Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini 'penampakan-penampakan' saat tiba di Myanmar

Ini 'penampakan-penampakan' saat tiba di Myanmar Myanmar. ©shutterstock.com

Merdeka.com - Budaya serta kebiasaan setiap warga negara memang berbeda-beda. Langsung menarik perhatian jika itu berkaitan erat dengan penampilan.

Seperti dilaporkan wartawan merdeka.com, Didi Syafirdi, paling mencolok adalah tampilan para pria dan wanita di Myanmar. Ini bisa langsung dilihat saat pertama kali tiba di Bandara Yangon International.

Selain itu, lalu lintas di sana juga berbeda dengan Jakarta, khususnya di pusat kota. Hanya ada bus, taksi dan mobil pribadi yang melintas. Meski kemacetan kerap muncul di beberapa ruas jalan.

Di negara pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi itu, warganya juga ramah. Jadi anda tidak perlu khawatir saat berada di sana.

Berikut empat hal yang dirasakan saat berada di Myanmar:

Perempuan dengan bedak tak rata

Bedak umumnya dipakai perempuan untuk mempercantik diri. Diolesi merata ke kulit, akan membuat wajah terlihat lebih putih dan bersih. Bahkan seseorang yang berjerawat pun bisa terlihat lebih mulus.Tetapi ini berbeda dengan para perempuan Myanmar. Mereka memakai bedak hanya dibubuhi di sisi kiri dan kanan wajah berbentuk bulatan dan kotak. Di luar sana mungkin mereka bisa diledek 'cemong', karena pakai bedak tak rata.Htiet Htiet Zaw, mengatakan itu merupakan budaya yang terus diadopsi menjadi kebiasaan oleh warga Myanmar. Bedak yang terasa dingin saat dipakai itu, lanjutnya, juga dapat melindungi wajah."Untuk melindungi agar tak terbakar matahari. Ini tradisional," kata Mahasiswi jurusan Bahasa Inggris, Universitas Yangon itu.Menurut Zaw, pemakai thanaka juga tidak dibatasi usia. Namun memang mayoritas adalah ibu-ibu. "Dari anak kecil hingga nenek-nenek pakai thanaka," tuturnya sambil tersenyum.

Pria-pria bersarung di pusat kota

Pemandangan berbeda terlihat ketika menginjakkan kaki di Yangon, Myanmar. Paling mencolok adalah penampilan para pria yang mayoritas mengenakan sarung. Di sejumlah ruas jalan Ibu Kota, para pria dengan atasan kaos maupun kemeja tetap dipadu dengan sarung. Ketika menjalani rutinitas sehari-hari, bahkan saat membangun rumah mereka pun tidak mengubah pakaiannya.Menurut warga Myanmar, Muhamad Imtias, memakai longyi bukanlah sebuah keharusan, tetapi hanya kebiasaan. Imtias pun merasa lebih nyaman ke mana-mana bersarung ketimbang mengenakan celana panjang."Ini silsilah, turun temurun dari keluarga saya dahulu. Saya kemana-mana selalu memakai ini," katanya saat berbincang dengan merdeka.com.Rata-rata panjang longyi 2 meter dengan lebar 80 cm. Corak dan bahannya pun beragam. Untuk acara-acara kenegaraan para pemimpin Myanmar juga kerap menggunakannya.

Tak ada motor di ruas Jalan Yangon

Ruas-ruas jalan Yangon, Myanmar tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Lalu lalang angkutan umum jadi pemandangan sehari-hari. Kemacetan pun kerap terjadi di beberapa titik. Namun tak ada motor yang melintas. Pemerintah Myanmar mengeluarkan kebijakan kendaraan roda dua itu dilarang di pusat kota. Ini berdampak positif sehingga lalu lintas tidak terlalu semrawut.  "Motor memang dilarang di kota, adanya di kampung-kampung," kata Abdullah saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (11/10).Abdullah tidak mengetahui secara persis sejak kapan aturan itu diberlakukan. Selain alasan kemacetan, dia mengingat larangan itu untuk menekan angka kecelakaan. "Sering terjadi kecelakaan, dan buat kacau lalu lintas," ujarnya yang sudah 10 tahun jadi sopir taksi.

Gerombolan burung gagak di langit Yangon

Saat tiba Yangon, Myanmar, akan sangat mudah menemukan burung tersebut. Hampir di tiap pohon sekumpulan gagak berkumpul, dan bersuara lantang.Sekumpulan gagak pun muncul tidak di saat-saat tertentu saja. Mereka bisa terlihat terbang rendah saat pagi, siang dan sore hari. Ini jelas berbeda dengan di Indonesia, gagak dianggap burung yang kerap muncul di malam hari.Seorang warga, Moo mengatakan, gagak di Myanmar dikenal dengan sebutan kyi gan. Sedangkan burung disebut ngek. "Di sini kita menyebutnya kyi gan ngek," katanya sambil tersenyum.Moo yang berprofesi sebagai sopir taksi tidak melihat gagak sebagai burung yang mengerikan. Baginya, sebagai makhluk hidup gagak itu justru harus dilindungi."Biarkan kyi gan bebas. Kita justru bisa menikmati itu," tuturnya.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ingin ke Australia, 44 Warga Bangladesh dan Myanmar Terdampar di Rote Ndao NTT
Ingin ke Australia, 44 Warga Bangladesh dan Myanmar Terdampar di Rote Ndao NTT

Sebanyak 44 orang warga Bangladesh dan Myanmar terdampar di pesisir pantai Fufuno, Rote Ndao, NTT, Senin (8/7).

Baca Selengkapnya
Nikita Willy dan Suami Tampil Menawan Pakai Baju Tradisional Mongolia, Turis Banyak yang Minta Foto
Nikita Willy dan Suami Tampil Menawan Pakai Baju Tradisional Mongolia, Turis Banyak yang Minta Foto

Nikita Willy dan Indra Priawan beberapa waktu lalu liburan di Mongolia. Saat berada di sana, mereka berfoto mengenakan baju tradisional Mongolia.

Baca Selengkapnya
Penyelundup Pengungsi Rohingya di Aceh Timur Ditangkap, Libatkan WNA
Penyelundup Pengungsi Rohingya di Aceh Timur Ditangkap, Libatkan WNA

WNA itu berperan sebagai nakhoda kapal dari Bangladesh ke Indonesia.

Baca Selengkapnya
Punya Kartu Identitas UNHCR, Ini 6 Fakta Kedatangan 156 Pengungsi Rohingya ke Sumatra Utara
Punya Kartu Identitas UNHCR, Ini 6 Fakta Kedatangan 156 Pengungsi Rohingya ke Sumatra Utara

Sebanyak 156 pengungsi Rohingya mendarat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).

Baca Selengkapnya
Ratusan Pengungsi Rohingya Kini Masuk ke Aceh Timur & Dikabarkan Naik Kapal Nelayan
Ratusan Pengungsi Rohingya Kini Masuk ke Aceh Timur & Dikabarkan Naik Kapal Nelayan

Hingga saat ini ratusan pengungsi Rohingya masih berada di pesisir Kuala Parek.

Baca Selengkapnya
180 Pengungsi Rohingya Berlabuh Lagi di Pidie
180 Pengungsi Rohingya Berlabuh Lagi di Pidie

Kapal yang mengangkut pengungsi berlabuh di desa tetangga. Mereka kemudian berjalan kaki 2km.

Baca Selengkapnya
Tak Hanya di Pidie, 135 Pengungsi Rohingya Juga Mendarat di Aceh Besar Hari Ini
Tak Hanya di Pidie, 135 Pengungsi Rohingya Juga Mendarat di Aceh Besar Hari Ini

Di hari yang sama, sekitar pukul 01.30 WIB dini hari, sebanyak 180 pengungsi Rohingya juga berlabuh di Gampong Blang Raya.

Baca Selengkapnya
Pengungsi yang Tiba di Aceh Timur Tak Hanya Etnis Rohingnya, Ada Warga Bangladesh
Pengungsi yang Tiba di Aceh Timur Tak Hanya Etnis Rohingnya, Ada Warga Bangladesh

Pengungsi yang berlabuh di Gampong Seunebok Baroh, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, pada Kamis (14/12) dini hari, ternyata tidak semuanya etnis Rohingya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kapal Kayu Membawa Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat di Pantai Aceh, Ini penampakannya
FOTO: Kapal Kayu Membawa Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat di Pantai Aceh, Ini penampakannya

Ratusan pengungsi Rohingya kembali tiba di Aceh. Hingga Minggu pagi, para pengungsi ini masih berkumpul di pinggir pantai, setelah turun dari sebuah kapal kayu.

Baca Selengkapnya
51 Pengungsi Rohingya Mendarat di Kwala Langkat Sumut
51 Pengungsi Rohingya Mendarat di Kwala Langkat Sumut

Sedikitnya 51 pengungsi etnis Rohingya berlabuh di kawasan Desa Kwala Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Rabu (22/5).

Baca Selengkapnya