Ini sebab tim SAR RI kalah agresif dari AS soal evakuasi AirAsia
Merdeka.com - Direktur operasional Basarnas Pangkalanbun, Marsekal Pertama SB Supriadi mengakui kelemahan fasilitas armadanya yang digunakan untuk melakukan evakuasi korban kecelakaan AirAsia QZ8501. Apalagi jika dibandingkan dengan armada Amerika Serikat yang terbukti mampu mengevakuasi belasan jenazah.
"Armada kapal kita tidak ada yang mampu tahan ombak, panjangnya 20 sampai 50 meter. Kapal Amerika Serikat lebih besar, USS Sampson panjangnya 200 meter (tahan ombak besar dan cuaca buruk)," kata SB Supriadi di Lanud Iskandar Pangkalanbun Kalimantan Tengah, Jumat (2/1).
Menurutnya selain kapal, personel Basarnas pun masih kurang. Idealnya ada seribu personel untuk disebar pada daerah rawan di Indonesia.
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Di mana bangkai pesawat ditemukan di Raja Ampat? Pada awal tahun 1990-an, penyelam asal Belanda bernama Max Ammer berkunjung ke Raja Ampat. Ia merupakan pelopor penyelam di Raja Ampat. Berkat kecintaannya pada aktivitas menyelam pula, ia berhasil berhasil menemukan bangkai pesawat tempur P47D merah sepanjang 15 meter di kedalaman sekitar 26-33 meter di dasar berpasir dekat Pulau Wai. Selain itu, Max juga menemukan bangkai pesawat Thunderbolt di perairan Pulau Batanta.
-
Siapa korban penembakan? Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar tega menembak mat temannya sendiri, Kasat Reskrim Solok Selatan AKP Ryanto Ulil Anshar.
"Sangat kurang, ada 3.000 personel untuk seluruh Indonesia, tidak sesuai dengan aturan. Standarnya 10.000 personel untuk seluruh Indonesia sehingga kekuatan-kekuatan bisa mengisi zona-zona yang mengandung resiko bencana alam dan kecelakaan," terang dia.
UPDATE TERKINI: Evakuasi korban AirAsia QZ8501
Lanjut dia, alat pemantau dan komunikasi Basarnas pun sudah tertinggal. Hal itu berakibat segala informasi dan koordinasi menjadi lambat untuk dilakukan.
"Kita gak punya peralatan yang canggih untuk kontrol, deteksi dan komunikasi yang langsung. Ini jadi kendala Basarnas dalam hal kecepatan, kadang-kadang lambat dan kurang lancar," pungkas dia.
Sebelumnya diberitakan, Kapal USS Sampson milik Amerika Serikat berhasil menemukan 12 jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 11 anak buah kapal (ABK) akhirnya ditemukan selamat setelah sempat terombang-ambing di Selat Malaka. Mereka ditemukan nelayan yang melintas.
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaSaat ini, tim gabungan masih mencari tiga korban hilang.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani mengatakan, kasus kapal tenggelam tersebut masih diinvestigasi otoritas Jepang.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi dilakukan isekitar pukul 09.55 WIT setelah Heli PK DAM selesai pencarian sortie 1 dan mendarat di PNE.
Baca SelengkapnyaSeratusan imigran etnis Rohingya tersebut dalam pelayaran menuju Australia.
Baca SelengkapnyaTim SAR Gabungan menghadapi kendala saat mengevakuasi korban pesawat kargo Smart Aviation di Hutan Kaltara.
Baca SelengkapnyaKorban SAM Air teridentifikasi dengan menggunakan data primer atau hasil DNA berupa data medis.
Baca SelengkapnyaBasarnas Makassar juga menambah personel pencari dan mengerahkan alut utama berupa Kapal KN Sar Kamajaya 104.
Baca SelengkapnyaAirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Baca SelengkapnyaKapal itu mengalami kecelakaan dan tenggelam saat melewari rute Johor-Indonesia di perairan Selat Melaka.
Baca SelengkapnyaPencarian korban dilanjutkan hari ini menggunakan RIB Kamajaya.
Baca Selengkapnya