Ini Kriteria Vaksin Booster untuk Masyarakat Umum Sesuai Ketetapan ITAGI
Merdeka.com - Pemerintah mewacanakan menyuntikan vaksinasi booster atau dosis ketiga untuk masyarakat umum pada 2022 mendatang. Menyikapi hal itu, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menetapkan sejumlah kriteria vaksin booster (penguat) untuk masyarakat umum di Indonesia.
"Untuk booster bisa vaksin yang sama dan berbeda. Kalau yang berbeda kita pilih yang punya efikasi tinggi dan daya tahan yang tinggi untuk varian virus baru," kata Ketua ITAGI Sri Rezeki Hadinegoro, Rabu (20/10) seperti diberitakan Antara.
Ia mengatakan rencana vaksinasi boosteratau dosis ketiga sebagai penguat imun saat ini masih diteliti ITAGI bersama sejumlah pakar dari Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
Penelitian itu menyikapi permintaan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyusul program vaksinasi booster bagi masyarakat yang semakin menguat bergulir pada 2022.
"Memang benar kami bersama sejumlah universitas diminta Pak Budi Gunadi Sadikin meneliti booster. Ini masih penelitian dan belum ada hasil," katanya.
Sri mengatakan proses penelitian saat ini dilakukan terhadap beberapa varian vaksin yang beredar di Indonesia.
"Untuk yang primer dipakai Sinovac dua kali atau AstraZeneca dua kali atau di-boosterdengan vaksin lain," katanya.
Salah satu metode penelitian dilakukan pada campuran vaksin Sinovac dosis 1 dan Sinovac dosis 2 dan untuk dosis ketiga juga menggunakan Sinovac.
Metode lainnya adalah Sinovac dosis 1 dan dosis kedua digabung dengan Moderna atau Pfizer sebagai booster.
"Penelitian ini belum termasuk vaksin Merah Putih karena belum jadi," katanya.
Selain menyasar masyarakat berusia produktif dan remaja, kata Sri, ITAGI juga berencana menguji coba vaksin booster untuk kelompok masyarakat berusia di atas 60 tahun.
"Sebab kita tahu bahwa mereka (lansia) sangat rentan terpapar oleh virus corona, akibat gangguan kekebalan tubuh," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca Selengkapnya