Ini alasan Polri belum mau RS pengguna vaksin palsu
Merdeka.com - Mabes Polri telah mengantongi sejumlah nama rumah sakit yang diduga menggunakan vaksin palsu. Namun, Mabes Polri belum mau mempublikasikan nama-nama tersebut dengan alasan mengedepankan asas praduga tak bersalah.
"Ada beberapa informasi yang kita dapat namanya, tetapi kita tetap mengedepankan azas praduga tak bersalah," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas, Mabes Polri, Brigadir Jenderal Agus Rianto di Ruang Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (13/7).
Lebih lanjut dia menjelaskan rumah sakit merupakan institusi seperti Polri. Jika dia menyebutkan nama rumah sakit yang diduga menggunakan vaksin palsu, bisa membuat citra semua pegawai tercoreng.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Dimana penipuan itu terjadi? Aksi seorang Warga Negara Asing (WNA) melakukan pungutan liar (Pungli) berkedok sumbangan agama menyasar warga Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
-
Dimana penipuan terjadi? Pasangan ini memiliki sebuah pusat terapi di Kanpur, Uttar Pradesh, di mana mereka diduga meyakinkan orang-orang bahwa proses penuaan mereka dipercepat oleh polusi udara yang parah.
-
Dimana penggerebekan produk Apple palsu dilakukan? Penggerebekan dilakukan di beberapa lokasi, termasuk Castlebar, Westport, Ballinrobe, dan Claremorris.
-
Di mana makam palsu itu berada? Di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo terdapat makam-makam para wali dan ulama yang ternyata palsu.
"Kita tidak mau seperti itu. Kita bicara rumah sakit A pastikan dari direktur sampai cleaning servisnya ikut terlibat," ujar Agus.
Untuk itu, saat ini pihaknya masih mendalami keterlibatan rumah sakit dalam penggunaan vaksin palsu sebelum diumumkan kepada khalayak.
"Jadi kita masih didalami terus sehingga tidak ada yang merasa terganggu dengan informasi yang kita sampaikan. Kita tingkatkan peran serta satgas yang sudah dibentuk. Penyelidikan dan data terus kita lakukan penyelidikan," tandasnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaPolri menegaskan semua anggota harus menjaga komitmen Korps Bhayangkara yang tidak membiarkan anggota menyalahgunakan wewenangnya dan membantu sindikat.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaMengetahui masalah tersebut, Pahala Nainggolan tak segan-segan menempuh jalur hukum
Baca SelengkapnyaSetelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaPihak BPJS berupaya melakukan tuntutan perdata terhadap managemen rumah sakit untuk segera mengembalikan dana kerugian tersebut.
Baca SelengkapnyaPihak RSUD menjelaskan, menutup pintu dengan memalang karena takut obat-obatan dan alat medis hilang.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKPK menemukan setidaknya ada tiga RS swasta yang melakukan klaim fiktif kepada BPJS Kesehatan
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca Selengkapnya