Ini pekerjaan rumah Sutiyoso jika diangkat jadi Kepala BIN
Merdeka.com - Mantan Gunernur DKI Jakarta Letjen (Purn) Sutiyoso ditunjuk calon Kepala Badan Intelijen Negara oleh Presiden Joko Widodo untuk menggantikan Letjend (Purn) Marciano Norman. Presiden Jokowi memilih Sutiyoso lantaran mempunyai pengalaman di dunia intelijen.
Namun, Kepala BIN Marciano Norman mengatakan bahwa ada pekerjaan rumah internal BIN untuk Sutiyoso. Salah satu PR Sutiyoso yaitu peningkatan kemampuan cyber intelijen.
"Prioritas kami kan peningkatan kualitas dari kemampuan cyber kita, kualitas SDM kita. Itu bagian yang kami harapkan Kepala BIN yang baru dari prioritas kepala BIN yang baru karena tantangan ke depan di sekitar ancaman cyber yang dinamis dan modern," kata Marciano di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6).
-
Dimana Jokowi akan bekerja di IKN? 'Kalau kantor presiden, Istana Presiden insyaallah sudah siap pada bulan Juli itu,' kata Basuki di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (13/3).
-
Kenapa Sudaryono terpilih jadi Wakil Menteri? Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan melantik 2 kader Partai Gerindra sebagai wakil menteri di Kabinet Indonesia Maju.
-
Siapa yang diusulkan Jokowi jadi Panglima TNI? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan Jenderal TNI Agus Subiyanto sebagai calon Panglima TNI.
-
Siapa yang dilantik Jokowi sebagai Menteri Kominfo? Budi Arie Setiadi dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika saat ini.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
Selain itu, menurut dia pekerjaan rumah lain yang harus diperhatikan oleh mantan Pangdam Jaya itu yakni peningkatan sumber daya manusia yang harus mumpuni. Sebab, SDM internal BIN masih kurang memadai.
"Pak Sutiyoso sudah punya konsep BIN ke depan," kata dia.
Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar kecewa dengan pilihan Presiden Joko Widodo yang mengusung Sutiyoso sebagai calon tunggal kepala BIN. Menurutnya, Sutiyoso banyak terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran HAM.
Salah satu bentuk pelanggaran HAM Sutiyoso, jelas Haris, adalah penyerangan kantor DPP PDI (sebelum benama PDIP) 27 Juli 1996 lalu. Haris menyebut jenderal bintang tiga tersebut sebagai aktor di balik penyerangan. Saat terjadi penyerangan, Sutiyoso merupakan Panglima Kodam Jaya.
Selain itu, Sutiyoso disebut terlibat pelanggaran HAM di Timor Timur saat dirinya tergabung dalam Operasi Seroja. Operasi tersebut terjadi pada tahun 1975 lalu.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penunjukan ini tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1545/XII/2024.
Baca SelengkapnyaAlbertus menggantikan posisi yang sebelumnya diisi Komjen Pol Drs Putu Jayan Danu Putra.
Baca SelengkapnyaJokowi mengangkat Bambang Susantono sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional Pembangunan IKN.
Baca SelengkapnyaHerindra sendiri merupakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan yang juga Bacapres Prabowo Subianto memberikan jempol saat dimintai pendapatnya tentang Agus Subiyanto
Baca SelengkapnyaJokowi sebelumnya menunjuk Bambang Susantono sebagai Utusan Khusus Presiden Untuk Kerja Sama Internasional Pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Baca SelengkapnyaQodari mengungkapkan, setidaknya ada empat alasan mengapa penunjukkan Herindra merupakan langkah tepat.
Baca SelengkapnyaBrigjen Toto sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Provinsi Sultra.
Baca SelengkapnyaJokowi mengusulkan nama wamenhan M Herindra sebagai calon kepala BIN.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan yang telah diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo dan mengusulkan nama Herindra.
Baca SelengkapnyaAtas pertimbangan itu, Jokowi mengatakan, perlu ada Mensos definitif untuk menjalankan tugas Kemensos.
Baca Selengkapnya"Beliau adalah Presiden dengan approval rating terbaik di dunia hingga saat ini, saya rasa tidak berlebihan," kata Budi Gunawan.
Baca Selengkapnya