Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini penyebab puluhan mahasiswa IPB terjangkit hepatitis

Ini penyebab puluhan mahasiswa IPB terjangkit hepatitis kampus IPB. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (FEM) Institut Pertanian Bogor, Prof Muhammad Firdaus menyatakan kejadian merebaknya penyebaran hepatitis sebagai tamparan keras buat lembaga perguruan tinggi negeri yang banyak melahirkan ahli pangan, gizi dan lingkungan. Ketua Lembaga Amil Zakat (LAZ) IPB ini juga sempat menganalisa penyebab hepatitis yang menjangkiti 29 mahasiswa dirawat dan satu di antaranya meninggal dunia itu dan dituangkan dalam keterangan persnya sebagai tamparan untuk IPB ada tiga faktor penyebab hepatitis menjadi KLB di kampusnya itu.

"Banyaknya penderita hepatitis di IPB yang menjadi trending topic di berbagai media, membuat saya sulit memejamkan mata," katanya, Minggu (13/12).

Menurutnya belum lama ini, dia mengisi kegiatan promosi IPB kepada siswa SMA swasta yang memiliki akreditasi tertinggi di Depok, saat memberikan kata penutup bersama dengan calon Wali kota, ada Ibu ketua Yayasan mendadak mengucap peristiwa merebaknya penyakit hepatitis karena kurang gizi.

"Ia mengingatkan 25 tahun yang lalu sering terdengar anak IPB kena tifus dan hepatitis; mungkin karena kurang gizi ya, wahh, pesan Ibu kesampaian, ternyata," tuturnya.

Terlebih kejadian ini, mendapat tanggapan dari Menteri Kesehatan RI yang menyatakan, penyebab hepatitis karena sanitasi di lingkungan kampus IPB yang buruk atau kantinnya kumuh.

"Tapi pernyataan tersebut sudah dibantah resmi oleh Humas IPB, bahkan untuk kantin di dalam kampus, yang saya sendiri hampir setiap hari makan di sana, rasanya sudah jauh lebih higienis dari kantin di Pasar Anyar Bogor, atau bahkan dibandingkan beberapa kantin kampus besar lainnya di Indonesia. Tapi rasanya akar persoalan utama bukan karena sanitasi yang buruk. Saya coba menilik beberapa fakta yang mungkin bisa menjadi penyebab kejadian tersebut," tuturnya.

Menurutnya ada tiga faktor penyebab terjadi virus hepatitis menjangkiti puluhan mahasiswa IPB hingga harus menjalani perawatan. Pertama, IPB adalah salah satu kampus besar yang diminati oleh siswa SMA yang berasal dari kalangan berpendapatan rendah. Penerima beasiswa Bidik Misi, program beasiswa kebanggaan Kementerian Pendidikan, salah satu yang terbesar ada di IPB.

Jumlah penerima beasiswa ini bisa mencapai hampir sepertiga dari total sekitar 3.500 yang masuk ke IPB setiap tahunnya. Selain dibebaskan dari biaya kuliah, sejak tahun 2010, setiap mahasiswa mendapatkan tunjangan biaya hidup 600 ribu sebulan.

"Saya sendiri, secara pribadi saat mengajar di kelas sering mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan teman Anda. Silakan datang ke saya apabila ada teman Anda yang sudah tidak bisa makan karena tidak punya uang. IPB memiliki Lembaga Amil Zakat, dari potongan ZIS dosen dan pegawai," paparnya.

Jadi, lanjut dia, tidak sedikit mahasiswa IPB, terutama di tingkat pertama, yang kadang harus makan sekali sehari karena kondisi beasiswa yang diterima. "Bagaimana tidak hepatitis saat kemudian musim hujan di Bogor tiba. Rentannya tubuh mahasiswa ditambah karena asupan zat yang kurang baik bagi kesehatan. Pengawet atau pewarna seperti Rhodamin B adalah makanan sehari-hari mahasiswa IPB. Selain mi instan, berbagai jajanan khas Sunda semacam Cimol, Cilok atau Cireng adalah santapan favorit, yang sering dicocol dengan bumbu-bumbu beraneka warna," jelasnya.

Faktor kedua adalah terdapat sejumlah mahasiswa di IPB yang bukan penerima beasiswa Bidik Misi, tetapi kondisinya sama bahkan lebih memprihatinkan. Menurutnya, motivasi untuk menjadi orang besar sering lebih kuat dari mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi susah.

"Dengan beban perkuliahan dan praktikum di IPB yang mempunyai standar terbaik di Indonesia, ditambah aktivitas ekstra kurikuler tentunya akan memakan energi yang tidak sama dengan anak-anak sebaya yang tidak kuliah. Mungkin inilah faktor lain yang menyebabkan mudahnya mahasiswa terserang penyakit seperti tifus dan hepatitis; kurang gizi tapi aktivitas luar biasa," ujarnya.

Kemudian faktor ke tiga, di Bogor banyak daerah yang dikenal dengan nama Babakan, yang menurut KBBI diartikan sebagai 'dusun yang baru'. Dulu di kampus IPB lama (Baranangsiang), mahasiswa banyak yang tinggal di Babakan Fakultas, Babakan Peundeuy atau Babakan Pasar. Di kampus Dramaga sekarang pun, stratifikasi tempat tinggal terjadi. Sepeti halnya di kampus lama, mahasiswa kurang mampu akan tinggal di daerah dengan nama depan Babakan: Babakan Raya, Babakan Lio atau Babakan Lebak. Tidak semua, namun secara umum dengan biaya sewa kamar setahun kurang dari Rp 2 juta per orang, bisa dibayangkan kondisi tempat tinggal mereka: padat, tanpa ventilasi atau septic tank yang berada di sisi dapur.

"Sedangkan mahasiswa yang lebih mampu, akan memilih tinggal di daerah Jalan Perwira atau perumahan-perumahan di sekitar kampus, Lengkaplah sudah: kondisi makan yang kurang gizi, aktivitas luar biasa kemudian beristirahat di kamar kos yang sangat minim kondisinya," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof. Dr. Yonny Koesmaryono, dari 28 mahasiswa kini tinggal 15 mahasiswa yang dirawat. Seluruh biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh IPB.

"Data terakhir dari 28 mahasiswa yang dirawat, 13 mahasiswa masih dirawat di RS Karya Bhakti Pratiwi dan 2 mahasiswa di RS Medika Darmaga. Dari pemeriksaan massal terhadap mahasiswa yang telah kami lakukan dua hari ini, ada 11 mahasiswa yang suspect hepatitis A. Mereka sudah dirujuk untuk melakukan tes darah agar mendapatkan perawatan lebih lanjut," ujar Prof. Yonny, Sabtu (12/12).

Untuk mencegah penularan KLB Hepatitis A, menurutnya, IPB telah melakukan respon cepat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mahasiswa. Hingga kemarin sore, sudah 204 mahasiswa yang memeriksakan kondisi kesehatannya. Selain pemeriksaan kesehatan, IPB juga melakukan sosialisasi mengenai gizi seimbang, keamanan pangan, profil kantin IPB serta tindakan kuratif dan preventif hepatitis.

"Penyuluhan tentang kantin sehat di dalam dan sekitar kampus IPB, aksi bersih lingkungan di dalam kampus maupun lingkungan tempat tinggal mahasiswa," jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit & Kesehatan Lingkungan, (P3KL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Dr.dr. Kusnadi, menjelaskan hingga saat ini pihaknya sudah melakukan Penyelidikan Epidemiologis (PE), salah satunya dengan mengambil sampel-sampel makanan yang dikonsumsi mahasiswa IPB.

"Penularan Hepatitis A melalui oral dan rektal. Masa inkubasinya lama, sekira 15-50 hari. Jadi tidak mudah menelusuri dari mana sumber virusnya karena kejadiannya sudah dua minggu yang lalu. Bisa jadi kita ambil sampel hari ini tapi kuman atau virusnya ternyata sudah tidak ada. Tapi PE ini kita lakukan untuk memutus rantai penularan," tukasnya. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Sebut Hepatitis jadi Tantangan Serius
Menkes Sebut Hepatitis jadi Tantangan Serius

Lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia menderita hepatitis

Baca Selengkapnya
Mahasiwa STIP Jakarta yang Meninggal Diduga Akibat Dianiaya Senior
Mahasiwa STIP Jakarta yang Meninggal Diduga Akibat Dianiaya Senior

Peristiwa itu terjadi di lingkungan kampus pada Jumat (3/5) pukul 08.00 WIB.

Baca Selengkapnya
Polisi Ungkap Penyelidikan Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Diduga Dianiaya Senior, Ada Luka Lebam di Bagian Ulu Hati
Polisi Ungkap Penyelidikan Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Diduga Dianiaya Senior, Ada Luka Lebam di Bagian Ulu Hati

Dugaan penganiayaan itu dikuatkan temuan sementara kepolisian pada tubuh korban terdapat luka lebam.

Baca Selengkapnya
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya, Senior Diamankan Polisi
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya, Senior Diamankan Polisi

Korban saat itu dibawa ke Rumah Sakit Tarumajaya Hospital.

Baca Selengkapnya
Bikin Miris, Begini Isi Curhatan Mahasiswa STIP Jakarta Sebelum Tewas Dianiaya Senior
Bikin Miris, Begini Isi Curhatan Mahasiswa STIP Jakarta Sebelum Tewas Dianiaya Senior

Kuasa hukum keluarga korban, Tumbur Aritonang membenarkan kabar bahwa P pernah menceritakan penganiayaan dialaminya kepada sang pacar.

Baca Selengkapnya
57 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia, Paling Banyak Anggota KPPS
57 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia, Paling Banyak Anggota KPPS

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi merinci data petugas pemilu yang meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
3 Warga Garut Meninggal Usai Pesta Miras Oplosan, Termasuk 2 Pelajar SMK
3 Warga Garut Meninggal Usai Pesta Miras Oplosan, Termasuk 2 Pelajar SMK

Dua dari tiga orang korban meninggal tersebut diketahui merupakan pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK).

Baca Selengkapnya
Terungkap, Ini Penyebab 40 Jemaah Haji Meninggal di Arafah dan Mina
Terungkap, Ini Penyebab 40 Jemaah Haji Meninggal di Arafah dan Mina

40 jemaah Indonesia tersebut tidak meninggal di satu tempat.

Baca Selengkapnya
Mitos dan Fakta Seputar Hepatitis yang Sering Bikin Salah Kaprah, Kamu Wajib Tahu!
Mitos dan Fakta Seputar Hepatitis yang Sering Bikin Salah Kaprah, Kamu Wajib Tahu!

Hepatitis adalah salah satu penyakit yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, tapi sayangnya, masih banyak kesalahpahaman & mitos yang berkembang tentang ini.

Baca Selengkapnya
20.511 Balita di Jawa Tengah Terserang ISPA, Kenali Gejalanya Berikut Ini
20.511 Balita di Jawa Tengah Terserang ISPA, Kenali Gejalanya Berikut Ini

Data itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.

Baca Selengkapnya
Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Diduga Dianiaya Senior Bakal Dimakamkan Secara Adat di Bali
Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Diduga Dianiaya Senior Bakal Dimakamkan Secara Adat di Bali

Mahasiswa tingkat pertama yang meninggal diduga dianiaya senior itu bakal diberangkatkan ke kampung halamannya pada Minggu (5/5) besok.

Baca Selengkapnya
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan

Korban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.

Baca Selengkapnya