Ingin sembuh jadi lelaki lagi, Waria di Lumajang berangkat haji
Merdeka.com - Seorang waria asal Lumajang, Sutrisnawati (52), berangkat menunaikan ibadah haji dengan Kloter 58/Lumajang, Kamis (1/9). Keinginan menunaikan ibadah haji lantaran ingin memantapkan diri menjadi laki-laki sejati lagi.
"Saya sudah lama ingin menunaikan ibadah haji, tapi kalau saya seperti begini ya takdir, karena itu saya ingin berdoa di Tanah Suci agar menjadi orang yang saleh, bukan salehwati," kata Sutrisnawati sambil tertawa di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Jawa Timur.
Waria asal Desa Kunir, Kecamatan Jatimulyo, Lumajang itu mengaku sudah menabung selama 10 tahunan untuk bisa menunaikan ibadah haji. "Saya berangkat sendiri, saya gabung dengan tetangga di desa," ungkapnya.
-
Siapa yang menabung selama 22 tahun untuk haji? Mahruf sampai detik ini masih tidak menyangka bisa berangkat haji sebentar lagi. Sebelumnya ia sudah menabung selama 22 tahun sejak 2002 silam dari penghasilannya sebagai penjual gorden keliling.
-
Bagaimana cara Mahrun menabung untuk haji? Upaya Mahrun selama puluhan tahun menyisihkan pendapatannya untuk menabung agar bisa pergi haji berbuah manis. Sebagai pembuat stempel lokasi usahanya sering berpindah tempat karena digusur.
-
Kenapa Mahrun menabung sejak 1996? Upaya Mahrun selama puluhan tahun menyisihkan pendapatannya untuk menabung agar bisa pergi haji berbuah manis. Sebagai pembuat stempel lokasi usahanya sering berpindah tempat karena digusur. Hidupnya juga tak mudah. Istrinya divonis mengidap penyakit kista stadium akhir. Meski dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, namun ia punya niat yang kuat untuk menunaikan ibadah haji.
-
Bagaimana Mahruf menabung untuk haji? Walaupun penghasilannya tidak besar, Mahruf tetap bersemangat untuk menyisihkan pendapatannya demi bisa melihat Ka’bah secara langsung.'Saya sangat bangga, dan haru bisa berangkat haji tahun ini,' kata Mahruf, mengutip YouTube Fokus Indosiar, Selasa (7/5).
-
Kapan penjual jagung mulai menabung? Ia mengaku sudah berjualan jagung rebus sejak 2 tahun yang lalu. Meski masih anak-anak, Ia tak lantas menghamburkan uang hasil jualan jagung rebus tersebut. Bahkan, Ia menabungnya sedikit demi sedikit sejak tahun lalu.
-
Bagaimana si penjual jagung menabung? Ia mengaku sudah berjualan jagung rebus sejak 2 tahun yang lalu. Meski masih anak-anak, Ia tak lantas menghamburkan uang hasil jualan jagung rebus tersebut. Bahkan, Ia menabungnya sedikit demi sedikit sejak tahun lalu.
Tentang doa yang dipanjatkan di Tanah Suci, Sutrisnawati mengaku akan selalu memohon untuk keselamatan di dunia dan akhirat. Ini termasuk diberi kemantapan untuk menjadi laki-laki.
"Saya berangkat sendiri, saya mandiri. Saya menunaikan ibadah haji dengan tetangga," katanya seperti diberitakan Antara.
Perias pengantin itu berharap setelah menunaikan ibadah bakal semakin kuat imannya sebagai lelaki. "Saya berangkat dengan KTP laki-laki, karena petugas Imigrasi memeriksa saya dan saya dinyatakan sebagai laki-laki, tapi sepulang dari Tanah Suci, saya akan kadang-kadang berpakaian wanita," harapnya.
Sutrisnawati masuk ke Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada Rabu (31/8) sore dan berangkat ke Tanah Suci pada Kamis (1/9) sore.
Pada tahun 2012, ada juga waria asal Jember, yang berangkat menunaikan ibadah haji dengan Kloter 69/Jember, yakni Sutika bin Marwapi (42). Waria yang berdagang di pasar itu kini sudah menjadi haji.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaJuru parkir ini membuktikan berangkat haji bisa tak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya
Baca SelengkapnyaMenabung sejak 1996, pada tahun 2012 mereka berhasil mendaftar sebagai calon jamaah haji.
Baca SelengkapnyaPasutri ini bisa berangkat ke Tanah Suci berkat rajin menabung
Baca SelengkapnyaSetiap hari ia menabung seribu rupiah hingga Rp15 ribu.
Baca SelengkapnyaHolipah menyisihkan uang dari berjualan mulai dari Rp10.000 sampai Rp20.000 untuk tabungan pergi haji.
Baca SelengkapnyaAwalnya ria yang hanya berprofesi sebagai pencari rumput ternak ini, biaya untuk berhaji ibarat langit dan bumi. Sulit dibayangkan olehnya.
Baca SelengkapnyaAda kalanya ia tak bisa menabung karena pasien pijatnya terlalu sedikit
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca SelengkapnyaMbah Tono sudah 26 tahun menabung untuk berangkat haji
Baca SelengkapnyaShohib mengungkapkan rasa syukurnya bisa ke Baitullah karena hidupnya sebagai nelayan serba pas-pasa
Baca SelengkapnyaMbah Supyah pun bercerita, jika ia menjalani profesi sebagai tukang pijat keliling ini sejak usia 17 tahun.
Baca Selengkapnya