Industri Pariwisata Kehilangan Pendapatan Rp60 Triliun di Awal 2020
Merdeka.com - Industri pariwisata berpotensi kehilangan pendapatan dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sekitar USD 4 miliar atau setara dengan Rp60 triliun sepanjang Januari hingga April 2020.
"Pariwisata kehilangan potensi pendapatan dari wisatawan asing sekitar USD 4 miliar atau setara Rp60 triliun sepanjang Januari-April 2020," tegas Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani dalam seminar virtual di Jakarta, Kamis (16/4).
Hariyadi menjelaskan angka tersebut dihitung berdasarkan pertimbangan okupansi dan lainnya berdasarkan perbandingan dengan capaian sepanjang tahun 2019 sebesar USD 17,6 miliar.
-
Apa itu perbandingan? Perbandingan atau rasio adalah salah satu teknik atau cara dalam membandingkan dua besaran.
-
Apa yang dimaksud dengan perbandingan? Perbandingan atau rasio adalah salah satu teknik atau cara dalam membandingkan dua besaran.
-
Dimana kita menemukan perbandingan? Beberapa contoh tersebut merupakan penerapan perbandingan yang kerap kita lakukan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana cara membuat estimasi? Berikut beberapa jenis estimasi, antara lain: Estimasi Titik Estimasi Titik merupakan jenis estimasi yang digunakan untuk memberikan perkiraan harga, biaya, waktu dan nilai dari sebuah proyek.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
Sementara itu potensi kehilangan sektor perhotelan dan restoran (di hotel) untuk pasar domestik sekitar Rp30 triliun.
Hariyadi menuturkan, berdasarkan laporan yang dihimpun PHRI, per 13 April 2020 sedikitnya sudah ada 1.642 hotel dan 353 restoran/tempat hiburan yang kini berhenti beroperasi.
Dia juga mengungkapkan tingkat keterisian kamar hotel klasifikasi bintang rata-rata hanya 49,2 persen saja. Ada pun saat ini tingkat hunian di hotel mendekati nihil. Demikian pula yang dialami oleh bisnis restoran.
Sejumlah daerah yang paling terdampak yakni Manado, Bali dan Batam, yang juga mengalami penurunan wisman paling parah.
Dampak Karyawan
Hal itu sejalan dengan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang mencatat sejak minggu kedua April sebanyak 180 destinasi dan 232 desa wisata ditutup.
"Yang terberat memang pekerja di sektor pariwisata yang terdampak paling awal. Mereka kondisinya unpaid leave (cuti di luar tanggungan perusahaan)," katanya.
Hariyadi mengakui karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih relatif sedikit. Pasalnya, perusahaan tidak mungkin bisa menyiapkan pesangon di tengah kondisi pandemi saat ini.
Alhasil, kondisi tersebut membuat nasib para pekerja terancam kehilangan pendapatan akibat mewabahnya Covid-19.
"Jumlah (karyawan) yang terancam itu signifikan. Sektor hotel saja pada 2018 total pekerjanya ada 408 ribu orang. Mungkin 2020 naik angkanya 10 persen jadi sekitar 550 ribu orang untuk hotel saja. Restoran jumlahnya lebih besar, mungkin karyawan saja bisa 1 juta orang, jadi 1,5 juta orang (karyawan terdampak) dari hotel dan restoran," kata Haryadi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Realisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaPerhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia meminta kebijakan ini dipertimbangkan secara teliti.
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaTerdapat penurunan nilai penerimaan pajak hingga April 2024.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai studi PWC terkait kontribusi Traveloka di industri pariwisata.
Baca SelengkapnyaKinerja penerimaan pajak daerah mencapai Rp154,05 triliun hingga Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaPT Garuda Indonesia (Tbk) melaporkan kerugian sebesar USD76,38 juta pada Semester I– 2023.
Baca SelengkapnyaPajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41 persen dengan realisasi sebesar Rp443,72 triliun, sekitar 41,73 persen dari target.
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaAstra tetap optimis kinerja sisa tahun 2024 tetap resilien.
Baca Selengkapnya