Ini jenderal andalan Soeharto untuk tindas para pengkritiknya
Merdeka.com - Masih soal polemik Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono mengeluh karena dilarang mengkritik pemerintah. Dulu Presiden Soeharto pun dikenal antikritik. Setiap orang yang berani menyerangnya dicap hendak mengganti Pancasila.
Ada seorang jenderal yang jadi andalan Soeharto untuk memberangus lawan-lawannya. Laksamana Soedomo.
Soedomo mungkin satu-satunya Laksamana Angkatan Laut di tengah barisan jenderal Soeharto yang hampir semua berasal dari Angkatan Darat. Hubungan mereka dekat saat Soeharto memimpin Operasi Trikora merebut Irian Barat dan Soedomo menjadi salah satu pelaku pertempuran di Laut Aru.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Bagaimana Soeharto menyingkirkan jenderal? Di era Orde Baru, 'Didubeskan' atau dikirim menjadi Duta Besar adalah cara Soeharto menyingkirkan para jenderal di sekelilingnya yang dianggap tidak lagi sejalan atau bisa menjadi saingan.
-
Bagaimana Sukarno mengatasi perdebatan antar jenderal? Keputusan ini diambil karena Sukarno menilai bahwa Pronoto adalah satu-satunya jenderal yang bisa diterima oleh kedua belah pihak yang sedang bertikai.
-
Kenapa Presiden Soeharto cemburu dengan Jenderal M. Jusuf? Nama Jusuf yang sudah terlanjur populer itu membuat Presiden Soeharto khawatir. Jusuf juga dirumorkan cocok menggantikan Soeharto atau menjadi calon wakil presiden, tentu saja pihak penguasa Orba mulai cemburu.
-
Siapa yang Soekarno ingin goncangkan dengan kata-kata bijaknya? “Berikan aku sepuluh pemuda, akan ku goncangkan dunia.“
-
Kenapa Mayor Boediardjo disangka Jenderal? Ternyata Karena Tanda Pangkat TNI AU yang Dikenakan Boediardjo saat itu pangkat perwira masih menggunakan kombinasi balok emas tebal dan tipis. Untuk seorang mayor tanda pangkatnya adalah satu balok emas tebal di bahu atau di lengan, tergantung pakaian dinas yang digunakan. Uniknya di kalangan militer internasional. Tanda pangkat balok emas itu adalah pangkat setara komodor atau brigadir jenderal di lingkungan Angkatan Laut.
Perwira tinggi TNI AL ini kemudian menjabat sebagai Panglima Komando Pemuliha Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib). Sebuah jabatan dengan kekuasaan nyaris tak terbatas. Lembaga inilah yang dipakai Soeharto untuk melawan pengkritiknya.
Dulu kelompok yang berseberangan dengan Soeharto dikenal dengan nama Petisi 50. Ada nama mantn Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, Jenderal Hoegeng, Letjen Kemal Idris dan lain-lain di sana.
"Saya tidak suka apa yang dilakukan oleh yang disebut Petisi 50 ini. Saya tidak suka cara-cara mereka, terlebih lagi karena mereka menyebut diri mereka patriot." kata Soeharto seperti yang dia ungkapkan dalam buku 'Suharto, My Thoughts, Words and Deeds: An Autobiography'.
Suharto kemudian mencabut hak-hak perjalanan para kritikusnya, dan melarang koran-koran menerbitkan foto-foto mereka ataupun mengutip pernyataan-pernyataan mereka. Para anggota kelompok ini tidak dapat memperoleh pinjaman bank dan kontrak-kontrak.
Bulan Juni 1991, Ali Sadikin bertemu dengan Sudomo ditemani dengan mantan Kapolri Jenderal (purn) Hoegeng Iman Santoso dan Mayor Jenderal (purn) Azis Saleh, Marsda (purn) Suyitno Sukirno, serta pejuang hak-hak asasi HJC Princen.
Bang Ali mempertanyakan status cekal yang mereka terima sejak tahun 1980. Artinya sudah 11 tahun anggota Petisi 50 dilarang ke luar negeri.
Menurut Sudomo, dasar hukum pencekalan terhadap para tamunya itu adalah Tap MPR nomor II tahun 1988. Pencekalan adalah suatu upaya yang bersifat preventif terhadap mereka yang dapat mengganggu stabilitas dan mengancam keamanan nasional.
Cekal, lanjut Sudomo dilakukan karena tindakan anggota Petisi 50 dapat menimbulkan keguncangan dalam masyarakat dan mengakibatkan terganggunya stabilitas.
Soedomo meminta para anggota Petisi 50 meminta maaf pada Presiden Soeharto atas dokumen yang dianggap telah menghina kepala negara. Jelas Bang Ali dkk menolak. Mereka menilai Pak Harto telah salah mengartikan siapa yang mengkritik Soeharto maka dia melawan Pancasila.
Pertemuan itu berakhir tanpa ada kesepakatan apapun.
Kelak nama Soedomo dikaitkan dengan nama Eddy Tansil, koruptor yang membobol dana Bapindo Rp 1,6 triliun tahun 1996. Disebut-sebut Soedomo yang membantu memberikan ketebelece pada Eddy Tansil sehingga dana itu bisa cair. Soedomo sendiri pernah mengungkapkan kekecewaannya karena merasa dijerumuskan Eddy Tansil. Namun dia tak pernah mau bicara banyak soal ini.
Eddy Tansil melarikan diri dari penjara Cipinang tak lama kemudian. Dia belum tertangkap sampai hari ini.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHanya ada tiga jenderal besar dalam sejarah Indonesia. Apa yang membuat Soeharto menjadi salah satu penerimanya?
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaDi tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaSosok panglima perang termuda yang pernah dibenci karena kemampuannya.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaMeski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaBanyak kisah menarik Soeharto dan para pengawalnya. Hal ini dikisahkan Jenderal (Purn) Kunarto.
Baca SelengkapnyaMunculnya sentiman terhadap Sjafrie adalah permainan pihak tertentu.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca Selengkapnya