Ini kaitan antara emosi dan penyakit menurut Irma Rahayu
Merdeka.com - "Manusia sehat adalah manusia yang seimbang dalam mengelola emosinya," tutur Founder Emotional Healing Indonesia, Irma Rahayu dalam bukunya 'Emotional Healing Therapy'.
Kemampuan seseorang mengelola emosinya berbanding lurus dengan kesehatan jiwa dan raganya, termasuk potensi seseorang melakukan aksi bunuh diri. Faktor emosi, lanjut Irma, menjadi 90 persen penyebab munculnya penyakit fisik.
Irma memaparkan, emosi merupakan energy in motion. Dari kata tersebut jelas bahwa energi itu bergerak dan harus berputar. Emosi ini terbagi dua, negatif dan positif. Emosi negatif salah satunya adalah rasa marah, sementara emosi positif salah satunya adalah rasa senang. Dampak yang ditimbulkan oleh emosi negatif yang mengendap di dalam diri seseorang sangat luar biasa.
-
Siapa yang mampu mengelola emosi dengan baik? Seseorang yang dapat mengatur emosi mereka cenderung memberikan respons yang lebih bijaksana ketika menghadapi berbagai tantangan, baik dalam konteks pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
-
Mengapa kemampuan mengelola emosi penting? Pengelolaan emosi yang baik mencerminkan tingkat kedewasaan seseorang dan memberikan kesan ketenangan.
-
Bagaimana orang berkelas mengelola emosi? Kemampuan untuk mengendalikan emosi merupakan salah satu tanda utama dari individu yang berkelas. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh emosi negatif, bahkan dalam kondisi yang sangat menekan. Individu semacam ini dapat memberikan respons yang tenang dan berpikir dengan jernih.
-
Apa dampak melihat perilaku bunuh diri? Lebih lanjut, kejadian ini dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, stres pasca trauma, dan bahkan risiko bunuh diri pada diri sendiri.
-
Bagaimana orang cerdas mengelola emosi? Mereka tidak membiarkan emosi negatif, seperti kemarahan atau frustrasi, menguasai diri mereka.
-
Bagaimana kesehatan fisik mempengaruhi kesehatan mental? Satu interaksi kompleks antara perubahan fisik dan kesehatan mental melibatkan interaksi estrogen dan dopamin. Dopamin, yang dikenal juga sebagai “hormon kebahagiaan“ dikaitkan dengan motivasi dan reward di antara berbagai fungsi lain di otak.
"Sebenarnya, penyakit yang paling berat, yang paling bahaya itu bukan kanker, bukan jantung, bukan HIV, itu masih bisa sembuh karena ada support, support group," tutur Irma kepada merdeka.com, Selasa (5/5).
Menurut Irma, emosi negatif yang mengendap adalah penyebab berbagai penyakit tersebut, bahkan upaya bunuh diri. Irma menekankan pentingnya seseorang mengetahui penyebab terjadinya penyakit fisik maupun mental tersebut, serta awal emosi negatif tersebut terjadi.
"Mencari akar masalahnya, menetralkan energi negatif, dan mendapatkan solusinya secara tepat dan tentu saja melalui jalan yang benar," ungkap Irma.
Sebagai pakar di bidang emosi, Irma pun memaparkan beberapa penyakit serta kaitannya dengan emosi.
- Radang sendi: akibat dari perasaan tidak dicintai, ditolak, dan perasaan dikorbankan.
- Demam: akibat perasaan marah yang tidak mampu dikendalikan dan diekspresikan.
- Ginjal: akibat kekecewaan, perasaan gagal, dan rasa malu yang ditekan.
- Sakit maag: akibat rasa takut, cemas, dan perasaan tidak puas pada diri sendiri.
- Penyakit paru-paru: akibat putus asa, kelelahan emosional, dan luka batin.
- Sakit punggung: akibat ketakutan terhadap uang dan merasa terbebani.
- Sakit pinggang: akibat rasa tidak dicintai dan butuh kasih sayang.
- Penyakit jantung: akibat rasa kesepian, merasa tidak berharga, takut gagal dan marah.
- Kanker: akibat kebencian atau kekecewaan terpendam, serta makan hati menahun.
- Diabetes: akibat keras kepala, tidak mau disalahkan, dan keinginan untuk mengontrol.
- Glaukoma: akibat tekanan luka masa lalu, tidak mampu memaafkan.
- Jerawat: akibat tidak menerima diri sendiri, tidak suka pada diri sendiri.
- Pegal-pegal: ingin dicintai dan disayangi, kebosanan.
- Obesitas: ingin dilindungi, kemarahan terpendam, serta tidak mau memaafkan.
- Mata minus: takut terhadap masa depan.
- Mata plus: tak mampu memaafkan masa lalu.
"Beberapa penyakit fisik tersebut memang tidak selalu diakibatkan masalah emosi, namun hampir 90% akibat emosi," tutup Irma. (mdk/siw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daripada merespon dengan marah atau balas dendam, seseorang dapat belajar bagaimana berbicara dengan bijak dan mencari solusi yang konstruktif.
Baca SelengkapnyaEmosi dapat mempengaruhi pikiran dan tubuh seseorang. Yuk, simak bagaimana emosi dapat mempengaruhi kesehatan!
Baca SelengkapnyaPeningkatan atau penurunan yang terjadi pada salah satu dari dua hal ini, dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan pada yang lain.
Baca SelengkapnyaDepresi dan masalaha kesehatan bisa saling memengaruhi dengan berbagai cara tertentu.
Baca SelengkapnyaPada Juni 2023, Jember digegerkan dengan dua kasus ibu bunuh anak kandungnya.
Baca SelengkapnyaTemukan lima indikator kecerdasan emosional yang tinggi, yang dapat mendukung kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan profesional. Baca selengkapnya di sini!
Baca SelengkapnyaMental health adalah hal penting yang perlu diperhatikan selain kesehatan fisik.
Baca SelengkapnyaMeski marah adalah reaksi alami, jika tidak dikelola dengan baik, emosi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh dan mental kita.
Baca SelengkapnyaBukan hanya mental saja yang akan terpengaruh, tetapi juga fisik serta aspek sosial yang penting.
Baca SelengkapnyaPada saat seseorang sedang marah, terjadi sejumlah perubahan yang bisa dialami oleh tubuh.
Baca SelengkapnyaMelihat bunuh diri bisa sebabkan trauma pada diri seseorang, ini sejumlah cara mengatasinya.
Baca SelengkapnyaMental health termasuk salah satu hal penting yang perlu diperhatikan.
Baca Selengkapnya