keturunan Tionghoa di Indonesia, sebagai yang pertama kali menyebarluaskan syair 'Indonesia Raya' beserta partiturnya. Di koran edisi bahasa Melayu itu, WR Supratman menulis dengan jelas 'lagu kebangsaan' di bawah judul 'Indonesia'.
Benny Setiono dalam Tionghoa Dalam Pusaran Politik (2008) menulis, Sin Po yang berarti Surat Kabar Baru, mencetak 5.000 eksemplar teks lagu Indonesia Raya dan dihadiahkan kepada WR Supratman, yang bekerja sebagai reporter di mingguan itu sejak 1925. Oleh WR Supratman, kemudian ribuan koran itu dijual.
-
Kapan lagu Indonesia Raya pertama kali dinyanyikan? Pada 28 Oktober 1928, sebuah momen bersejarah merekam jejak yang mendalam dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa Raja Pers Indonesia? Berkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.
-
Kapan Hari Puisi Indonesia dideklarasikan? Pada tanggal 22 November 2012 lalu, 40 penyair dari seluruh Indonesia mendeklarasikan penetapan tanggal 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia di Riau.
-
Siapa yang menciptakan lagu Indonesia Raya? Lagu yang dengan cepat mengukir jejaknya sebagai simbol perjuangan dan kebanggaan bangsa ini adalah 'Indonesia Raya,' yang ditulis oleh komponis berbakat, Wage Rudolf Supratman.
-
Siapa yang mengucapkan selamat ulang tahun ke Jokowi? “Bapak Presiden ku.. Selamat Ulang Tahun yah bapak.. Selalu sehat bapak.. Panjang Umur.. banyak bahagia.. Doa yang terbaik selalu untuk bapak Jokowi & Keluarga “ - tulis salah seorang warganet.
-
Siapa yang dirayakan di Hari Puisi Indonesia? Hari Puisi Indonesia yang diperingati setiap tanggal 26 Juli merupakan momen bersejarah yang diinisiasi untuk menghormati salah satu maestro puisi Indonesia, Chairil Anwar.
Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan tangga nada C dan dengan catatan 'Djangan Terlaloe Tjepat'. Beberapa sumber lain menyebutkan WR Supratman menulis dengan tangga nada G dan dengan irama Marcia.
Sin Po, yang pertama kali terbit sebagai mingguan pada 1 Oktober 1910, juga merupakan surat kabar yang mempelopori penggunaan kata 'Indonesia' menggantikan 'Nederlandsch-Indie', 'Hindia-Nerderlandsch', atau 'Hindia Olanda'. Harian ini juga yang menghapus penggunaan kata 'inlander' dari semua penerbitannya karena dirasa sebagai penghinaan oleh rakyat Indonesia.
Kemudian, sebagai balas budi, pers Indonesia mengganti sebutan 'Cina' dengan 'Tionghoa' dalam semua penerbitannya. Dalam percakapan sehari-hari, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tjipto Mangoenkoesoemo kemudian juga mengganti kata 'Cina' dengan kata 'Tionghoa'.
Koran Sin Po saat itu memang memiliki pandangan politik yang pro-nasionalis Tiongkok. Namun karena alasan itu pulalah, yakni berdasar ajaran Dr Sun Yat Sen, Sin Po mendukung perjuangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Dalam San Min Chu I, Sun Yat Sen menulis perkembangan kemerdekaan Tiongkok tidak akan sempurna selama bangsa-bangsa di Asia belum merdeka.
Gerakan pro-nasionalis Tiongkok yang didukung Sin Po akhirnya sirna seiring dengan kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945, yang juga banyak didukung tokoh-tokoh Tionghoa. Mereka yang menyatakan etnis Tionghoa adalah bagian dari bangsa Indonesia, sebagaimana yang diakui sekarang, pernah mengorganisir diri dalam Partai Tionghoa Indonesia (PTI) pada 1932.
Mereka barangkali sepandangan dengan Dr Josef Glinka SVD, antropolog senior dari Universitas Airlangga, bahwa soal pribumi atau tidak, hanyalah persoalan perhitungan waktu, kapan leluhur mereka datang ke Indonesia. Hal inilah yang mungkin perlu disadari oleh mereka yang menebar kebencian terhadap etnis Tionghoa lewat berbagai cara belakangan ini. Seperti kata Glinka, yang lebih dulu datang, tentu tidak boleh mencap yang kemudian sebagai non-pribumi, apalagi menebar benci. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Akhirnya, Indonesia Raya menyebar luas; dinyanyikan di berbagai rapat organisasi, dicetak, dimuat di media massa.
Baca SelengkapnyaKarya W.R Soepratman begitu signifikan dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi tengah semaraknya Kongres Pemuda yang diadakan di kota Batavia, sebuah lagu menggema dengan semangat kebangsaan yang menggetarkan hati pendengarnya.
Baca SelengkapnyaBerkat perannya dalam menciptakan lagu perjuangan yang dapat membangkitkan semangat bangsa untuk mencapai kemerdekaan.
Baca SelengkapnyaTradisi surat kabar masuk ke Yogyakarta bersamaan dengan mulai stabilnya kondisi perpolitikan saat itu.
Baca SelengkapnyaDitulis pada masa perjuangan kemerdekaan, puisi ini mencerminkan semangat nasionalisme Soekarno dan cerminan dari visi masa depan bangsa.
Baca SelengkapnyaSurat kabar harian di Padang yang diklaim sebagai surat kabar pertama yang dicetak oleh orang Pribumi.
Baca SelengkapnyaSimak penjelasan jurnal sejarah Bahasa Indonesia beserta kedudukan dan fungsinya berikut ini.
Baca SelengkapnyaSelain penyalur informasi terkini, kantor ini juga menjadi sarana penghubung antara pers Belanda dan pers yang ada di Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaSumpah Pemuda menjadi momen penting bagi bangkitnya semangat persatuan para pemuda di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSurat kabar Benih Merdeka merupakan media yang ada di Bumi Sumatra yang secara terang-terangan menanamkan cita-cira kemerdekaan Indonesia
Baca Selengkapnya