Ini nilai tukar rupiah untuk 1 Dollar AS di zaman Presiden Soeharto
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) makin melemah. Rabu (12/8) nilai USD mencapai Rp 13.970, makin turun dibanding Selasa (11/8) Rp 13.600 per 1 USD.
Angka ini merupakan yang terparah sejak krisis moneter tahun 1998. Di zaman Presiden Soeharto, berapa sih nilai tukar 1 USD?
Ada beberapa kasus penurunan nilai rupiah yang dicatat Soeharto sehingga pemerintah turun tangan pada era Orde Baru.
-
Apa yang terjadi dengan rupiah di era Soeharto? Perekonomian era Soeharto juga sangat kental dengan pro asing. Namun, stabilitas rupiah tidak berumur panjang di era Soeharto. Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Bagaimana Soeharto stabilkan nilai tukar rupiah? Soeharto kemudian tampil menggantikan Soekarno sebagai presiden. Dia mampu menstabilkan perekonomian dengan memangkas angka inflasi dari 635 persen di tahun 1965 menjadi 9,90 persen di tahun 1969. Soeharto menerapkan sistem kerja pembangunan nasional dengan istilah “Repelita“ yaitu rencana pembangunan lima tahun. Ini dibuat agar fokus kerja pemerintah lebih terarah di berbagai sektor.
-
Kapan Soekarno mengubah nilai rupiah? Pada 1965 terjadi peristiwa penting di gedung ini, yakni berlangsungnya sidang kabinet penentuan nilai mata uang rupiah.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
Yang pertama adalah tahun 1971, saat itu rupiah melemah terhadap dollar AS. Nilainya dari Rp 378 menjadi Rp 420 per 1 USD.
Tahun 1978, rupiah melemah menjadi Rp 625 per 1 USD. Hal ini disebabkan Pertamina yang limbung dan nyaris bangkrut karena manajemen buruk dan gagalnya investasi Pertamina dimana-mana.
30 Maret 1983 kembali Rupiah jatuh. Devaluasi hampir 48 persen. Rupiah melemah dari Rp 702 menjadi Rp 970.
Tahun 1986, Pemerintah kembali mendevaluasi rupiah sebesar 47%, dari Rp 1.134 ke Rp 1.664 per 1 USD.
Menurut Presiden Soeharto, tahun 1986 Indonesia belum terlepas dari pengaruh krisis ekonomi global. Hal ini diperburuk dengan harga minyak dunia yang terjun bebas.
"Januari 1986 harga minyak itu 25 dollar AS setiap barel. Enam bulan kemudian sudah turun sampai di bawah 10 dollar AS sehingga mengakibatkan pengurangan yang sangat besar terhadap penerimaan devisa dan memberi tekanan sangat berat terhadap neraca pembayaran. Karena itulah dalam Bulan September (1986) saya terpaksa mengambil keputusan yang sangat sulit dan berat, yaitu mendevaluasi mata uang rupiah," kata Presiden Soeharto dalam biografinya.
Namun Soeharto tentu tak menyangka, krisis 1986 itu bukanlah yang terburuk. Sembilan tahun kemudian badai yang lebih besar memporak-porandakan kekuatan rupiah.
Di bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dari Rp 2.500,00 menjadi Rp 2.650,00 per 1 USD. Nilai ini terus memburuk.
Rupiah mulai merangkak naik. Rp 5.000, Rp 7.000, Rp 11.000 dan terus melemah dalam waktu singkat. Di tahun 1998, rupiah bahkan mencapai nilai paling buruk Rp 16.800 per 1 USD.
Kini semoga kenangan buruk itu tak terulang. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik dengan penguatan dolar Negeri Paman Sam itu.
Baca SelengkapnyaSebelum Venezuela dan Zimbabwe mengalami hiperinflasi saat ini, Indonesia sudah terlebih dahulu mengalami hiperinflasi sebesar 635 persen di tahun 1963-1965.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap bank sentral yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Baca SelengkapnyaNama mata uang yang merupakan serapan dari Rupyakam atau Rupee, juga dipakai untuk penamaan mata uang Pakistan, Nepal, Seychelles, Mauritius, dan Sri Lanka.
Baca SelengkapnyaTanggapan Menko Airlangga saat Rupiah terus melemah seiring dengan serangan yang dilakukan Iran kepada israel.
Baca SelengkapnyaBanyak yang percaya kalau Bung Karno punya simpanan emas batangan dan rekening di Bank Swiss. Benarkah itu?
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaPada awal perdagangan Kamis (18/4) pagi, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.177 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (16/4) siang, nilai tukar rupiah terpantau melemah tajam ke level Rp16.162 per dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya