Informasi Berlebihan Tentang Virus Corona Buat Psikologis Masyarakat Terganggu
Merdeka.com - Ahli Psikologi Politik Hamdi Muluk menekankan pentingnya manajemen informasi agar kurva kasus corona (Covid-19) di Indonesia landai. Menurut dia, pemerintah harus memastikan bahwa segala informasi yang sampai ke masyarakat tepat, akurat dan tidak simpang siur.
Dengan begitu, masyarakat tidak mendapat informasi bias dan hoaks terkait penanganan Covid-19. Hamdi menyebut ada sejumlah informasi berlebihan dan tergolong menakut-nakuti sehingga membuat kondisi psikologis masyarakat terganggu.
"Jadi manajemen informasi kata kunci, karena ini akan mempengaruhi pola pikir orang. Informasi yang masuk melalui emosi mempengaruhi cara orang berperilaku," kata Hamdi Muluk dalam video conference yang disiarkan di Youtube BNPB, Minggu (10/5).
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
Selain itu, dia menegaskan bahwa semua pihak harus mengikuti protokol kesehatan Covid-19 dengan mencuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak atau social distancing. Hamdi berharap masyarakat mengikuti kebijakan tersebut selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar penyebaran virus corona tidak semakin meluas.
"Masyarakat harus menaati social distancing. Yang paling ketat itu lockdown atau karantina wilayah, kita pilih tengah-tengahnya PSBB supaya ekonomi tidak mati total," jelasnya.
Akademisi Universitas Indonesia itu meminta pemerintah mempercepat rapid tes (tes massal) untuk memetakan daerah-daerah mana saja yang zona merah dan hijau. Menurut dia, adanya pemetaan lokasi ini akan mempermudah pemerintah menekan angka penyebaran corona.
"Supaya kita tahu bahwa mana yang perlu tutup (PSBB) atau tidak ditutup. Rapid test ini perlu diusahakan secepat mungkin seluas mungkin," ucap Hamdi.
Selanjutnya, pemerintah juga harus memaksimalkan rumah sakit rujukan corona, menyiapkan alat pelindung diri (APD), dan ventilator untuk penanganan pasien corona. Hamdi mengakui bahwa sebenarnya yang dibutuhkan saat ini adalah vaksin penyakit.
Namun, dia juga menyadari bahwa butuh waktu lama untuk menciptakan suatu vaksin. Oleh karena itu, Hamdi menilai pemerintah saat ini harus memaksimalkan upaya-upaya diatas agar kurva virus corona dapat landai.
"Metode ini tentu perlu dukungan perilaku dari masyarakat. Jadi kenapa kebijakan ini subjek (dan) objek-nya orang, orang yang berperilaku manusia," tutur Hamdi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kurva kasus virus Corona atau Covid-19 harus sudah menurun pada Mei 2020. Dengan begitu, maka pandemi Corona dapat masuk fase ringan pada Juli 2020.
"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai dengan target yang kita berikan yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk posisi sedang di Juni, di Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apapun," kata Jokowi saat memimpin sidang kabinet paripurna melalui video conference, Rabu 6 Mei 2020.
Reporter: Lizsa Egeham (Liputan6.com)
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengumpulan data primer dengan pendekatan analisis wacana melalui analisis data kuantitatif media monitoring Humas BKPK dan NoLimit.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaMengajak masyarakat khususnya para pemilih pemula untuk tidak mudah percaya dengan informasi hoaks
Baca SelengkapnyaHoaks masih menjadi ancaman nyata jelang pemilu. Masyarakat pun masih banyak yang "terjangkit" hoaks.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPernyataan yang disampaikan pemerintah harus lebih simpatik, mengedepankan sisi emosional.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca Selengkapnya