Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini ciri-ciri penonton 'Ganteng-ganteng Serigala'

Ini ciri-ciri penonton 'Ganteng-ganteng Serigala' Ganteng-ganteng Serigala. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Setelah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberhentikan sementara sinetron 'Ganteng-ganteng Serigala' (GGS) di SCTV, berbagai komentar mulai bermunculan. Ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, Rachmat Baihaky, menyebutkan sedianya ada tiga karakter penonton Indonesia.

Pertama, kata Baihaky, penonton mayoritas. Acara-acara hiburan di televisi, termasuk sinetron, sasaran penontonnya adalah perempuan usia produktif. Penonton ini tidak melihat dari segi manfaat tayangan, tapi kepuasan emosi.

"Jika emosi itu tersalurkan itu membuat kesenangan bagi penikmatnya," kata Baihaky saat dihubungi merdeka.com, Senin (13/10).

Kedua, kata Baihaky, adalah penonton yang memiliki kematangan yang cukup tinggi. Kelompok penonton ini bisa bernegosiasi dengan acara yang disiarkan televisi. "Negosiasi di sini artinya bisa memilih mana acara yang bermanfaat dan mana yang tidak," jelas dia.

Ketiga, ujar dia, adalah kelompok yang mandiri. "Kelompok ini bisa menciptakan karya sendiri. Bukan hanya bernegosiasi tapi mereka tau bahwa ini hanya lingkaran setan ekonomi media. Artinya penonton ini kritis bisa membedakan mana yang harus dipercaya atau tidak," jelas Baihaky.

Menurut Baihaky, penonton GGS bisa dikategorikan sebagai penonton yang pertama atau penonton mayoritas. "Mereka tidak ada negosiasi dan kritis, mereka hanya memikirkan kesenangan saja," ujarnya.

Terlepas dari itu, Baihaky menjelaskan televisi di Indonesia sering kali meniru atau menduplikasi tayangan-tayangan luar negeri. Hal demikian memang untuk memudahkan produksi program acara.

"Karena murah tidak perlu mikir, tidak butuh persiapan yang matang tinggal mengubah sedikit alur cerita," katanya.

Menurut dia, logika seperti itu merupakan logika ekonomi media, yakni bahwa produksi acara atau show hanya untuk keuntungan. Dengan begitu pihak produksi siaran, seperti GGS dan yang lainnya, tidak perlu memikirkan apa yang baik, tapi apa yang laku di masyarakat.

"Pihak sinetron tidak memikirkan pendidikan dan moral karena di sini yang dicari hanyalah sebuah keuntungan," ujarnya.

Seperti diberitakan, KPI menjatuhkan sanksi penghentian sementara pada program sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang tayang di SCTV setiap pukul 19.30. Sinetron GGS ini harus dihentikan sementara selama 3 (tiga) hari berturut-turut yaitu mulai tanggal 21, 22, dan 23 Oktober 2014.

Dalam siaran pers yang diterbitkan KPI seperti dikutip merdeka.com, Sabtu (11/10) dijelaskan, sanksi tersebut dijatuhkan oleh KPI, lantaran adanya pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 & SPS) pada tayangan 16 Agustus 2014. Penghentian sementara tayangan karena sinetron GGS ini telah mendapat sanksi administratif sebanyak 2 (dua) kali, yakni pada 20 Mei 2014 dan 16 Juni 2014.

(mdk/ren)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Pengajar Dalang Bocah di Solo, Jadi Sarana Pendidikan Karakter Terhadap Anak
Kisah Pengajar Dalang Bocah di Solo, Jadi Sarana Pendidikan Karakter Terhadap Anak

Di sana anak-anak tak hanya diajar untuk menjadi dalang, tapi yang paling penting adalah ia diajari untuk mendalami karakter wayang

Baca Selengkapnya
Sempat Viral Video Aksi Pria Makan Nasi Padang di Bioskop, Pegawai Wanita Langsung Balas pakai Pesan Menohok
Sempat Viral Video Aksi Pria Makan Nasi Padang di Bioskop, Pegawai Wanita Langsung Balas pakai Pesan Menohok

Seorang wanita yang bekerja sebagai pegawai bioskop memberikan sebuah pesan tegas dan menohok khusus untuk pria yang makan nasi padang di dalam gedung bioskop.

Baca Selengkapnya
Mengupas Lebih dalam Alasan Seseorang Menjadi Serakah, Gila Hormat hingga Menggunakan Berbagai Macam Cara
Mengupas Lebih dalam Alasan Seseorang Menjadi Serakah, Gila Hormat hingga Menggunakan Berbagai Macam Cara

Serakah bukan hanya sekadar sifat negatif, tetapi juga dapat dianggap sebagai penyakit hati yang mampu menjangkiti siapa saja.

Baca Selengkapnya