Ini alasan pemerintah bangun hunian sementara buat korban gempa & tsunami Sulteng
Merdeka.com - Pemerintah akan segera membangun hunian sementara bagi para korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Setiap barak untuk hunian sementara itu nantinya dapat menampung 12 kepala keluarga (KK).
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan alasan pemerintah memilih membangun hunian sementara bagi korban bencana di Sulteng.
Menurutnya, kerusakan bangunan yang terjadi di Sulteng akibat gempa lebih parah dibanding di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sehingga, rehabilitasi tempat tinggal yang rusak di Sulteng tak bisa dilakukan dengan cepat.
-
Dimana orang Sunda membangun rumah tahan gempa? Dari sana, komunitas tersebut berupaya membangun rumah dengan menyesuaikan topografinya sehingga bisa tahan saat terjadi bencana alam.
-
Bagaimana korban gempa bisa bertahan hidup? Menurut ahli, seseorang dapat bertahan selama satu minggu atau lebih di bawah reruntuhan bangunan setelah gempa. Akan tetapi, hal ini tergantung pada sejauh mana cidera yang dialami, kondisi tempat terperangkap, faktor akses terhadap air, udara, dan cuaca.
-
Siapa yang membangun kembali kehidupan setelah bencana? Kisah letusan Gunung Vesuvius tidak lagi hanya tentang pemusnahan, namun juga mencakup kisah mereka yang selamat dari letusan dan kemudian membangun kembali kehidupan mereka.
-
Apa saja bahan rumah Sunda tahan gempa? Mereka bisa merasakan goncangan dengan intensitas yang sering, sehingga berpikir untuk tidak membuat bangunan tempat tinggal berbahan keras seperti batu dan tanah liat yang disatukan. Karena wilayah permukiman dekat dengan hutan, mereka lantas memanfaatkan hayati yang ada di sekelilingnya seperti batang pohon, bambu hingga dedaunan dan jerami sebagai pelindung dari cuaca luar.
-
Bagaimana Rumah Sunda tahan gempa? Kunci utama dari antisipasi tersebut adalah terdapat pada bahan utama rumah, yakni kayu dan bambu. Menurut Pemerhati Budaya Sunda dari Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran, Rd., Ir. Roza Rahmadjasa Mintaredja, M.Ars, fungsi kayu dan bambu yang elastis mampu meredam goncangan dan mengkonversikannya menjadi getaran tetap yang tidak hancur.
-
Bagaimana kondisi mereka setelah gempa? Saat gempa usai, anak perempuan dan ibunya itu ditemukan warga sedang menangis histeris. Wajah dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan debu yang sangat tebal karena kondisi rumah mereka yang sudah hancur.
"Kalau di Lombok kan banyak rumah yang masih bisa mereka masuk, kedua di Lombok program bantuan hunian tetapnya cepat, jadi kami berharap hunian tetap itu yang tahan gempa bisa selesai 6 bulan. Kalau di Sulteng enggak mungkin kami kejar, rumah-rumahnya habis, dan kami harus relokasi," ungkap Agus di kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Selasa (16/10).
Agus yang bertanggungjawab pada Kemenko PMK tersebut mengatakan, untuk proses rehabilitasi di Sulteng, pemerintah tidak ingin gegabah. Sehingga nantinya rehabilitasi rumah dan bangunan yang rusak bisa dilakukan dengan baik.
"Jadi kita kan enggak mungkin buat kesalahan yang sama, bangun rumah-rumah, komunitas, yang di bawahnya rentan bencana. Jadi micromapping terhadap daerah yang rentan di Sulteng diperlukan untuk mendapat relokasi," kata Agus.
Terkait pendataan korban bencana yang akan menerima bantuan rehabilitasi rumah, Agus mengatakan bahwa hal itu akan dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Dilakukan oleh BNPB," ucap dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Wiranto mengungkapkan, pemerintah akan segera membangun hunian sementara bagi para korban bencana di Sulawesi Tengah.
"Untuk sementara, masyarakat butuh hunian sementara," kata Wiranto saat memberikan keterangan persnya di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.
Menurut Wiranto, para korban sudah tidak mungkin untuk tinggal di tenda-tenda pengungsian. Sebab, kenyamanan dan kesehatan menjadi masalah utama bagi para korban.
"Maka pemerintah sudah membuat kebijakan untuk membuat rumah hunian sementara. Dihuni oleh masyarakat yang bersifat sementara," ucap Wiranto.
Wiranto mengatakan hunian sementara ini merupakan barak besar. Barak ini nantinya bisa ditempati oleh 12 kepala keluarga korban gempa Sulawesi Tengah. Kemudian dilengkapi sejumlah fasilitas, di antaranya MCK, dapur, dan fasilitas rumah tangga lainnya.
"Jadi dihitung sementara 11.200 lokasi, karena ini sementara," kata Wiranto.
Reporter: Hanz Salim
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fahri mengatakan rencana jangka panjang pemerintah untuk membangun rumah susun bagi korban kebakaran di Kelurahan Kebun Kosong, Kecamatan Kemayoran
Baca SelengkapnyaPemerintah dalam tanggap darurat penanganan korban banjir bandang di Rua Ternate, Maluku Utara memberikan jaminan kebutuhan dasar
Baca SelengkapnyaKorban gempa yang rumahnya mengalami kerusakan bakal menerima bantuan.
Baca SelengkapnyaHal ini dikonfirmasi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait.
Baca SelengkapnyaRatusan pasien terpaksa dievakuasi untuk memastikan bangunan rumah sakit aman dihuni pasca gempa.
Baca SelengkapnyaUpdate Banjir Bandang Sumbar: 67 Orang Meninggal, 20 Orang Hilang, 44 Luka-Luka
Baca SelengkapnyaBadan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) memberikan bantuan hunian tetap kepada ratusan keluarga yang menjadi korban bencana tanah bergerak di Sukabumi.
Baca SelengkapnyaPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menurunkan statusnya dari awas level IV menjadi siaga level III.
Baca SelengkapnyaSeluruh pembangunan rumah tinggal dan infrastruktur dilakukan secara baru.
Baca SelengkapnyaPadahal puluhan rumah itu baru diresmikan pada 2022.
Baca Selengkapnya700 Unit rumah rusak dampak gempa tersebut dan 82 orang mengalami luka berat dan luka ringan.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan proses relokasi rumah warga yang rusak akibat banjir lahar hujan di Sumatera Barat (Sumbar) segera dimulai.
Baca Selengkapnya