Ini pesawat Orion, andalan AU Korea Selatan cari AirAsia
Merdeka.com - Seperti halnya Australia, Korea Selatan yang bergabung dengan tim SAR Indonesia juga membawa peralatan canggih untuk menemukan pesawat AirAsia QZ8501 yang diduga tenggelam di Selat Karimata. Selain peralatan canggih, Korsel juga menerjunkan pesawat P-3C Orion KN-01 misi pencarian pesawat AirAsia di Indonesia.
Pesawat ini dikomandani Kolonel Yoon Kiheui ini memiliki kapasitas hingga 10 orang kru, yang terdiri dari 2 pilot, dan 8 kru. Dalam misi pencarian di Indonesia, Korsel menerjunkan komandan misi dan seorang observer sekaligus penerjemah Mayor Pnb Trinanda Hasan dari Skadron Udara 2 Halim.
Berangkat pagi hari pada hari kelima pencarian, Kamis (1/1), pesawat intai maritim anti-kapal selam milik AU Korsel ini membantu melokalisir badan utama pesawat Airbus yang hilang. Untuk bisa mendeteksi keberadaan bangkai bangkai AirAsia, pesawat ini dilengkapi Radar, MAD (Magnetic Anomaly Detection), ESM (Electronic Support Measures), dan IRDS (Infra Red Detection System).
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Dimana pesawat Air China itu terbang? Pesawat Air China CA2754 yang berangkat dari Quzhou seharusnya terbang menuju Chengdu pada 4 Juli.
Pesawat buatan Lockheed Martin memiliki kecepatan patroli 205 knot atau 375 km per jam. Daya jelajahnya pun mencapai 3.000 Nautical Mile atau 5.490 km.
Dengan kemampuan itu, pesawat ini mampu terbang selama tujuh jam sebelum kembali ke Lanud Halim Perdanakusuma untuk mengisi bahan bakar. Dari informasi awak kapal, sejauh ini mereka belum berhasil menemukan jejak serpihan, korban maupun badan pesawat AirAsia yang hilang.
Pesawat andalan Korsel ini akan melanjutkan misinya esok dengan mengikutkan personel TNI AU untuk mempermudah komunikasi serta koordinasi.
"Persahabatan diuji dalam masa krisis, karena itu kehadiran Satgas P-3C Orion Korsel melibatkan personel TNI AU ini yang selama sebulan akan mendukung kegiatan SAR pesawat Airbus 320 AirAsia yang jatuh di selat Karimata adalah bukti eratnya hubungan kedua negara. Semoga bantuan dari pesawat negara sahabat Korsel dapat mempercepat upaya penemuan dan evakuasi korban dari tragedi Air Asia ini," harap Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (2/1).
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uji coba mobil terbang merupakan penunjukkan performa OPPAV mengikuti alokasi ruang udara di APT Pranoto
Baca SelengkapnyaTiba-tiba benda misterius itu terdeteksi melewati Bulan. NASA mencoba mengamatinya. Ternyata hasilnya adalah ini.
Baca SelengkapnyaKapal pembawa material BTS hilang kontak dalam perjalanan Timika (Papua Tengah)-Lokpon, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.
Baca SelengkapnyaTeknisi Indonesia terlibat dalam proyek bersama pengembangan jet tempur Indonesia-Korsel tersebut sejak 2016, dan telah memahami prosedur kerja.
Baca SelengkapnyaInformasi Basarnas, pesawat Smart Air diawaki pilot Kapten M. Yusuf serta seorang Engineer on Board (EOB) bernama Deni S.
Baca SelengkapnyaPesawat Boeing surveillance atau pengintai, untuk membantu proses pencarian kapal LCT XX yang hilang di Laut Papua.
Baca SelengkapnyaPesawat persembahan dari masyarakat Aceh ini menjadi langkah besar industri penerbangan sipil di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPasukan elite TNI menyerbu markas musuh untuk merebut Bandara Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaPenerbangan perdana ini menggunakan pesawat Airbus A321-Neo dan akan beroperasi lima hari dalam sepekan.
Baca SelengkapnyaMisi Pegase 2024 dirancang untuk memperkuat kerja sama antara TNI AU dan AU Prancis melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman.
Baca SelengkapnyaNilai dari proyek pengembangan ini sekitar Rp100 triliun.
Baca SelengkapnyaFoto-foto lama ini menunjukkan kekuatan raksasa TNI AU. Sangar banget.
Baca Selengkapnya