Ini bahaya media sosial di mata Panglima TNI dan Kapolri
Merdeka.com - Perkembangan dunia serba digital di Indonesia begitu pesat. Hal itu dinilai memudahkan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa melalui media sosial yang menjadi bagian dari teknologi tersebut.
Sebagian masyarakat juga kerap memposisikan dirinya sebagai orang yang lebih dahulu mengetahui setiap peristiwa. Sehingga akan langsung mempublish informasi tersebut tanpa kroscek terlebih dahulu.
Hal itu dikatakan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat memberikan pengarahan kepada ribuan personel TNI dan Polri di halaman kantor Gubernur Riau, Jumat (20/4). Hadi menyebutkan, era digital bisa membahayakan jika disalahgunakan oleh masyarakat.
-
Bagaimana teknologi informasi berkembang di Indonesia? Sejak diperkenalkannya radio, teknologi informasi terus mengalami perkembangan pesat yang mempengaruhi peradaban masyarakat informasi di Indonesia. Kemudian, dengan berkembangnya internet, teknologi informasi semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat.
-
Bagaimana pengaruh Kaskus di dunia digital Indonesia? Kerja sama dengan Global Digital Prima pada tahun 2011 semakin memperkokoh posisi Kaskus di dunia digital Indonesia.
-
Kenapa kejahatan siber di Indonesia sangat berbahaya? Kejahatan siber dengan berbagai bentuk dan tingkat kompleksitasnya, menjadi ancaman serius bagi individu, perusahaan, dan bahkan negara secara keseluruhan.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Bagaimana Kemenkominfo menghilangkan kesenjangan digital? 'Saya kira semua berkomitmen menghilangkan yang namanya digital devide sehingga tidak ada yang tertinggal, no one left behind,' tandasnya.
Hadi menceritakan kejadian berita hoax yang dialami mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno yang dikabarkan ke media sosial dengan berita meninggal dunia. Padahal, Tri Sutrisno dalam kondisi sehat walafiat dan sedang melakukan lari pagi di sekitar rumahnya. Kenyataannya, yang meninggal dunia tersebut adalah tetangga Tri Sutrisno.
"Pagi-pagi ada seseorang sedang lari, aerobik usai salat subuh. Di depan rumah pak Tri, ada tulisan telah meninggal dunia. Dia tanpa mengkonfirmasi dulu langsung posting, pak Tri Sutrisno meninggal dunia dan sebagainya. Padahal, pak Tri saat itu sedang lari pagi di situ, sehat walafiat, yang meninggal adalah tetangganya," ujar Hadi.
Hadi menyebutkan, postingan tersebut sangat berbahaya karena berita tidak sesuai fakta yang terjadi di lapangan.
"Kalau dia sudah mendapatkan follower yang banyak, artinya dia sudah menjadi panglima tanpa melihat prajuritnya. Apapun yang dia inginkan, dia tulis, pasti berpengaruh," ucap Hadi.
Hadi menjelaskan, jika seseorang yang sudah memiliki pengikut banyak di akun media sosial, dapat sangat membahayakan di masyarakat jika mempublikasikan informasi tak benar.
"Contohnya, dia punya akun Facebook, Twitter. Dia tulis, jangan lewat depan rumah pak Kapolri, terus tersebar sampai mungkin sekian juta. Betul, depan rumah pak Kapolri sepi, tidak ada yang lewat, karena berita itu tadi. Padahal Kapolri tidak sedang ada kegiatan. Itu hebatnya, apabila kita menguasai digital sosmed," kata Hadi.
Hal senada juga diungkapkan Kapolri, Jenderal Tito Karnavian. Dia mengatakan, setiap orang bisa menjadi citizen jurnalis. Orang itu melaporkan apa yang ditemui langsung, dalam beberapa detik sudah langsung viral, dan jika menarik akan menjadi isu. Menurut Tito, isu itu bisa membuat pecahnya konflik.
"Kita lihat kemarin ada kejadian, teman ojek online ada yang dibunuh di suatu tempat. Kemudian pelaku ditangkap, dibawa ke Polres di Palembang. Dalam hitungan menit, ribuan orang pengemudi ojek online datang ke kantor Polres itu. Sehingga saya perintahkan (pelaku) pindahkan ke Polda. Dari pada nanti diambil ramai-ramai terus nanti dibunuh," kata Tito.
Menurut Tito, berkumpulnya ribuan pengemudi ojek online tersebut ke Polres tersebut lantaran mengetahui pelaku pembunuhan ditangkap melalui media sosial. Kabar di medsos dalam hitungan menit bisa mengumpulkan ribuan orang.
"Sosial media bisa membuat mengumpulkan orang dengan cepat. Di dunia siber tidak perlu mengumpulkan orang. Ada group di sosial media hingga jutaan orang. Kalau dilemparkan satu berita saja, jutaan orang langsung tahu, tidak perlu ngumpulin," kata Tito.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaJokowi Minta Perwira TNI-Polri Kuasai Teknologi: Perang Siber Robohkan Fungsi Keamanan Pertahanan
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengingatkan soal bahaya judi online dan peretasan situs yang makin canggih
Baca SelengkapnyaMenko Polhukam Hadi Tjahjanto mengungkapkan TNI bakal menyesuaikan dengan kekuatan baru Angkatan Siber yang segera dibentuk.
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaRuang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaJokowi berharap kepada seluruh perwira TNI dan Polri menjadi sosok yang unggul hingga profesional
Baca SelengkapnyaPancasila sebagai benteng utama dalam menjaga persatuan bangsa, serta langkah-langkah konkret perlu diambil untuk menghadapi ancaman radikalisme.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaPengembangan dalam bidang pertahanan tidak hanya terbatas pada pelatihan fisik, melainkan juga digitalisasi.
Baca SelengkapnyaAnalis Utama Politik Keamanan LAB 45 Christian Guntur Lebang menjelaskan, infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi persoalan utama.
Baca Selengkapnya