Ini pengakuan para mahaguru abal-abal Dimas Kanjeng Taat pribadi
Merdeka.com - Ada yang menarik dalam kasus penipuan bermodus penggandaan uang oleh Taat Pribadi, pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng yang ditangani Ditreskrimum Polda Jatim. Tersangka Taat Pribadi merekrut orang yang mempunyai jenggot panjang, untuk dijadikan mahaguru besar di yayasan Padepokan Dimas Kanjeng.
Untuk mencari orang berjenggot warna putih, Taat Pribadi minta bantuan Vijay seorang warga negara keturunan India. Dari sinilah, Vijay mencari orang berjenggot di Jakarta.
Orang yang direkrut itu sendiri mempunyai perannya sendiri. Lalu seperti apa pengakuan dari mahaguru abal-abal ini? seperti Ratim alias Abah Abdul Rohman, tinggal di Jalan Asia Baru, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat.
-
Kenapa bapak-bapak di Klaten beri diklat ke Karang Taruna? Semua hal tersebut semata-mata dilakukan bukan tanpa alasan. Generasi muda di masa kini yang digempur berbagai ancaman budaya luar memang rasanya perlu melestarikan adat dan tradisi setempat.
-
Siapa yang berjanji memberikan gaji UMP kepada guru ngaji di Jakarta? Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung mengatakan akan memberikan gaji sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP) kepada guru ngaji di Jakarta.
-
Siapa saja pengemis kaya raya di Indonesia? Berikut ini 5 pengemis yang ternyata kaya raya: Legiman di Pati, Jawa Tengah Pada tahun 2019, seorang pengemis bernama Legiman terciduk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam razia itu terungkap Legiman memiliki tabungan mencapai Rp900 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki tanah senilai Rp275 juta dan rumah senilai Rp250 juta. Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari. Sri Keryati di Jakarta Pusat. Dia kedapatan memiliki jumlah emas dan uang hingga Rp23 juta. Sri terjaring petugas dinas sosial saat tengah mengemis di JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Dari PMKS (penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) itu, petugas mendapatkan sejumlah emas, uang kertas sebesar Rp22.750.000 dan uang receh sebanyak Rp313.900. Sehingga totalnya berjumlah Rp23.063.900. Muklis di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menjaring pengemis bernama Muklis yang memiliki harta yang banyak. Muklis terjaring di Flyover Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat digeledah, Muklis kedapatan memiliki uang Rp90 juta. Uang itu dikumpulkan dari hasil mengemis selama 6 tahun. Uang tersebut dalam bentuk pecahan Rp100 ribu mencapai Rp80 juta. Uang pecahan Rp50 ribu total Rp10 juta. Uang pecahan Rp20 ribu, dan uang receh kecil sebanyak Rp250 ribu. Luthfi Haryono di Gorontalo Pengemis di Gorontalo, bernama Luthfi Haryono membuat heboh jagat media sosial. Luthfi juga berkedok sumbangan masjid dengan membawa proposal ilegal ke setiap rumah dan warung. Waktu ditangkap Luthfi kedapatan bawa uang Rp43 juta dan emas. Sri Siswari Wahyuningsih di Semarang, Jawa Tengah Siswari diketahui memiliki deposito sebesar Rp140 juta dan rekening tabungan sebesar Rp16 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki surat BPKB kendaraan roda dua. Pengemis terlihat sangat lusuh itu mempunyai tiga anak yang saat ini duduk di bangku kuliah. Bahkan ketiga anaknya kuliah di kampus ternama Kota Semarang. Anaknya yang pertama berinisial HMS kuliah di Universitas Perbankan (Unisbank) di Jalan Tri Lomba Juang, Kota Semarang. Kemudian anak kedua berinisial SMS kuliah di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Agung (Unisula), Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang.
-
Siapa yang memberikan pembekalan kepada Diah Permatasari? Diah mengaku tak pernah terbayang bahwa ia akan menjadi salah satu peserta yang mengikuti pembekalan sebagai istri peserta PPSA dan mendapatkan arahan langsung dari Gubernur Lemhannas.
-
Siapa yang menerima sumbangan? Meta, perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, baru-baru ini mengumumkan sumbangan sebesar USD1 juta atau Rp 15 Miliar untuk dana pelantikan presiden terpilih Donald Trump.
-
Siapa yang dibentuk oleh guru? Guru mengukir jiwa dan membentuk karakter.
Pria berusia 65 tahun tersebut diminta menjadi mahaguru besar atas ajakan Vijay. Yang nantinya akan diberikan nama saat istigasah di padepokan oleh tersangka Taat Pribadi, dan untuk memimpin dalam membaca doa.
"Kerja saya iya penjual warung kopi di Jakarta. Saya diajak oleh Pak Vijay, agar memimpin doa itu saja," aku Ratim di depan semua media dan polisi, Senin (7/11).
"Doa itu saya baca setiap kegiatan istigasah. Iya seperti minta doa keselamatan dari dunia akhirat dan minta rejeki," tambah pria penjual warung kopi tersebut.
Acara istigasah itu lebih banyak di Makassar dan Probolinggo. Untuk di Madura sendiri jarang ada. Sebab pengikut Dimas Kanjeng sendiri lebih banyak dari dua kota tersebut.
Itupun tergantung situasi. Sebab jika saat di Padepokan Dimas Kanjeng di Makassar, Ratim ini dikenalkan oleh tersangka kepada pengikutnya sebagai keturunan wali Songo Sunan Kalijaga. Untuk di Probolinggo dan Madura, dikenalkan seorang keturunan dari Sunan Ampel.
"Saya juga bingung. Mereka ini (Taat Pribadi dan Vijay) mengenalkan saya sebagai seorang keturunan wali. Akhirnya sampai saya disebut mahaguru besar pertama," ucapnya.
"Bahkan, mereka (pengikut) yang ada di sana (dalam Padepokan) sampai ada yang disuruh untuk cium tangan saya. Karena sebagai guru besar," tambah dia.
Hal senada juga diungkapkan Murjang alias Abah Nogososro, tinggal di Kepa Duri, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kalau diajak Vijay, untuk dikenalkan banyak orang, dan mengikuti istigasah yang digelar oleh Taat Pribadi.
Nantinya akan dikumpulkan dengan orang yang berwibawa, sama-sama mempunyai jenggot panjang berwarna putih. "Terus terang saja. Saya tidak tahu apa-apa. Sekolah saja tidak," ucap pria berusia 51 tahun ini.
"Saya tahunya itu duit dan duit, dapat duit. Setelah dapat duit pulang, dan kadang diberi Rp 1 juta, juga Rp 1,5 juta," tambah dia.
Begitu juga dengan pengakuan Abdul Karim alias Abah Sulaiman, yang hidupnya lebih banyak dihabiskan di pinggiran jalan sekitar Jalan Poncol Kepa Duri, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat juga diajak oleh tersangka Vijay.
Supaya ikut keliling di sekitar padepokan, untuk dikenalkan orang banyak. Jika ada pengikut yang menanyakan, supaya mengaku sebagai mahaguru besar di Padepokan Dimas Kanjeng.
"Saya diajak iya mau saja. Tidak tahu apa-apa. Yang penting dapat uang dan bisa buat isi perut. Saya sendiri tidak mempunyai pekerjaan iya lebih banyak di jalanan (pemulung)," terangnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika korban setor Rp1 juta dijanjikan mendapat pengembalian sebesar Rp1,2 juta.
Baca SelengkapnyaPihak kampus sudah berupaya melakukan mediasi. Terungkap bahwa sebagian uang setoran sudah dikembalikan.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat korban tertarik dan akhirnya masuk grup pesugihan di Facebook
Baca SelengkapnyaAdapun peran ketiga tersangka berbeda-beda. SM misalnya, berperan meminta sejumlah uang tunai kepada bendahara PPDS.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan sanksi, pihaknya belum bisa menentukan. Namun ada dua kemungkinan, yakni sedang dan berat.
Baca SelengkapnyaDi antara mereka ada yang mengajukan pinjaman kecil hingga hanya dipinjam namanya oleh seseorang.
Baca SelengkapnyaBanyak orang yang mengikuti dan menyetor uang karena dijanjikan mendapat uang tambahan dari bunga dalam jangka waktu yang tak lama.
Baca SelengkapnyaPasal disangkakan terhadap terlapor yaitu tindak pidana fitnah yang diatur di Pasal 311 KHUP dengan ancaman pidana penjara 4 tahun.
Baca SelengkapnyaLima kader PDIP mengaku dijebak serta ditipu untuk memberikan tanda tangan
Baca SelengkapnyaAtas kejadian ini orang tua yang tertipu mengalami kerugian hingga Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaHasto mengaku telah menelusuri acara deklarasi dukungan kader PDIP kepada Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaHal itu diungkap Ketua DPD PDI Perjuangan Ono Surono.
Baca Selengkapnya